fbpx

9 Dosen yang Menjadi Profesor Termuda di Indonesia

profesor termuda di indonesia

Menjadi salah satu profesor termuda di Indonesia adalah hal yang sangat mungkin diraih semua dosen tanpa terkecuali. Apalagi jika memang sejak awal sudah memiliki niat mencapai hal ini dan menetapkan strategi yang benar-benar tepat. 

Profesor sendiri menjadi gelar yang diberikan kepada dosen yang sudah memangku jabatan fungsional tertinggi, yakni Guru Besar. Sebelum menjadi profesor, dosen harus meniti karir dari Asisten Ahli, Lektor, kemudian ke Lektor Kepala. 

Prosesnya panjang dan seringkali membutuhkan waktu tidak sebentar. Beberapa dosen bahkan mengaku butuh waktu sekitar 10 tahun untuk naik dari satu jabatan fungsional ke jabatan berikutnya. Lalu, bagaimana membuka kesempatan menjadi profesor di usia muda? 

Daftar Profesor Termuda di Indonesia

Jika Anda seorang dosen dan ingin menjadi profesor dalam usia yang masih terbilang muda, Anda bisa mencari inspirasi dan motivasi dari dosen lain yang sudah berhasil mewujudkannya. 

Dikutip dari berbagai sumber, berikut adalah daftar dosen yang berhasil menjadi profesor termuda di Indonesia: 

1. Nelson Tansu 

Dikutip dari detik.com, salah satu dosen di Indonesia yang berhasil menjadi profesor di usia cukup muda adalah Nelson Tansu. Nelson diketahui merupakan profesor di bidang Electrical Engineering di Amerika, tepatnya di Lehigh University. 

Pada usia 25 tahun, di tahun 2003 resmi menjadi profesor. Meskipun tidak berkiprah di akademik tanah air, pria kelahiran Medan pada tanggal 20 Oktober 1977 ini telah mengharumkan nama bangsa. 

Nelson diketahui mengenyam pendidikan di  Universitas Wisconsin melalui sebuah program beasiswa. Selama menjadi mahasiswa dan dosen, beliau juga menerima berbagai penghargaan dari Universitas Wisconsin-Madison dan Lehigh University. 

Salah satu penemuan terbesarnya adalah penemuan teknologi pembuatan laser dan lampu LED. Lewat temuannya inilah, Nelson berkontribusi mengembangkan teknologi hemat energi lewat penggunaan lampu LED. 

2. Agus Pulung Sasmito 

Daftar profesor termuda di Indonesia yang kedua adalah Agus Pulung Sasmito. Agus diketahui mengenyam pendidikan S1 di Universitas Gadjah Mada jurusan Teknik Fisika dan lulus di tahun 2005. 

Pada tahun 2006, Agus Pulung berhasil meraih beasiswa untuk studi lanjut S2 di National University of Singapore (NUS) untuk jurusan Teknik Mesin. Tahun kedua studi S2 tersebut, diberi tawaran untuk masuk ke program Direct PhD yang memfasilitasinya studi S3 tanpa perlu menyelesaikan S2. 

Setelahnya, pendidikan dilanjutkan ke jenjang professorship dan lulus di tahun 2013. Pada tahun yang sama, beliau resmi menjadi dosen di McGill University dan menjadi profesor di usia baru 32 tahun. 

3. Firmanzah 

Dosen UI (Universitas Indonesia) bernama Firmanzah juga menjadi salah satu profesor termuda di Indonesia. Pria kelahiran 7 Juli 1976 ini resmi menjadi profesor termuda di Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (UI) pada usia 34 tahun. 

Tak hanya sukses memangku jabatan fungsional tinggi di dunia akademik, Firmanzah juga tercatat menjadi staf kepresidenan di tahun 2012 di masa kepemimpinan Susilo Bambang Yudhoyono. 

Selain itu, Firmanzah juga sempat mengisi jabatan struktural sebagai rektor di Universitas Paramadina. Pada tahun 2021, Firmanzah berpulang dan disemayamkan di Bogor, Jawa Barat. 

Menjadi profesor di usia muda bisa Anda capai apabila memiliki strategi jelas yang dilaksanakan secara persisten.

4. Muh Harun Achmad

Selanjutnya yang juga menjadi salah satu profesor termuda di Indonesia adalah Prof. Dr. drg. Muhammad Harun Achmad. Harun menjadi Guru Besar di  Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) Unhas (Universitas Hasanudin) di tahun 2018 ketika memasuki usia 47 tahun. 

Dikutip melalui sindonews.com, Harun sempat menjadi salah satu periset unggul Unhas di tahun 2019. Selain itu, karir akademik dan aktivitas penelitian sudah ditekuninya sejak tahun 1982. 

Dosen Unhas satu ini juga sempat masuk ke dalam daftar Top 2% World Ranking dan menjadi salah satu ilmuwan dunia yang memiliki pengaruh secara global. Prestasinya ini tentu menjadi inspirasi bagi dosen lain di Indonesia. 

5. Agung Endro 

Dosen yang menjadi profesor termuda di Indonesia berikutnya adalah Prof. Agung Endro Nugroho, M.Si., Ph.D., Apt. Agung diketahui merupakan Guru Besar Fakultas Farmasi UGM dan resmi dilantik di tahun 2012 ketika memasuki usia 36 tahun. 

Pria kelahiran Surakarta, 15 Januari 1976 ini merupakan mahasiswa Farmasi di UGM dan setelah lulus menjadi dosen di fakultas yang sama. Keberhasilannya menjadi Guru Besar di usia muda tidak terlepas dari upayanya fokus di bidang keilmuan spesifik. 

Selain itu, dosen muda ini juga dikenal aktif menulis dan rajin melakukan publikasi terutama menerbitkan buku. Beberapa bukunya yang berhasil terbit adalah Buku Nasib Obat dan Aksi Obat di dalam Tubuh, buku Farmakologi Obat dan Buku Penanganan Hewan.

6. Ibnu Sina Chandranegara

Daftar profesor termuda di Indonesia berikutnya adalah Prof. Dr. Ibnu Sina Chandranegara, S.H., M.H.. Pelantikan sebagai Guru Besar bidang Hukum Tata Negara (HTN) Universitas Muhammadiyah Jakarta resmi dilakukan pada 1 April 2023. 

Ibnu diketahui meniti karir dosen di tahun 2011 dan tepat setelah 12 tahun karirnya berhasil mencapai puncak jabatan fungsional. Ketika dilantik menjadi profesor, usianya masih 33 tahun. 

Pendidikan S1 dan S2 beliau ditempuh di Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Jakarta. Semenara untuk jenjang S3 ditempuh di Universitas Gadjah Mada dan sukses menjalani karir sebagai dosen di Indonesia. 

7. Rully Charitas

Prof. Dr. Rully Charitas IP, SSi, M.Pd., diketahui juga menjadi salah satu profesor termuda di Indonesia. Rull berhasil menjadi Guru Besar Bidang Pendidikan Matematika di Universitas Ahmad Dahlan (UAD) Yogyakarta. 

Pelantikan resminya dilakukan pada 9 November 2022 dan masih di usia sangat muda, yakni 35 tahun. Atas prestasi ini bahkan berhasil mendapatkan mendapat sertifikat Museum Rekor-Dunia Indonesia (MURI).

Dalam upacara pelantikan, Senior Customer Relations Manager MURI, Andre Purwandono memberikan ucapan selamat dan mengapresiasi pencapaiannya tersebut. 

“Guru Besar Bidang Pendidikan Matematika di usia termuda, 35 tahun, atas nama Prof Dr Rully Charitas. Ini merupakan prestasi yang luar biasa. Belajar matematika tidak semua orang menyukainya. Semoga ini menginspirasi generasi muda menyukai matematika,” kata Andre Purwandono. 

8. Andi Dian Permana

Andi Dian Permana juga menjadi salah satu profesor termuda di Indonesia yang resmi dilantik di usia 34 tahun. Melalui Surat Keputusan (SK) Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek) Nomor 48314/M/07/2023 resmi meraih Guru Besar di bidang ilmu sistem penghantaran obat dermal dan transdermal Universitas Hasanuddin (Unhas). 

Pria kelahiran Sidenreng Rappang 15 Februari 1989 ini diketahui menempuh studi S1, S2, dan profesi apoteker di Unhas. Sementara, gelar PhD (S3) diraih di Queen’s University Belfast. 

Memiliki kecintaan di dunia pendidikan membuatnya memutuskan menjadi dosen di Unhas. Selain itu juga terbilang aktif menerima program hibah. Salah satunya hibah National Research and Innovation Agency – BRIN Research Grant 2023.

9. Edi Surya Negara Harahap

Berikutnya yang juga menjadi salah satu profesor termuda di Indonesia adalah Prof. Dr. Edi Surya Negara, S.Kom., M.Kom. Edi berhasil menjadi profesor di usia 35 tahun di Universitas Bina Darma (Bidar) Palembang bidang Ilmu Teknik Informatika. 

Edi diketahui mengenyam pendidikan S1 dan S2 di Bidar. Gelar S1 bahkan diraihnya dengan prestasi cumlaude. Selain itu, pendidikan S3 ditempuh di Ilmu Komputer dan Teknologi Informasi di Universitas Gunadarma Jakarta. 

Pencapaian ini tak hanya membuat namanya tercatat sebagai dosen dengan gelar profesor termuda tetapi juga menjadi pencapaian besar bagi Bidar yang berhasil memiliki profesor muda dan menjadi prestasi tersendiri. 

Selain nama-nama di atas, tentunya masih banyak lagi dosen yang berhasil menjadi profesor termuda di Indonesia. Setiap tahunnya pengisi daftar tersebut akan bertambah dan mayoritas berhasil menjadi profesor di usia 30 tahunan. 

Hal ini tentu menjadi sebuah pencapaian yang membanggakan dan sepatutnya menjadi inspirasi bagi dosen lain di Indonesia. Jadi, silahkan mulai menyiapkan strategi agar bisa mengikuti jejak para profesor termuda tersebut. 

Untuk bisa mencapai guru besar, Anda perlu meniti karir dari Asisten Ahli, Lektor, Lektor Kepala hingga Guru Besar. Untuk itu, pahami masing-masing nilai KUM setiap jenjang karir dan publikasi yang bisa Anda lakukan agar nilai terpenuhi.

Tips Menjadi Guru Besar di Usia Muda

Bicara mengenai impian menjadi profesor termuda di Indonesia, langkah yang diambil untuk mewujudkannya perlu dipersiapkan dengan baik. Secara umum, dosen yang berhasil menjadi profesor di usia muda memang sudah memiliki keinginan ini sejak awal. 

Meskipun menjadi profesor dikenal tidak mudah. Namun, banyaknya dosen di usia muda yang berhasil meraih gelar guru besar tentu menjadi bukti bahwa menjadi profesor tidak selalu sulit untuk dilakukan. Berikut beberapa tips yang bisa menjadi guru besar di usia muda: 

1. Membangun Keinginan Menjadi Profesor di Usia Muda 

Tips yang pertama adalah membangun keinginan menjadi profesor di usia yang masih muda. Keinginan yang kuat akan berubah menjadi niat dan kemudian menjadi bahan bakar motivasi untuk bisa diwujudkan. 

Mayoritas dosen yang memang menjadi profesor di usia relatif sangat muda sudah memiliki keinginan ini sejak pertama kali mengawali karir sebagai dosen. Jika ingin sukses sampai ke puncak karir di usia muda, Anda bisa membangun keinginan ini sejak awal. 

2. Memahami Jenjang Karir Dosen Sejak Dini

Tips yang kedua adalah memahami atau mempelajari jenjang karir dosen sejak dini. Anda bisa mencari informasi mengenai apa itu jenjang karir bagi dosen, apa saja syaratnya, dan bagaimana memenuhi semua syarat tersebut. 

Pemahaman terkait hal ini sejak awal membantu dosen mempersiapkan diri untuk memenuhi seluruh persyaratan. Sehingga bisa mempercepat proses kenaikan jabatan fungsional dan berhasil menjadi profesor di usia yang masih muda. 

3. Segera Studi Lanjut S3 

Tips berikutnya agar bisa menjadi profesor termuda di Indonesia adalah segera studi lanjut S3. Sampai saat ini dosen di Indonesia diwajibkan menyelesaikan pendidikan S2. Namun, jenjang Lektor Kepala dan Guru Besar memiliki ketentuan wajib sudah S3. 

Jadi, usahakan untuk segera mempersiapkan diri studi lanjut S3. Sehingga, Anda bisa segera memenuhi kualifikasi akademik menjadi profesor. Syara ini perlu dipenuhi lebih dini karena menempuh studi S3 tidak hanya dalam hitungan bulan melainkan sampai beberapa tahun. 

Mau melanjutkan studi S3 dengan beasiswa tapi terkendala bahasa atau keluarga?

4. Secepatnya Ikut Sertifikasi Dosen 

Berikutnya adalah secepatnya mengikuti sertifikasi dosen. Setelah memangku jabatan fungsional pertama, maka bisa segera mempersiapkan diri ikut sertifikasi. Sebab sertifikasi dosen bersifat wajib dan menjadi bukti dosen sudah layak menjalankan tugas sebagai pendidik. 

Umumnya, sertifikasi menjadi prioritas setelah jabatan fungsional pertama berhasil diraih. Setelahnya dosen akan memiliki kesempatan untuk fokus mengurus kenaikan jabatan fungsional selanjutnya atau studi lanjut jika belum S3. 

5. Rajin Menulis dan Mengurus Publikasi 

Tips berikutnya agar menjadi profesor termuda di Indonesia adalah rajin mengasah keterampilan menulis. Lalu, Anda bisa produktif melakukan publikasi, baik jurnal maupun buku. Utamakan juga menerbitkan buku untuk kebutuhan branding dan meraih KUM tinggi. 

Buku yang diterbitkan bisa membantu mendapatkan KUM antara 20 poin sampai 40 poin untuk buku referensi sehingga bisa mempercepat kenaikan jabatan fungsional dan bisa menjadi guru besar di usia yang relatif masih muda. 

6. Memahami dan Mematuhi Etika dalam Publikasi 

Tips yang keenam adalah memahami dan kemudian mematuhi seluruh etika publikasi maupun penelitian. Sebab kunci untuk memastikan jabatan Guru Besar bisa dipangku sampai usia pensiun adalah menghindari segala bentuk pelanggaran etika. 

Jika melakukan plagiarisme, pencatutan nama, dan pelanggaran lain di ranah publikasi, ada risiko gelar guru besar yang berhasil dipangku akan dicopot dan bahkan ada kemungkinan dipecat sebagai dosen. Dengan demikian, memahami etika menjadi tips tersendiri dalam mengembangkan karir akademik. 

⚠️ Selama melakukan publikasi, pastikan Anda mematuhi etika publikasi agar terhindar dari kasus plagiarisme mulai dari sekarang. Ikuti panduan [Lengkap] Menulis dengan Etika untuk Hindari Plagiarisme.

7. Melakukan Kolaborasi 

Salah satu upaya untuk mempercepat kenaikan jabatan fungsional dosen adalah dengan melakukan kolaborasi, baik kolaborasi penelitian hingga publikasi ilmiah. Kegiatan kolaborasi akan memaksimalkan proses dan pencapaian hasil. 

Dalam hal publikasi, kolaborasi membantu seorang dosen meningkatkan mutu publikasinya. Misalnya bisa berhasil menembus jurnal Scopus sehingga meraih KUM yang maksimal sampai 40 poin. Sehingga, Anda bisa segera mengajukan kenaikan jabatan fungsional. 

8. Aktif Mengikuti dan Mendapatkan Hibah 

Tips berikutnya agar terbuka peluang menjadi profesor termuda di Indonesia adalah aktif mengikuti program hibah. Kenapa? Sebab sebagian besar dosen yang berhasil menjadi profesor di usia muda sering menerima program hibah. 

Baik dari Kemendikbud, BRIN, maupun pihak lain yang rutin menggelar program hibah. Lewat hibah, dosen bisa mendapatkan pendanaan yang memadai untuk melaksanakan tri dharma dan publikasi. Sehingga Anda bisa lebih produktif, kemudian meraih KUM maksimal, dan bisa segera mengajukan kenaikan jabatan fungsional. 

9. Produktif Menjalankan Aktivitas Tri Dharma 

Kunci penting berikutnya dalam pengembangan karir akademik dosen adalah produktif menjalankan tri dharma. Sesuai ketentuan, isi tri dharma wajib dijalankan seimbang dan beriringan bersamaan dengan tugas penunjang. 

Semakin produktif dosen menjalankan aktivitas tri dharma maka semakin mudah memenuhi BKD dan berhasil meraih KUM tinggi di setiap akhir semester. Hal ini akan membantu dosen memenuhi syarat untuk segera mengajukan kenaikan jabatan fungsional. 

10. Disiplin Mengurus Kenaikan Jabatan Fungsional  

Tips yang terakhir adalah selalu disiplin mengurus kenaikan jabatan fungsional. Jika KUM sudah berhasil memenuhi ketentuan, Anda bisa segera menyiapkan kelengkapan administrasi untuk pengajuan kenaikan jabatan ke Tim PAK. 

Jika tidak disiplin maka akan mudah terlewatkan, apalagi dosen punya kesibukan akademik yang tinggi. Kondisi ini yang kadang membuat jabatan fungsional stagnan dan butuh waktu lebih lama untuk naik ke jenjang lebih tinggi. 

Lewat beberapa tips tersebut, Anda bisa memiliki peluang lebih besar menjadi profesor termuda di Indonesia. Namun, bagaimana jika sudah memasuki kepala empat? Pada dasarnya, semua dosen memiliki jalannya sendiri untuk sampai ke puncak karir.

Jika usia Anda tidak lagi muda, maka bukan berarti berhenti berjuang mencapai puncak karir. Silakan memaksimalkan sumber daya yang sudah ada dan segera menjadi Guru Besar sehingga sebelum pensiun sudah meraih gelar profesor. 

Adakah tips lain yang telah Anda lakukan untuk mencapai guru besar?

Informasi penting ini jangan berhenti di Anda. Yuk, bagikan informasi ini ke rekan dosen muda lainnya agar semakin semangat menaiki tangga karir yang saat ini diupayakannya. Semoga bermanfaat!

1 thought on “9 Dosen yang Menjadi Profesor Termuda di Indonesia”

  1. Dita Leny Rafiyah

    menurut saya, artikel ini belum mencantumkan nama Prof. Gamantyo Hendrantoro sebagai salah satu pemegang gelar guru besar (profesor) muda. Beliau kelahiran 1970 menjadi guru besar pada usia hampir 38 tahun di tahun 2008. Dan memegang rekor sebagai guru besar termuda di kampus ITS Surabaya. prestasinya sebagai guru besar termuda juga pernah diliput koran Jawa Pos.

    referensi berita : https://www.its.ac.id/news/2008/09/10/ir-gamantyo-hendrantoro-meng-phd-usia-37-tahun-jadi-guru-besar/

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132