Yogyakarta – Dra. Cahyaning Suryaningrum, M.Si, mengungkapkan, gangguan kecemasan sosial bisa menyerang siapa saja. Rasa khawatir ini bisa dengan mudah dialami banyak orang, termasuk mahasiswa. Hal itu diungkapkannya saat ujian terbuka program doktor di Fakultas Psikologi Universitas Gadjah Mada (UGM), Selasa (29/1/2019).
Dikutip dari ugm.ac.id dosen Fakultas Psikologi Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu melanjutkan, tidak sedikit mahasiswa yang mengalami kecemasan sosial saat menjalani masa kuliah. Dampak yang muncul akibat rasa cemas sangat berpengaruh terhadap kehidupan mahasiswa.
Sejumlah penelitian menyebutkan, dampak kecemasan sosial pada mahasiswa antara lain memengaruhi kemampuan mengingat, penyesuaian diri di perguruan tinggi yang rendah, performansi akademik yang buruk, bahkan hingga putus kuliah. Selain itu, juga berdampak pada hubungan sosial, kesuksesan pekerjaan, pendidikan, serta aktivitas lainnya.
Cahayaning menilai, kecemasan sosial merupakan sindrom cemas saat berada dalam situasi sosial. Banyak faktor yang berperan terhadap berkembangnya kecemasan sosial.
”Salah satunya konstrual diri sebagai faktor terkait budaya berkontribusi terhadap tinggi rendahnya kecemasan sosial melalui efikasi diri dan strategi regulasi emosi,” ungkap Cahyaning Suryaningrum yang menyelesaikan S2 nya di Universitas Indonesia (UI) 2005 lalu itu.
Penulis buku Pengantar Psikologi Proyektif ini menuturkan, konstrual diri merupakan sikap seseorang menempatkan diri dalam hubungannya dengan orang lain, didasarkan pada asumsi-asumsi yang berlaku dalam budayanya.
Dosen yang telah mengajar 18 tahun di UMM ini menyampaikan konstrual diri interdependensi juga berpengaruh terhadap tingginya tingkat kecemasan sosial melalui efikasi diri dan supresi. Selain itu, konstrual diri indepensi juga berpengaruh terhadap rendahnya tingkat kecemasan sosial melalui efikasi diri dan strategi penilaian kognitif.
Hasil penelitian Cahyaning terhadap 341 mahasiswa di Pulau Jawa dan luar Pulau Jawa, juga menunjukkan bahwa dukungan sosial tidak berperan sebagai penentu efek mediasi efikasi diri. Hal tersebut berlaku baik pada pengaruh konstrual diri maupun independensi terhadap kecemasan sosial.
Redaksi