Sebagai dosen, banyak yang memiliki impian bisa studi lanjut sampai ke luar negeri karena bisa mengakses pendidikan lebih baik dan menerima keuntungan lainnya. Namun, keputusan ini juga berhadapan dengan sejumlah tantangan kuliah di luar negeri.
Ketika Anda memiliki rencana atau keinginan studi lanjut di luar negeri, usahakan tidak hanya mencari tahu manfaatnya, mencari PT terbaik, atau mencari beasiswa yang paling sesuai, melainkan juga memahami tantangan yang menyertai pilihan ini.
Kenapa? Sebab ketika studi lanjut dilakukan maka akan berlangsung setidaknya 3 tahun. Sebuah durasi yang tidak bisa dikatakan singkat. Jika tidak paham ada tantangan saat kuliah di luar negeri, Anda bisa menghadapi banyak masalah dan bisa saja mengganggu studi.
Studi lanjut bagi seorang dosen menjadi kewajiban sekaligus kebutuhan sebab dengan langkah ini maka dosen bisa menjadi pakar di bidang keilmuan yang ditekuni. Selain itu, dosen yang studi lanjut juga berkesempatan untuk mengembangkan karir akademik.
Tak hanya sampai disitu saja, keputusan studi lanjut bagi dosen juga memberi manfaat lebih kompleks lagi. Kebanyakan dosen di Indonesia memang memiliki impian studi lanjut ke luar negeri dengan pemahaman kualitas pendidikan yang ditempuh bisa lebih baik. Selain itu, tentu masih ada alasan lainnya.
Terlepas dari alasan dan berbagai keuntungan bisa studi lanjut ke luar negeri. Satu hal yang perlu dipahami adalah keberadaan tantangan kuliah di luar negeri itu sendiri. Pemahaman tentang tantangan ini akan membantu melakukan persiapan studi yang lebih baik.
Dikutip dari berbagai sumber, berikut tantangan kuliah di luar negeri, misalnya saat studi doktoral/PhD:
Tantangan pertama yang akan dihadapi para dosen ketika studi lanjut sampai ke luar negeri adalah culture shock atau kaget budaya. Secara sederhana, culture shock adalah kondisi seseorang yang terkejut dan tertekan dengan perbedaan budaya.
Perbedaan budaya ini bisa dari kebiasaan masyarakat setempat, jenis makanan yang umum dikonsumsi masyarakat setempat, perilaku, dan lain sebagainya. Umumnya, kaget budaya tidak hanya dialami ketika kuliah di luar negeri.
Seperti yang dijelaskan dalam salah satu konten di kanal YouTube Mimbar Intelek, kaget budaya juga kana terjadi saat kuliah di luar kota atau luar pulau. Kondisi ini lumrah dan akan dihadapi semua mahasiswa tanpa terkecuali.
Dalam hal ini, sangat penting untuk memahami budaya dan kebiasaan masyarakat di negara tujuan. Sehingga ada pemahaman dan ada persiapan mental menghadapi perbedaan tersebut. Sisanya adalah bersabar, karena memang mengatasi kaget budaya butuh waktu.
Tantangan kuliah di luar negeri berikutnya adalah mengenai masalah bahasa. Sejak awal, jauh sebelum studi lanjut sampai ke luar negeri dijamin sudah paham hal ini sebab bahasa Indonesia memang bukan bahasa internasional.
Sehingga akan menjadi bahasa keseharian masyarakat Indonesia saja dan menjadi bahasa pengantar di dunia pendidikn tanah air saja. Meskipun begitu, ternyata menghadapi perbedaan bahasa saat kuliah di luar negeri tidak selalu mudah. Meski sudah menguasai bahasa asing tersebut.
Salah satu dosen Universitas Airlangga (Unair), Dewi Meyrasyawati, sempat membagikan pengalamannya studi lanjut ke luar negeri. Menuturkan bahwa perbedaan bahasa pengantar juga akan mempengaruhi kelancaran komunikasi dengan dosen promotor.
Mahasiswa dari Indonesia bisa saja menghadapi kesulitan menyampaikan gagasan dalam bahasa Inggris atau bahasa asing lain. Sehingga rentan terjadi kesalahpahaman dengan dosen yang menjadi promotor.
Maka, penting sekali untuk memastikan sudah menguasai bahasa asing yang menjadi bahasa pengantar di negara tujuan. Selain itu, Dewi juga menjelaskan pentingnya memilih negara dan PT tujuan yang siap menerima mahasiswa internasional. Sehingga membantu proses komunikasi dua arah yang lebih efektif.
Hal berikutnya yang menjadi tantangan kuliah di luar negeri adalah perbedaan sistem birokrasi dan sistem pendidikan. Setiap negara memang memiliki aturan tersendiri dalam mengatur masyarakat, menetapkan kebijakan pendidikan, dan hukum.
Perbedaan ini kadang menjadi tantangan bagi mahasiswa internasional dan menuntut untuk bisa beradaptasi dengan perbedaan tersebut. Oleh sebab itu, penting sekali untuk sharing dengan kakak tingkat atau dosen senior yang merupakan alumni dari PT atau negara yang sama.
Tujuannya agar bisa lebih paham apa saja kebijakan birokrasi dan sistem pendidikan di negara tersebut. Hal ini akan memberi persiapan ekstra sehingga tidak terlalu terkejut dengan perbedaan di Indonesia dan lebih cepat beradaptasi.
Baca Juga: 12 Manfaat Kuliah di Luar Negeri bagi Dosen Indonesia
Jika membahas mengenai daftar tantangan kuliah di luar negeri bagi dosen maka dijamin perbedaan iklim akan tercantum di dalamnya. Indonesia diketahui sebagai negara tropis dengan dua musim setiap tahunnya.
Tidak semua negara di dunia juga beriklim tropis, khusus untuk Anda yang studi lanjut di negara 4 musim. Maka akan menghadapi tantangan agar bisa mengatasi perbedaan tersebut dan memang butuh waktu untuk beradaptasi.
Dosen Al Kholif di kanal YouTube Mimbar Intelek menyebutkan jika perbedaan iklim terberat sesuai pengalamannya adalah ketika memasuki musim dingin. Sebab di Indonesia tidak memiliki musim ini dan suhunya sangat ekstrim.
Jika musim lain, bahkan musim panas, biasanya masyarakat Indonesia cenderung lebih mudah beradaptasi. Apalagi musim kemarau di Indonesia juga sering memberi suhu tinggi. Maka penting untuk belajar cara menghadapi musim dingin dari berbagai sumber. Entah dosen senior, masyarakat setempat, komunitas dosen, dll.
Berikutnya yang menjadi salah satu tantangan kuliah di luar negeri adalah mengalami homesick. Secara sederhana, homesick adalah kondisi dimana seseorang merindukan rumah. Baik keluarga, masakan ibu, interaksi dengan ayah, dll.
Sama seperti culture shock, homesick juga dialami semua mahasiswa yang kuliah di luar kota atau lintas pulau sehingga bukan hanya dialami ketika studi di luar negeri. Kondisi ini rentan terjadi jika masih menjadi pengalaman pertama jauh dari rumah.
Biasanya akan mudah sedih, menangis saat mendengar suara orang tua di telepon, air mata menetes saat mengetik pesan di WhatsApp, dll. Kondisi ini normal dan dialami semua orang tanpa terkecuali, apalagi jika tidak pernah jauh dari rumah dan dekat secara emosional dengan keluarga.
Butuh waktu agar kondisi ini reda dengan sendirinya. Supaya lebih mudah, maka penting sekali untuk segera mendapat teman di negara tujuan. Adanya teman bisa menjadi tempat curhat dan bisa jadi akan menggantikan peran keluarga sehingga lebih mudah beradaptasi.
Tantangan berikutnya selain tantangan kuliah di luar negeri yang sudah dijelaskan adalah ketika perlu membawa serta keluarga untuk studi lanjut. Kebanyakan dosen di Indonesia bahkan di negara lain, ketika studi lanjut S3 sudah dalam status menikah.
Banyak mahasiswa yang sudah memiliki anak, apalagi untuk dosen perempuan, dijamin akan mengutamakan membawa anak dan pasangan ikut serta ke negara tujuan. Alasannya beragam mulai dari masalah kesehatan anak, biaya rumah tangga.
Pilihan paling tepat agar anak tumbuh kembangnya didampingi kedua orang tua adalah dibawa serta selama studi, maka penting untuk mencari beasiswa yang memfasilitasi keputusan ini.
Selain itu, penting pula untuk memastikan pihak PT tujuan di negara luar tersebut juga paham kondisi ini. Sehingga bisa ikut membantu mencarikan akomodasi atau kebutuhan lain. Setidaknya dengan kondisi ini maka kesulitan dan tekanan membawa anak dan pasangan tidak begitu tinggi.
Tantangan kuliah di luar negeri dikutip dari laman hotcourses.co.id juga mencakup masalah keuangan. Kondisi ini sering dialami ketika mahasiswa berhadapan dengan kebutuhan studi dan kebutuhan hidup yang lebih beragam.
Belum lagi dengan risiko mendapat harga lebih tinggi dari seharusnya. Anda perlu segera memiliki teman agar dibantu menemukan tempat belanja kebutuhan terbaik, akomodasi dengan biaya terjangkau tetapi layak, dll.
Selain itu, penting juga untuk mempelajari manajemen keuangan agar biaya bulanan dari program beasiswa yang didapat dijamin cukup. Jika beasiswa Anda parsial, maka pilih program yang membedakan awardee untuk kerja paruh waktu agar masalah keuangan tidak dialami.
Bicara mengenai berbagai tantangan kuliah di luar negeri, maka akan membahas mengenai perasaan terasing di negara orang. Kondisi ini akan rentan terjadi di masa awal studi dan semakin parah jika tidak menemukan teman.
Sebagai mahasiswa internasional, pahami pentingnya bersikap ramah atau supel. Tujuannya agar tidak ragu dan kaku saat menyapa dan mengajak mahasiswa lain berkenalan sehingga bisa cepat akrab dan bisa memprioritaskan sesama mahasiswa internasional.
Dengan memiliki status yang sama, Anda akan merasakan adanya kesamaan kebutuhan untuk punya teman. Jika sudah memiliki teman maka perasaan asing di negara orang bisa ditekan atau dihindari.
Berikutnya yang menjadi tantangan kuliah di luar negeri adalah perihal manajemen waktu. Masyarakat di Indonesia dikenal cukup santai dan fleksibel, hal ini juga berlaku di dunia akademik.
Namun, bagaimana dengan di luar negeri? Jika masuk ke negara maju maka akan jauh berbeda, hal ini seperti yang diungkap Al Kholif di kanal YouTube Mimbar Intelek. Kuliah di luar negeri khususnya di negara maju akan bertemu dengan sistem pendidikan lebih ketat, disiplin, dan profesional.
Meskipun Anda mahasiswa internasional dan menghadapi kesulitan, biasanya tetap dituntut untuk segera beradaptasi. Sekaligus bisa disiplin seperti mahasiswa lainnya. Jadi, manajemen waktu perlu segera dipelajari dan dikuasai dengan baik. Hal ini juga akan menguntungkan untuk riset di jenjang S3.
Dengan adanya tekanan akademik, lingkungan atau bahkan dari kesehatan, mental Anda bisa saja terganggu. Anda bisa mengalami gangguan kecemasan karena banyaknya beban yang Anda pikul dalam satu waktu.
Untuk itu, Anda perlu memiliki support system dan manajemen diri yang baik agar kesehatan mental Anda aman selama menempuh studi lanjut di luar negeri.
Anda sedang mencari beasiswa S3? Jangan lewatkan juga daftar beasiswa dari negara lain berikut ini:
➝ 5 Daftar Program Beasiswa S3 Malaysia
➝ 6 Daftar Program Beasiswa S3 Jepang
➝ Daftar Beasiswa S3 Brunei Darussalam
➝ 5 Beasiswa S3 Thailand dan Keuntungan Studi Di Sana
➝ 6 Program Beasiswa S3 Singapura
➝ Pilihan Program Beasiswa S3 Belanda
➝ 8 Daftar Beasiswa S3 di Jerman dari Pemerintah Hingga Swasta
➝ 7 Program Beasiswa S3 Australia dan Cakupan Beasiswanya
Meskipun sudah melakukan berbagai persiapan, ternyata tidak bisa menghindari tantangan kuliah di luar negeri sampai 100%. Hal ini seperti diakui kebanyakan dosen yang sudah merasakan sendiri bagaimana susahnya studi lanjut ke luar negeri.
Meskipun begitu, berbagai tantangan yang mungkin dialami selama studi tetap bisa diredam dengan banyak cara. Berikut tips menghadapi tantang saat kuliah di luar negeri:
Tips yang pertama adalah tentu saja mempelajari negara tujuan, bukan sekadar bahasa ibu negara tersebut. Melainkan juga mengenai budayanya, kebiasaan masyarakatnya, jenis makananya, dan lainnya sehingga bisa meredam culture shock dan tantangan lain selama studi di luar negeri.
Tips berikutnya adalah rajin sharing atau berkomunikasi dengan alumni negara tujuan. Entah itu dosen senior, tetangga dekat rumah yang juga pernah studi di negara yang sama sehingga membantu mendapat informasi lebih mengenai negara tersebut masyarakatnya hingga makanannya.
Tips berikutnya adalah mempersiapkan kondisi keuangan yang baik. Kuliah di luar negeri dipahami menelan biaya lebih tinggi. Inilah alasan kenapa mahasiswa dari Indonesia memprioritaskan beasiswa agar tidak terjadi masalah ekaungan.
Jadi, jika Anda ingin studi di luar negeri minimal sudah memastikan tidak ada masalah dengan biaya pendidikan dan biaya hidup selama studi. Tujuannya agar bisa mengatasi nyaris separuh dari tantangan kuliah di luar negeri karena keuangan stabil.
Tips berikutnya adalah belajar menjadi pribadi yang ramah dan supel. Jangan menunggu untuk disapa duluan, melainkan menjadi yang pertama kali menyapa dan minta kenalan sehingga bisa cepat mendapat teman untuk mencegah merasa terasing sampai homesick selama studi di luar negeri.
Jika Anda studi pascasarjana, baik itu S2 maupun S3 di luar negeri, rencana studi dan rencana riset harus jelas. Khususnya jika studi S3, karena dituntut untuk mandiri dan punya tujuan sendiri sejak awal studi. Jadi, pastikan riset sudah matang dan siap dieksekusi agar cepat lulus.
Tips selanjutnya adalah menguasai manajemen waktu. Disarankan untuk sudah belajar menjadi pribadi yang disiplin agar tidak kaget dengan kedisiplinan tinggi masyarakat di negara maju. Tujuannya agar bisa mengikuti ritme dan sistem pendidikan yang diterapkan negara tujuan.
Tips yang ketujuh adalah belajar untuk bersabar. Banyak sekali tantangan kuliah di luar negeri akan dihadapi dan beberapa diantaranya akan selesai seiring berjalannya waktu. Jika kurang sabar maka dijamin akan mudah menyerah dan meninggalkan negara tersebut untuk kembali ke kampung halaman.
Tips kedelapan adalah meminta doa restu, terutama kepada kedua orang tua kandung. Jika sudah menikah maka meminta restu dari kedua mertua juga penting. Restu orang tua ternyata bisa membuka jalan kemudahan atas apapun yang diusahakan. Klise tetapi sudah banyak yang membuktikan.
Anda bisa terus berdoa dan mendekatkan diri kepada-Nya agar dimudahkan segala urusan selama masa studi di luar negeri. Melibatkan Tuhan dalam mencapai tujuan pendidikan dan tujuan lain dalam hidup adalah yang sangat penting. Hal ini membuat hati lebih tenang dan kemudahan datang silih berganti.
Apabila kesehatan mental Anda terganggu, Anda bisa berkonsultasi melalui layanan yang ada di kampus atau lingkungan kota. Sejumlah kampus di luar negeri yang menyediakan layanan konseling diantaranya University College London. Student Psychological and Counselling Services milik University College London berperan untuk membantu mahasiswanya menghadapi masalah pribadi, emosional dan psikologis.
Layanan konsultasi tersebut gratis untuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana yang terdaftar di UC. Untuk mahasiswa Doktor/PhD, bantuan konsultasi dapat didapatkan melalui Spectrum Life Assistance Programme. Jadi, pastikan Anda mencari tahu apakah kampus tujuan Anda studi lanjut memiliki layanan ini, apabila Anda merasa layanan ini diperlukan di kemudian hari.
Melalui penjelasan di atas, maka Anda bisa semakin paham mengenai keberadaan tantangan kuliah di luar negeri. Semakin dini diketahui, maka semakin dini bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi dan meredam efek tantangan tersebut.
Apakah Anda pernah sudah mengantisipasi tantangan di atas? Apakah ada tantangan lain yang Anda ketahui? Yuk, share melalui kolom komentar.
Bagi Anda dosen muda yang ingin lanjut studi di luar negeri, bagikan informasi ini ke rekan dosen Anda yang lain agar sama-sama mempersiapkan studi lanjut dengan matang. Semoga bermanfaat!
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…