Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Publikasi di Closed Access Journal? Ini Kelebihan dan Kekurangannya

Closed Access Journal

Pada saat mencari referensi maupun bahan bacaan dari jurnal ilmiah, kadang menemukan closed access journal atau jurnal akses tertutup. Jurnal dengan model publikasi seperti ini mewajibkan pembaca untuk melakukan pembayaran. 

Baik untuk membaca maupun mengunduh dokumen artikel ilmiah yang diterbitkan jurnal tersebut. Sehingga closed access ini kebalikan dari open access pada jurnal ilmiah. Meskipun begitu, pembaca masih bisa mengakses artikel di jurnal closed access. 

Baik dengan membayar biaya untuk membaca artikel tersebut, maupun dengan cara lain yang tidak perlu keluar biaya. Hal ini tentu penting diketahui oleh dosen dan mahasiswa karena akan akrab dengan jurnal ilmiah. Berikut informasinya. 

Apa Itu Closed Access Journal?

Closed access memiliki terjemahan akses tertutup dalam bahasa Indonesia. Istilah ini tidak hanya digunakan dalam dunia publikasi ilmiah, akan tetapi juga bidang lain. 

Misalnya dalam tata kelola perpustakaan. Jika closed access maka pembaca tidak bisa mengambil buku sendiri tanpa bantuan pustakawan atau petugas di perpustakaan. Sementara pada perpustakaan open access, pembaca bisa mengambil sendiri buku yang ingin dibaca maupun dipinjam. 

Dalam publikasi ilmiah, closed access journal adalah jurnal ilmiah atau publikasi akademik yang tidak dapat diakses secara bebas oleh publik. Sehingga artikel ilmiah yang terbit di sebuah jurnal tidak bisa dibaca atau diunduh oleh sembarang orang. 

Umumnya, dengan sistem closed access ini akan ada biaya yang harus dibayar oleh pembaca. Besaran biaya ditetapkan oleh pengelola jurnal dan antara satu jurnal dengan jurnal lainnya adalah berbeda. 

Pada beberapa jurnal, biaya dibebankan dalam bentuk paket langganan. Namun, ada juga yang membebankan biaya ketika hendak membaca, kemudian ingin mengunduh dokumen artikel ilmiah, dan sebagainya. Ketentuan ini adalah kebijakan internal pengelola jurnal. 

Biaya berlangganan yang dibebankan kepada pembaca akan menjadi sumber pemasukan bagi pengelola closed access journal. Sehingga bisa digunakan untuk tata kelola manajemen publikasi berkelanjutan. 

Jurnal dengan sistem closed access terkesan membatasi jumlah pembaca. Namun, dibalik sistem ini juga ada beberapa kelebihan yang menguntungkan berbagai pihak. Misalnya memberi beban biaya publikasi yang ringan bahkan gratis bagi penulis. 

Harapannya dengan kebijakan ini maka memberi motivasi dan kemudahan bagi penulis untuk produktif meneliti dan mempublikasikan temuannya. Sistem closed access juga umum diterapkan di banyak jurnal, bahkan jurnal yang dikelola publisher besar dan ternama. Misalnya jurnal yang dikelola Elsevier, Springer, Wiley, dan lain sebagainya. 

Perbedaan Closed Access Journal dan Open Access Journal

Dalam sistem publikasi di jurnal ilmiah secara garis besar terbagi menjadi dua. Yakni closed access journal dan juga open access journal. Keduanya memiliki definisi yang berkebalikan dan begitu juga dengan tata kelolanya. 

Supaya lebih memahami apa itu jurnal dengan sistem closed access maupun open access, maka berikut detail perbedaan keduanya: 

1. Hak Akses kepada Pembaca 

Perbedaan yang pertama adalah pada hak akses yang diberikan kepada pembaca. Sesuai penjelasan sebelumnya, jurnal open access memberi akses kepada publik luas untuk membaca setiap artikel ilmiah yang diterbitkan tanpa terkecuali. 

Lain halnya dengan closed access pada jurnal ilmiah, hak akses hanya diberikan kepada pembaca yang sudah mendapat hak akses resmi. Misalnya melakukan pembayaran biaya untuk melihat, membaca, maupun mengunduh artikel ilmiah yang diterbitkan. Sehingga hak akses ke pembaca lebih terbatas. 

2. Pihak yang Dibebankan Biaya 

Dikutip melalui Publisso, salah satu perbedaan paling mencolok antara closed access journal dengan open access adalah pada biaya dibebankan kepada pihak mana. Pada jurnal open access, biaya dibebankan kepada penulis. 

Jadi, setiap kali penulis submit artikel dan statusnya diterima. Maka akan ada biaya publikasi yang harus segera dibayarkan. Biaya ini disebut dengan istilah article processing charges (APCs). 

Berhubung biaya sudah dibebankan kepada penulis, maka pengelola jurnal tidak membebankan biaya bagi pembaca. Closed access adalah kebalikannya, dimana biaya dibebankan kepada pembaca. 

Setiap pembaca yang ingin membaca keseluruhan artikel ilmiah maupun mengunduh dokumennya. Maka diwajibkan untuk membayar dulu biaya akses, sehingga diberikan hak akses oleh pengelola jurnal. Jurnal closed access kemudian tidak membebankan APCs kepada penulis. 

3. Pemegang Hak Cipta 

Perbedaan yang ketiga antara closed access journal dengan open access adalah dari aspek pemegang hak cipta. Pada jurnal yang dikelola secara tertutup atau closed access, hak cipta umumnya dipegang oleh publisher atau pengelola jurnal. 

Lain halnya dengan jurnal open access, hak cipta dipegang oleh penulis. Hanya saja diterapkan lisensi terbuka (open license). Lisensi terbuka sendiri adalah ketentuan yang mengatur bagaimana karya dilindungi oleh hak cipta dapat digunakan.

Sehingga karya yang mendapat lisensi terbuka bisa diakses, digunakan, dan didistribusikan oleh siapa saja dengan beberapa ketentuan dari pemegang hak cipta. Misalnya ada batasan tidak boleh plagiarisme meskipun boleh dibaca dan didistribusikan oleh pembaca. 

4.  Distribusi Artikel Ilmiah 

Perbedaan yang keempat adalah dari aspek distribusi artikel ilmiah. Pada closed journal access, distribusi bersifat terbatas. Yakni hanya diberikan kepada pembaca yang sudah memegang hak akses karena sudah membayar biaya berlangganan. 

Sementara pada jurnal open access, distribusi tidak ada batasan. Sebab bisa diakses publik luas dengan berbagai latar belakang, tujuan, dan kepentingan. Sehingga publikasi di jurnal bisa diakses siapa saja tanpa ada kriteria khusus.  

5. Tujuan Utama Pihak Pengelola Jurnal 

Perbedaan yang kelima adalah dari aspek tujuan tata kelola jurnal ilmiah. Pada jurnal closed access umumnya bertujuan untuk mendapat keuntungan finansial. Sehingga publikasi yang dikelola dikomersialkan. 

Sementara itu, tujuan umum dari tata kelola jurnal open access adalah untuk menyebarluaskan hasil penelitian. Sehingga mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dan juga teknologi. 

Sekalipun jurnal open access membebankan biaya publikasi ke penulis. Namun ada juga yang gratis. Misalnya jurnal tersebut dikelola perguruan tinggi, pemerintah, organisasi nirlaba, dan sejenisnya. 

6. Dampak kepada Publik Luas 

Perbedaan lainnya antara closed access journal dengan open access journal adalah pada dampak. Lebih tepatnya skala dampak dari keberadaan jurnal tersebut. Jurnal open access memiliki dampak lebih luas dan dalam skala besar, sebab artikel di dalamnya bisa diakses siapa saja. 

Berbeda dengan jurnal closed access yang hak aksesnya saja terbatas pada pembaca yang sudah membayar biaya hak akses. Sehingga dampak yang diberikan pada publik tidak sebesar jurnal open access. 

Meskipun memiliki banyak perbedaan, akan tetapi closed access journal dan open access journal juga punya beberapa persamaan. Salah satunya terkait kualitas publikasi di jurnal tersebut yang rata-rata sama. 

Yakni sama-sama berkualitas dan memiliki kredibilitas tinggi karena dipublikasikan sesuai standar publikasi jurnal secara umum. Hanya saja, jurnal closed access cenderung lebih terjamin karena umumnya dikelola publisher besar yang punya standar tinggi dalam menyeleksi artikel yang dikirim penulis. 

Sebaliknya, pada jurnal open access umumnya kualitas jurnal tidak selalu terjamin. Sebab jurnal dengan sistem ini rawan dikelola oleh jurnal predator. Sehingga jurnal open access perlu dilihat rekam jejak dan reputasi publisher yang mengelolanya. 

Kelebihan Publikasi di Closed Access Journal

Publikasi ilmiah di closed access journal maupun di open access journal memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Kelebihan mengurus publikasi di jurnal akses tertutup antara lain: 

1. Kualitas Publikasi Tinggi 

Kelebihan yang pertama dari jurnal dengan closed access alias akses tertutup adalah kualitas publikasi yang tinggi atau mumpuni. Hal ini bahkan diakui oleh semua pihak. Apalagi aktualnya, banyak publisher besar menerapkan sistem ini. 

Kualitas publikasi dikatakan tinggi dan lebih tinggi dibanding jurnal open access karena seleksi ketat. Kemudian dikelola oleh perusahaan besar yang tentu sudah profesional dan kaya pengalaman mengurus publikasi ilmiah. 

Pihak pengelola jurnal akan dengan mudah menjalin kerjasama dengan pakar di berbagai bidang dari berbagai negara di dunia. Sehingga kualitas publikasinya dari waktu ke waktu selalu konsisten. Publikasi di jurnal closed access kemudian menjadi solusi terbaik untuk terhindar dari jurnal predator. 

2. Biaya Publikasi Rendah Bahkan Gratis 

Bagi peneliti atau penulis artikel ilmiah, publikasi di closed access journal meringankan beban finansial. Sebab biaya publikasi lewat APCs terbilang sangat rendah dibanding open access. Bahkan sebagian besar jurnal bersifat gratis. 

Jadi, bagi penulis yang terbentur dengan anggaran biaya publikasi. Maka memilih jurnal closed access bisa menjadi solusi. Sebab ada banyak jurnal dengan sistem ini menggratiskan biaya publikasi. 

3. Dukungan Kuat dari Pengelola Jurnal 

Kelebihan ketiga dari jurnal closed access adalah tersedia dukungan kuat dari pihak pengelola jurnal. Disebut demikian, karena dikelola publisher besar dan didukung SDM berkualitas, berpengalaman, dan tentunya bersertifikasi. 

Jurnal closed access umumnya juga menyediakan berbagai fasilitas yang memudahkan kinerja para penulis. Misalnya memberi fasilitas penyuntingan gratis, fasilitas pengarsipan, dan distribusi karya tulis yang terjaga dan dijamin aman. 

4. Mendukung Pengembangan Karir Akademik Dosen 

Kelebihan lainnya adalah bisa mendukung pengembangan karir akademik dosen, termasuk dosen di Indonesia. Sebab rata-rata jurnal closed access adalah jurnal internasional bereputasi. 

Sehingga berhasil menembus editorial jurnal tersebut sama artinya telah memenuhi syarat khusus sampai syarat khusus tambahan pengajuan kenaikan jabatan fungsional. Khususnya di jenjang Lektor Kepala dan Guru Besar. 

Kelemahan

Meskipun memiliki banyak kelebihan, publikasi di closed access journal juga berhadapan dengan sejumlah kelemahan atau kekurangan. Diantaranya adalah: 

1. Jumlah Pembaca Tidak Signifikan 

Dengan adanya ketentuan pembaca perlu membayar biaya berlangganan untuk mendapat akses ke artikel ilmiah closed access. Maka membuat jumlah pembaca tidak signifikan, dimana masih lebih sedikit dibanding pembaca jurnal open access. 

2. Dampak Publikasi Kurang Optimal 

Kelemahan kedua dari jurnal closed access adalah dampak publikasi yang kurang optimal jika dibanding di jurnal open access. Hal ini sejalan dengan jumlah pembaca yang tidak terlalu banyak. Sehingga jumlah kutipan maupun dampak nyata di publik kurang optimal. 

3. Penulis Kehilangan Hak Cipta 

Kelemahan yang ketiga adalah berkaitan dengan hak cipta, dimana penulis kehilangan kepemilikan atas HKI ini. Hal ini membuat pengelola jurnal menjadi pemegang hak cipta dan penulis tidak leluasa dalam membagikan artikel buatannya sendiri. 

4. Proses Publikasi Lama dan Sulit 

Kelemahan yang keempat dari jurnal closed access adalah proses publikasi yang memakan waktu lama dan sulit. Proses publikasi lama karena peer review oleh ahlinya bisa sampai berbulan-bulan untuk menjaga kualitas isi naskah. 

Disebut sulit, karena standar tinggi pihak pengelola jurnal dalam memilih artikel yang akan diterbitkan. Sehingga sering gagal menembus editorial dan harus mencari jurnal lain sebagai alternatif. 

5. Tidak Mendukung Prinsip Open Science 

Kelemahan lainnya dari jurnal closed access adalah tidak mendukung prinsip open science. Secara umum, prinsip dari ilmu pengetahuan adalah disebarluaskan tanpa ada batasan apapun. Sebab ilmu pengetahuan adalah hak semua orang untuk mengaksesnya. 

Namun, ketika suatu jurnal menerapkan prinsip closed access maka prinsip open science ini tidak terpenuhi. Mengingat artikel berisi temuan penelitian terkini dibatasi aksesnya pada pembaca yang sudah membayar biaya langganan saja. 

Cara Mengecek Closed Access Journal

Bagaimana cara mengecek atau mengetahui suatu jurnal dikelola dengan sistem closed access atau open access? Cara termudahnya adalah mencoba membaca artikel ilmiah yang sudah dipublikasikan. 

Pada closed access journal, pembaca yang hendak membuka dokumen artikel ilmiah akan mendapat notifikasi harus melakukan pembayaran. Sebagai contoh adalah akses di  jurnal American Journal of Public Health (AJPH). 

Dimana saat pembaca hendak membaca seluruh bagian artikel yang dipublikasikan akan muncul notifikasi seperti di bawah ini: 

cara cek tipe akses jurnal

Pada jurnal AJPH menetapkan ada biaya langganan untuk akses seluruh artikel yang diterbitkan, biaya untuk akses ke volume tertentu, atau biaya setiap kali ingin membaca seluruh bagian artikel ilmiah yang diterbitkan. 

Biaya akses berbeda-beda tergantung pada bentuk akses yang diinginkan atau dibutuhkan pembaca. Jika ada keinginan mengakses semua publikasi AJPH maka biayanya USD 38. Biaya semakin murah untuk akses ke artikel tertentu yang ingin dilihat saja, yakni USD 24. 

Cara Mendapatkan Akses Closed Access Journal

Seperti penjelasan di awal, mendapat hak akses pada closed access journal bisa didapatkan secara gratis. Sehingga tidak selalu harus membayar biaya langganan yang ditetapkan pengelola jurnal. Berikut beberapa cara mengakses closed access journal:

1. Akses Melalui Perguruan Tinggi 

Cara yang pertama adalah mendapatkan akses dari perguruan tinggi. Mayoritas perguruan tinggi sudah berlangganan ke sejumlah database jurnal dan membayar biaya hak akses ke sejumlah jurnal closed access. Jika berstatus dosen dan mahasiswa di bawah naungannya, maka diberikan hak akses gratis. 

2. Menghubungi Penulis 

Cara yang kedua adalah dengan menghubungi penulis. Pembaca bisa mencari alamat email penulis melalui Google Scholar maupun sumber kredibel lain. Sehingga bisa meminta hak akses membaca artikel ilmiah yang disusun dan diterbitkan di jurnal closed access. 

3. Menggunakan Layanan Perpustakaan 

Cara yang ketiga adalah menggunakan layanan perpustakaan. Banyak perpustakaan yang memberi hak akses ke jurnal closed access. Misalnya perpustakaan yang dikelola perguruan tinggi, Perpusnas, dan perpustakaan yang dikelola lembaga riset seperti BRIN. 

Itulah beberapa cara gratis mendapatkan hak akses ke artikel di jurnal closed access. Dianjurkan untuk menghindari situs ilegal untuk membaca artikel di jurnal closed access. Sebab tindakan ini termasuk pelanggaran hak cipta. 

Contoh Closed Access Journal

Berikut adalah beberapa contoh jurnal yang menerapkan sistem closed access yang bisa dipilih sebagai media publikasi ilmiah maupun mencari referensi: 

  1. Training Programs in Epidemiology and Public Health Interventions Network (TEPHINET)
  2. American Journal of Public Health (AJPH)
  3. History of the Journal Nature
  4. Journal of the American Chemical Society
  5. The Lancet