Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah studi S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga atau tidak. Pertimbangan ini akan semakin berat apabila sudah memiliki anak.
Dosen yang mengalami masalah serupa dapat mempertimbangkan beberapa hal berikut sebelum memutuskan membawa keluarga. Ikuti tips berikut selengkapnya!
Hal pertama yang akan dibahas terkait topik tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga adalah memahami perlu tidaknya melakukan hal tersebut. Studi lanjut jenjang S3 bisa dilakukan di Indonesia maupun di luar negeri.
Kadang kala, mahasiswa S3 ini sudah berkeluarga dan juga sudah memiliki anak, baik satu anak maupun lebih. Dengan kondisi ini, ada pertimbangan untuk membawa serta keluarga selama masa studi atau tidak.
Jadi, apakah perlu membawa anak dan pasangan selama studi lanjut? Secara umum, jawaban atas pertanyaan ini sifatnya subjektif dan personal. Artinya, setiap mahasiswa S3 memiliki jawaban terbaik yang berbeda-beda.
Namun, mahasiswa S3 di luar negeri perlu memperhatikan kelebihan dan kekurangan saat membawa keluarga selama studi agar bisa mengambil keputusan yang tepat dan melakukan persiapan sebaik mungkin agar studi juga lancar.
Berikut beberapa alasan kenapa mahasiswa S3 perlu MEMBAWA keluarga selama studi di luar negeri:
Alasan pertama kenapa mahasiswa S3 bisa mempertimbangkan untuk mengajak keluarga adalah mendapat dukungan emosional. Namun, bukan berarti meninggalkan pasangan dan anak di negara sendiri tidak memberi dukungan.
Dukungan emosional yang dimaksud disini adalah lebih spesifik dan tepat. Sebab, pasangan juga memahami kondisi harian Anda selama studi di negara orang. Ketika sharing dan saling memberi penguatan, maka masukan lebih tepat.
Selain itu, jauh dari pasangan kadang memicu kecurigaan. Hal ini tentu memicu masalah dan tekanan emosional. Sehingga saat kondisi seperti ini dimiliki, membawa keluarga tentu menjadi pilihan terbaik.
Alasan kedua kenapa perlu membawa keluarga saat studi di luar negeri adalah mendapat pengalaman bersama. Membawa keluarga di negara lain akan membantu memiliki pengalaman dan wawasan lebih luas karena bisa mengenal budaya baru.
Sehingga pengalaman selama menempuh studi S3 di luar negeri akan dirasakan seluruh keluarga. Baik diri sendiri, pasangan, dan anak-anak. Hal ini bisa memperluas pengalaman dan wawasan mereka.
Alasan ketiga kenapa perlu mengajak keluarga ikut serta selama studi S3 di luar negeri adalah meraih keseimbangan hidup. Artinya, menjaga kedekatan fisik dengan anggota keluarga membawa keseimbangan dalam kesehatan rumah tangga.
Misalnya, meminimalkan risiko cemburu dan curiga karena jauh dari pasangan. Kemudian, meminimalkan rasa rindu yang terlalu besar agar selama masa studi tidak perlu cuti atau pulang ke Indonesia karena akan membuat biaya bengkak.
Selain itu, menjaga kedekatan dengan keluarga apalagi selama studi S3 yang rata-rata sampai 4 tahun, bisa menjaga keharmonisan. Apalagi jika mendapatkan tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga yang tepat.
Alasan lainnya adalah bisa memberi peluang untuk pasangan dan anak. Pertama, bagi pasangan. Jika mengajak pasangan ke luar negeri, ada peluang untuk menemukan peluang kerja dan ide bisnis yang segar dan potensial.
Bahkan dalam salah satu tulisan di blog pribadi dosen Universitas Gadjah Mada, yakni I Made Andi Arsana, dijelaskan bahwa selama tinggal di luar negeri dan pasangan memutuskan resign untuk ikut pasangannya studi lanjut.
Pasangan ini kemudian bisa bekerja di luar negeri agar tetap berpenghasilan sebagaimana ketika masih di Indonesia. Ada banyak negara yang membuka lowongan kerja di bagian informal dengan gaji sangat layak. Misalnya menjadi penjaga toko di Australia yang diketahui punya gaji bagus.
Kedua, untuk anak. Membawa anak saat studi S3 di luar negeri membantu memberi peluang mengenyam pendidikan di negara tersebut. Dimana seringnya jauh lebih bagus dan berkualitas dari Indonesia.
Selain itu, anak juga terasah kemampuan bahasa asingnya yang ketika kembali ke Indonesia bisa menguntungkan si anak. Misalnya, anak bisa memenuhi syarat untuk masuk sekolah bertaraf internasional atau bisa meraih beasiswa bergengsi di Indonesia.
Jika Anda mau membawa keluarga, cek 4 Rekomendasi Beasiswa S3 dengan Tunjangan Keluarga.
Selain itu, berikut beberapa alasan yang membuat mahasiswa S3 perlu memutuskan untuk TIDAK MEMBAWA keluarga selama studi:
Salah satu alasan kenapa saat studi S3 di luar negeri tidak perlu membawa keluarga adalah biaya hidup bisa membengkak. Apalagi jika studi tersebut dengan biaya mandiri.
Biaya hidup bersama keluarga bisa membengkak di negara tujuan. Terutama di negara yang dikenal punya biaya hidup paling tinggi di dunia. Selain itu, Anda juga perlu mempertimbangkan beasiswa apabila tidak mencakup tunjangan keluarga.
Alasan kedua kenapa perlu meninggalkan keluarga selama studi S3 di luar negeri adalah adanya tantangan adaptasi. Pindah ke negara lain menuntut untuk beradaptasi dengan cepat dalam banyak aspek.
Mulai dari bahasa, budaya, cuaca, makanan, dan lain sebagainya. Kadangkala, anak dan pasangan kesulitan beradaptasi. Sehingga menyerh di tengah jalan. Jika pasangan dan anak memang cenderung sudah beradaptasi di lingkungan baru, memutuskan studi sendiri di luar negeri jauh lebih tepat.
Alasan selanjutnya adalah menurunkan fokus selama studi S3 di luar negeri. Mengajak pasangan dan anak, terutama anak yang masih kecil dan butuh dampingan orang tua. Bisa memberi beban tersendiri selama studi.
Alih-alih bisa fokus kuliah dan melakukan riset. Selama studi S3, bisa saja kehilangan fokus karena anak memiliki kebutuhan tinggi untuk dekat dan diperhatikan. Misalnya sering sakit, ada masalah pada tumbuh kembangnya, dll.
Jika merasa kesulitan untuk fokus saat mengajak anak dan pasangan, memutuskan untuk studi lanjut sendiri lebih tepat agar bisa segera lulus dan segera pulang untuk ikut mendidik anak dengan lebih baik.
Alasan lainnya adalah karena terbentur dengan kebijakan di negara tujuan. Misalnya ada kebijakan terkait visa yang cukup sulit jika harus mengajak serta keluarga. Kemudian ada beberapa negara yang izin tinggalnya punya syarat kompleks.
Dimana bisa saja tidak mendukung untuk membawa anak dan pasangan. Dengan alasan ini, selama studi S3 bisa ditempuh sendiri dan keluarga bisa tetap di Indonesia.
Tak hanya keluarga, setidaknya Anda juga memahami Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Ambil S3 bagi Dosen.
Hal penting berikutnya terkait topik tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga adalah pertimbangan sebelumnya. Jadi, memang ada banyak pertimbangan yang harus dipikirkan masak-masak dan dibahas bersama pasangan sebelum mengambil keputusan.
Dikutip dari salah satu artikel sharing Amelia yang merupakan dosen sekaligus awardee Beasiswa Australia Awards (AAS) untuk jenjang S3. Terdapat 3 pertimbangan untuk menentukan perlu tidaknya membawa keluarga selama studi di luar negeri, diantaranya:
Pertimbangan pertama adalah berkaitan dengan durasi studi S3. Setiap negara memiliki sistem pendidikan tinggi yang berbeda. Hal ini mempengaruhi durasi studi di berbagai jenjang pendidikan tinggi.
Ada masa studi S3 yang hanya 2 tahun, akan tetapi banyak juga yang 4 tahun bahkan ada yang sampai 7 tahun. Durasi ini tentunya tidak pendek, apalagi masih ada resiko studi yang ditempuh melebihi masa studi ideal tersebut.
Bagi siapa saja yang sudah berkeluarga, kemudian harus jauh dari keluarga dalam waktu tahunan yang panjang. Bisa menjadi beban dan terasa berat sekaligus tidak mungkin bisa dilakukan.
Apalagi jika memiliki anak, selaku orang tua tentunya ada keinginan bisa mendampingi tumbuh kembang si anak. Oleh sebab itu, durasi pendidikan perlu dipertimbangkan untuk menentukan perlu tidaknya membawa keluarga.
Pertimbangan kedua sebelum mencari tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga adalah kesediaan pasangan. Artinya, mahasiswa S3 perlu mempertimbangkan pasangan bersedia ikut atau memilih tinggal di Indonesia.
Keputusan untuk ikut studi di luar negeri sama artinya membuat pasangan keluar dari zona nyaman. Sebab sudah nyaman dengan kondisi di negara sendiri, dengan karir yang sudah bagus, sudah punya sahabat dekat, dan lain sebagainya.
Oleh sebab itu, sebelum memutuskan harus mengajak keluarga atau tidak perlu dibicarakan dengan pasangan. Tanyakan siap tidaknya atau bisa tidaknya ikut serta ke luar negeri.
Sehingga mereka bisa ikut menimbang baik buruknya, dan memilih pilihan yang paling memberi resiko dan kerugian rendah. Sebab bisa jadi, pasangan sudah punya karir dan gaji bagus. Sehingga butuh waktu untuk merelakannya dan ikut serta mendampingi keluar negeri.
Pertimbangan ketiga adalah kondisi keuangan. Pindah ke luar negeri selama studi S3 akan membutuhkan biaya yang besar. Sebab perlu membiayai tiket pesawat, pengurusan visa, dan lain sebagainya.
Selama tinggal di luar negeri juga perlu memikirkan biaya hidup sesuai standar di negara tersebut, asuransi kesehatannya mahal atau tidak, biaya day care anak bagaimana, dan lain sebagainya.
Pada saat menerima beasiswa, dan kebetulan ada tunjangan keluarga memang masih cukup terbantu. Namun biaya untuk visa, medical check up, pengurusan asuransi kesehatan, dll biasanya atas biaya mandiri.
Semakin banyak anggota keluarga, semakin besar biaya yang harus disiapkan. Maka perlu mempertimbangkan kondisi finansial. Apakah siap membawa semua anggota keluarga atau hanya cukup untuk membawa diri sendiri studi S3 di luar negeri?
Meskipun mengajak serta keluarga selama studi S3. Tentunya semua mahasiswa ingin lulus tepat waktu dan memaksimalkan prestasi akademik. Selain itu, ada kebutuhan untuk memastikan seluruh keluarga menikmati masa di luar negeri tersebut.
Anda perlu menyimak dan menerapkan beberapa tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga berikut ini:
Tips yang pertama adalah melakukan riset pada negara tujuan studi. Pertama, memastikan visa untuk izin tinggal bersama keluarga memang mendukung. Kedua, riset lokasi tempat tinggal yang dirasa sesuai dengan keluarga dan memang aman.
Ketiga, melakukan riset untuk pendidikan anak. Terutama saat anak yang diajak memang ada di usia sudah harus sekolah. Sudah tentu sebelum pindah harus dicarikan sekolah dan didaftarkan.
Sehingga bisa langsung sekolah dan mendapatkan haknya mengenyam pendidikan yang baik. Riset seperti ini penting agar setibanya di negara tujuan semua urusan penting sudah diurus jauh-jauh hari. Sehingga tidak ada kendala dan bisa fokus studi S3.
Salah satu tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga tanpa risiko kehilangan fokus kuliah adalah manajemen waktu yang baik. Dimulai dari menghindari kebiasaan menunda.
Apapun pekerjaan dan kewajiban, perlu segera diselesaikan. Jika memungkinkan, urusan studi bisa selesai di kampus. Setibanya di rumah bisa fokus urusan keluarga. Jika perlu menggarap tugas, merencanakan riset, dan sebagainya. Maka lakukan di ruang kerja yang tertutup agar fokus.
Tips yang ketiga adalah menciptakan ruang kerja. Hal ini berhubungan dengan penjelasan sebelumnya. Sebab ada banyak momen mahasiswa S3 harus mengerjakan tugas akademik di rumah. Khususnya berkaitan dengan riset.
Jadi, di tempat tinggal perlu disiapkan ruang khusus untuk bekerja dan belajar. Ruang ini bisa dikunci dan mencegah pasangan maupun anak-anak keluar masuk terlalu leluasa. Sebab bisa menurunkan fokus dan merusak manajemen waktu yang sudah dibuat.
Tips berikutnya adalah meminta dukungan dari orang di sekitar dan juga dari pihak kampus. Jadi, silakan menceritakan kondisi Anda yang juga membawa keluarga selama masa studi.
Sehingga teman-teman di kampus bisa memberi pengertian dan dukungan apapun yang diperlukan agar bisa fokus kuliah sambil tetap momong anak. Selain itu, jelaskan pula kondisi ini kepada kampus.
Sebab beberapa perguruan tinggi di luar negeri menyediakan fasilitas dan dukungan tambahan untuk mahasiswa luar negeri yang membawa keluarga. Misalnya memberi tunjangan bulanan khusus, memberi asuransi kesehatan gratis kepada anggota keluarga, dll.
Tips yang terakhir adalah selalu istirahat cukup dan menerapkan gaya hidup sehat. Sekaligus tidak selalu memaksakan diri. Minta pengertian dari pasangan, saat sibuk dengan agenda kuliah maka anak bisa sepenuhnya diasuh pasangan.
Begitu pula sebaliknya, saat memungkinkan maka bisa tetap mendampingi tumbuh kembang dan kegiatan sekolah anak. Pastikan untuk selalu punya alarm saat sudah lelah. Dimana segera istirahat adalah pilihan terbaik agar tidak kelelahan dan memicu masalah kesehatan.
Itulah beberapa tips S3 ke luar negeri dengan membawa keluarga. Pada masa awal mungkin terasa berat karena banyak yang harus diurus. Sekaligus berhadapan dengan proses adaptasi yang tidak mudah. Namun, berjalannya waktu semua akan baik-baik saja jika sudah ada persiapan dan perencanaan matang.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Mau studi lanjut ke luar negeri? Cek beasiswa dari negara lain berikut ini:
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…