Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024, dijelaskan mengenai salah satu indikator kinerja dosen menjadi editor jurnal. Indikator ini masuk dalam kategori yang perlu dilaksanakan dosen di tingkat perguruan tinggi namun tidak dilaksanakan semua dosen.
Dalam Kepmendikbudristek tersebut, indikator ini sekaligus menjadi penentu dosen memenuhi Karakter Peneliti dan Ilmuwan yang Berintegritas. Maka bisa disimpulkan bahwa dosen wajib mengusahakan untuk memenuhi indikator kinerja satu ini.
Namun, pastikan dulu sudah memahami apa itu editor di dalam jurnal ilmiah dan bagaimana menjadi pengisi posisi ini. Sebab, belum semua dosen memahami tata cara maupun persyaratan untuk menjadi editor di sebuah jurnal ilmiah.
Daftar Isi
ToggleEditor Jurnal dalam Memenuhi Indikator Kinerja Dosen
Mengacu pada isi dari Kepmendikbusristek Nomor 500 Tahun 2024, dalam Indikator Kinerja Utama untuk kategori yang perlu dilaksanakan dosen di tingkat perguruan tinggi namun tidak dilaksanakan semua dosen.
Maka ada salah satu indikator dalam Karakter Peneliti dan Ilmuwan yang Berintegritas adalah menjadi editor jurnal. Indikator ini menunjukan dosen melaksanakan kegiatan kepakaran. Sehingga mendapat kepercayaan menjadi editor di sebuah jurnal ilmiah.
Ketentuan atau indikator kinerja ini diketahui baru berlaku untuk dosen dengan jabatan fungsional Guru Besar. Jadi, jika masih di jabfung Asisten Ahli, Lektor, dan Lektor Kepala maka tidak ada kewajiban menjadi editor di sebuah jurnal ilmiah. Berikut detailnya:
Asisten Ahli | Lektor | Lektor Kepala | Guru Besar |
Tidak berlaku | Tidak berlaku | Tidak berlaku | Menjadi editor minimal satu jurnal terakreditasi dalam periode 2 (dua) tahun; atau |
Khusus untuk jabfung Lektor Kepala, indikator kinerja dalam memenuhi poin “Jumlah kegiatan kepakaran yang dilaksanakan Dosen” bukan menjadi editor jurnal. Melainkan menjadi reviewer di sebuah jurnal. Itupun ada ketentuannya, yaitu:
- Menjadi reviewer minimal satu naskah jurnal nasional bereputasi dalam periode 2 (dua) tahun; atau
- Menjadi reviewer minimal satu naskah nasional terakreditasi dalam periode 2 (dua) tahun.
Dalam memenuhi indikator kinerja satu ini, tidak hanya menjadi editor dan reviewer jurnal saja. Melainkan juga bisa diundang menjadi narasumber di sebuah seminar nasional dan menjadi tim ahli di suatu lembaga pemerintahan.
Jadi, jika ingin menjadi editor di sebuah jurnal maka artinya wajib sudah menjadi Guru Besar. Kemudian, memastikan memenuhi ketentuan dimana jurnal tersebut adalah jurnal terakreditasi (jurnal nasional) minimal dalam dua tahun berturut-turut.
Pahami lebih lanjut 3 Karakter Dosen untuk Pengembangan Indikator Kinerja.
Tugas Editor Jurnal
Dikutip melalui idpublishing.org, editor jurnal adalah pihak yang bertugas melakukan penilaian dan penyuntingan naskah yang masuk untuk memastikan kualitas, kelayakan, dan keandalan informasi sebelum diterbitkan.
Jadi, tugas utama dari editor di sebuah jurnal ilmiah adalah memeriksa artikel ilmiah yang di submit oleh para penulis. Kemudian menentukan kelayakannya untuk diterima pihak jurnal atau ditolak. Editor kemudian akan bekerjasama dengan reviewer dalam menentukan kelayakan.
Umumnya, pengelola jurnal akan memastikan editor melakukan pemeriksaan tahap awal. Jika sudah sesuai dengan kebijakan pengelola jurnal tersebut. Maka artikel yang dinyatakan lolos seleksi akan diserahkan ke pihak reviewer.
Jadi, pihak yang menentukan final artikel ilmiah tersebut diterima atau tidak adalah dari reviewer. Meskipun begitu, peran dari editor jurnal tetap krusial untuk melakukan penyaringan dari awal. Sehingga tidak sepenuhnya dilimpahkan ke reviewer.
Apalagi, untuk jurnal populer dan kredibel biasanya kebanjiran artikel ilmiah. Tidak memungkinkan artikel-artikel ini diperiksa oleh reviewer yang menekuni profesi lain. Maka dilakukan pemeriksaan dan penyaringan awal oleh editor.
Memahami peran ini maka tidak heran banyak yang merasa editor jurnal dengan reviewer adalah sama. Namun, keduanya adalah dua posisi yang berbeda di sebuah jurnal ilmiah. Dikutip melalui Media Pustaka, perbedaan keduanya ada pada tugas dan kewajiban.
Tugas dari seorang editor lebih kompleks, sebab dari proses penerimaan artikel sampai proses publikasinya. Namun, bukan berarti tugas reviewer jauh lebih ringan. Melainkan punya bobot tersendiri, karena akan meninjau kualitas artikel dari kepakarannya.
Secara umum, tugas dari editor di sebuah jurnal ilmiah sebagai berikut:
- Menentukan mitra bestari (reviewer).
- Mencermati komentar atau catatan dari mitra bestari tentang naskah artikel ilmiah.
- Meminta komentar lanjutan dari mitra bestari setelah artikel direvisi oleh penulis,
- Melanjutkan komentar reviewer pasca revisi kepada penulis.
- Melakukan penyuntingan naskah sesuai dengan format standar jurnal.
- Mengirim naskah ke penulis untuk final reading atau penyuntingan akhir.
- Menerbitkan artikel ilmiah sesuai ketentuan.
Sementara tugas dari reviewer adalah mengevaluasi isi artikel secara mendalam, memberikan masukan terkait kualitas, validitas, dan relevansi penelitian. Sehingga mengacu pada kebaruan penelitian dan perkembangan penelitian yang mengikuti pedoman evaluasi yang ditetapkan pengelola jurnal dan etika yang berlaku secara umum.
Melalui penjelasan tersebut, maka dipahami juga perbedaan kedua antara editor jurnal dengan reviewer. Editor adalah pihak yang berkomunikasi secara langsung dengan penulis artikel ilmiah. Sementara reviewer tidak bisa berkomunikasi langsung dengan penulis, melainkan berkomunikasi melalui editor.
Kriteria publikasi sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024:
- Standar Minimum Publikasi dalam Indikator Kinerja Dosen Sesuai Kepmendikbudristek Terbaru
- Kriteria Publikasi bagi Profesor Sesuai Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024
Kualifikasi Menjadi Editor Jurnal
Bicara mengenai editor jurnal, maka akan berkaitan dengan kualifikasi atau persyaratan. Semua orang berkesempatan menjadi editor sebuah jurnal. Hanya saja, tidak semua orang bisa diterima menjadi editor tersebut.
Hal ini terjadi karena memang ada kualifikasi yang harus dipenuhi dan dimiliki calon editor diantaranya:
1. Kualifikasi Akademik
Kualifikasi yang pertama tentu saja berkaitan dengan akademik. Menjadi editor di sebuah jurnal wajib memiliki pendidikan tinggi. Mayoritas meminta lulusan Sarjana (S1) sampai Magister (S2).
Namun, beberapa jurnal mungkin menetapkan kualifikasi akademik minimal sampai jenjang S3 (Doktor). Maka calon editor bisa menyesuaikan. Adapun jurusan bisa dari bidang sains atau ilmu eksak sampai bidang humaniora.
2. Menguasai Bahasa Inggris
Kualifikasi kedua berkaitan dengan kemampuan bahasa. Jika menyasar jurnal internasional, maka wajib menguasai bahasa Inggris. Pasalnya, nyaris semua artikel yang diterima berbahasa Inggris.
Selain bahasa Inggris, juga ada kualifikasi menguasai bahasa yang diakui PBB lainnya. Misalnya bahasa Mandarin, Rusia, dan sebagainya. Sehingga menyesuaikan dengan permintaan pihak pengelola jurnal.
Sementara untuk jurnal nasional, maka wajib menguasai bahasa nasional suatu negara dimana jurnal tersebut berbasis. Misalnya jika jurnal di Indonesia, maka calon editor wajib menguasai bahasa Indonesia terutama dari segi tulisan. Dimana harus paham akidah penulisan sesuai EYD sampai ketentuan dalam KBBI.
3. Terampil dalam Komunikasi
Kualifikasi berikutnya untuk menjadi editor jurnal adalah terampil berkomunikasi. Seorang editor nantinya akan berkomunikasi dengan banyak pihak selama menjalankan tugasnya.
Pertama, berkomunikasi dengan calon reviewer dan reviewer. Sebab, editor akan memilih reviewer dan mengkomunikasikan kemungkinan menjadi reviewer di jurnal tempatnya bertugas. Kedua, editor juga berkomunikasi secara intens dengan penulis.
Selain itu, editor nantinya juga akan berkomunikasi dengan pengisi posisi dan jabatan lain di jurnal tempatnya bekerja. Sehingga kemampuan komunikasi penting untuk seorang editor bisa menjalankan tugasnya dengan baik.
4. Paham Tentang Proses Publikasi Ilmiah
Kualifikasi yang terakhir adalah memahami dunia publikasi ilmiah, khususnya publikasi artikel di jurnal ilmiah. Secara umum ada 3 hal mendasar yang harus dipahami calon editor jurnal berkaitan dengan dunia publikasi ilmiah.
Dimulai dari pemahaman tentang proses publikasi jurnal, standar etika penerbitan, sampai pemahaman tentang peraturan hak cipta. Pada pemahaman tentang hak cipta, hal ini akan menjadi nilai tambah.
Pemahaman ini penting dan biasanya akan dikonfirmasi lewat tahap wawancara dalam proses rekrutmen. Sebab, tugas dan tanggung jawab editor berkaitan erat dengan ketentuan di dunia publikasi ilmiah tersebut.
Gaji Editor Jurnal
Berdasarkan informasi dari Chat GPT versi 4, yang diakses pada 2 Desember 2024. Gaji seorang editor jurnal bervariasi. Sebab akan disesuaikan dengan jenis jurnalnya, apakah jurnal nasional atau internasional. Sekaligus kebijakan internal pengelola jurnal.
Secara umum, gaji untuk editor di jurnal nasional yang berbasis di Indonesia adalah Rp2 jutaan sampai Rp10 jutaan per bulan. Hal ini disesuaikan dengan kebijakan pengelola jurnal tempat editor tersebut bekerja.
Sementara kisaran gaji secara umum di jurnal internasional adalah 500 dolar Amerika (sekitar Rp7 jutaan) sampai 3.000 dolar Amerika (sekitar Rp46 jutaan) per bulan. Sekali lagi, besaran gaji disesuaikan kebijakan internal pengelola jurnal.
Selain itu, editor jurnal tidak hanya dibutuhkan sebuah jurnal ilmiah. Melainkan bisa direkrut oleh perusahaan lain. Misalnya penulis ilmiah yang ingin memeriksa kualitas artikel ilmiah yang disusun.
Kemudian, direkrut oleh perguruan tinggi untuk memfasilitasi dosen dan mahasiswa di bawah naungannya dalam mengurus publikasi ilmiah. Sehingga editor berperan memeriksa kualitas dan kelayakan artikel ilmiah yang disusun dosen dan mahasiswa sebelum submit ke suatu jurnal ilmiah.
Besaran gaji yang diterima editor juga dipengaruhi skala dan kredibilitas tempatnya bekerja. Jika masuk ke jurnal ilmiah dan perguruan tinggi kredibel serta berskala besar. Maka sudah tentu gaji yang diterima terbilang baik bahkan sangat baik. Begitu pula sebaliknya.
Jangan lewatkan informasi terbaru dari Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024:
- Standar Minimum Pelaksanaan Hibah Penelitian dalam Indikator Kinerja Dosen
- Penerapan Metode Pembelajaran Case Study di Perguruan Tinggi
- Cara Menjadi Anggota Asosiasi Profesi untuk Penuhi Indikator Kinerja Dosen
Cara Menjadi Editor Jurnal
Menjadi editor jurnal tidak jauh berbeda ketika menekuni profesi lain. Secara umum ada proses mencari lowongan kerja di posisi ini. Kemudian mengikuti proses seleksi yang dilakukan pihak kepegawaian suatu jurnal maupun perguruan tinggi. Berikut adalah tahapan yang perlu dilalui calon editor sebuah jurnal:
1. Menyiapkan CV
Tahap yang pertama untuk menjadi editor di sebuah jurnal ilmiah adalah menyiapkan CV yang baik. CV ini akan menjelaskan data diri sekaligus pengalaman dan keterampilan yang relevan dengan posisi sebagai editor.
Jadi, silahkan menyusun CV yang di dalamnya memuat berbagai pengalaman berkaitan posisi editor. Misalnya, pernah magang di sebuah perusahaan menjadi editor, mengikuti pelatihan menjadi editor di publisher ilmiah, dan sejenisnya.
Penyusunan CV bisa dilakukan di awal, sehingga saat menemukan lowongan editor jurnal bisa fokus melengkapi berkas lamaran. Selain itu, CV bisa disiapkan di awal karena isinya dipastikan relevan dengan posisi editor. Hal ini cocok untuk siapa saja yang sejak awal punya mimpi menjadi editor sebuah jurnal ilmiah.
2. Mencari Lowongan Kerja sebagai Editor Jurnal Ilmiah
Tahap kedua yang perlu dilakukan untuk bisa menjadi editor di sebuah jurnal ilmiah adalah mencari lowongan. Bisa memanfaatkan internet untuk mengunjungi website satu jurnal ke jurnal lain. Sebab informasi lowongan biasanya dimuat di website masing-masing.
Bis ajuga mengandalkan platform yang menyajikan informasi lowongan kerja. Sehingga ada kemungkinan menemukan lowongan sebagai editor di sebuah jurnal ilmiah. Opsional lain adalah memanfaatkan jaringan.
Silahkan aktif bertanya pada teman, saudara, dan orang di sekitar mengenai ada tidaknya lowongan sebagai editor di suatu jurnal ilmiah. Jadi, selama kuliah silahkan memperluas jaringan akademik. Semakin luas jaringan yang dimiliki, semakin besar kemungkinan menerima lebih banyak info loker editor.
3. Mengirimkan Berkas Lamaran Pekerjaan
Jika lowongan kerja sudah didapatkan, maka tahap berikutnya adalah melamar lowongan kerja editor jurnal tersebut. Lengkapi berkas lamaran sesuai ketentuan. Jadi, wajib membaca seluruh informasi dalam info loker tersebut.
Sehingga tidak ada berkas yang terlewat atau tidak sesuai ketentuan. Hal ini bisa memperbesar peluang lolos seleksi, terutama seleksi tahap awal yang menilai kelengkapan berkas lamaran.
Selanjutnya tinggal dikirim sesuai prosedur, entah itu dikirim lewat email, submit di website jurnal, pos, atau yang lainnya. Sesuaikan dengan ketentuan pengiriman lamaran yang tercantum di info lowongan editor tersebut.
4. Mengikuti Proses Rekrutmen
Tahap berikutnya untuk bisa menjadi editor di sebuah jurnal ilmiah adalah mengikuti proses rekrutmen. Biasanya akan ada seleksi dan bisa sampai dua tahap atau bahkan lebih. Tahapan dan jenis seleksi sesuai kebijakan pengelola jurnal.
Selebihnya, bisa mempersiapkan diri menghadapi berbagai tahapan seleksi tersebut. Baik itu tes tertulis maupun wawancara. Pelajari dunia publikasi ilmiah, kualifikasi menjadi editor, dan hal penting lain berkaitan dengan posisi editor.
5. Menjalankan Tugas Sesuai Aturan yang Ditetapkan Jurnal
Jika resmi diterima sebagai editor, maka pelamar bisa menunggu kabar baik. Setelahnya tinggal menunggu arahan dari pihak kepegawaian jurnal tersebut. Misalnya berkas tambahan yang harus dilengkapi, kontrak kerja, dan lain sebagainya.
Setelah diterima, maka editor tinggal fokus menjalankan tugas sesuai kebijakan pengelola jurnal tempatnya bekerja. Sehingga bisa membantu memilih artikel ilmiah dengan kualitas terbaik dan memenuhi standar.
Sebagai catatan tambahan, pada saat mencari lowongan editor jurnal. Pastikan memilih sumber yang terpercaya. Keutamaan dari website resmi jurnal ilmiah yang ingin dituju. Jika mencari sumber lain, maka pastikan kredibel untuk mencegah penipuan.
Berikut adalah beberapa persiapan yang perlu dilakukan sebelum melamar sebagai editor sehingga peluang lolos rekrutmen lebih tinggi:
- Memiliki pengalaman akademik yang berkaitan erat dengan publikasi ilmiah. Misalnya memiliki riwayat publikasi di jurnal nasional maupun internasional selama kuliah.
- Bergabung dengan asosiasi profesi yang relevan dengan posisi editor suatu jurnal. Berikut beberapa contohnya:
- Ikatan Editor Indonesia (IEDI),
- Asosiasi Penerbit Jurnal Ilmiah Indonesia (APJII),
- Asosiasi Penulis dan Jurnalis Indonesia (APJI),
- Masyarakat Ilmu Komputer Indonesia (MIKRO), biasanya memberi keterampilan untuk menjadi editor di jurnal bidang teknologi dan komputer. Sebab editor wajib paham ilmu tentang teknologi dan komputer dalam menyaring artikel yang masuk.
- Asosiasi Dosen Indonesia (ADI), bisa diikuti oleh dosen yang ingin memenuhi Indikator Kinerja Dosen dengan menjadi editor jurnal.
- Association for Computing Machinery (ACM),
- American Psychological Association (APA),
- Institute of Electrical and Electronics Engineers (IEEE), dan lain sebagainya.
- Mengikuti program magang di dunia penerbitan, baik itu di perusahaan penerbit buku maupun perusahaan pengelola jurnal ilmiah.
- Meningkatkan keterampilan bahasa, baik dengan mengikuti kursus, ikut program pertukaran pelajar dan mahasiswa, dan sebagainya.
- Membangun portofolio. Dimulai dari pengalaman publikasi di jurnal ilmiah, menjadi editor di perusahaan penerbitan, dan sebagainya yang relevan dengan posisi editor jurnal.
- Menyiakan CV yang relevan, hindari menuliskan pengalaman dan keterampilan yang tidak berkaitan dengan job desk editor suatu jurnal ilmiah.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.