fbpx

ⓘ Mau menerbitkan buku lebih hemat? Yuk, ambil diskon cetak buku hingga 35%! Klik di sini.

Acceptance Rate Jurnal dan Kenapa Penting untuk Diperhatikan

Acceptance Rate Jurnal

Publikasi artikel ilmiah ke sebuah jurnal diketahui tidak mudah, sekaligus menelan biaya tinggi dan memakan waktu bisa sangat lama. Berbagai kendala ini, sering memunculkan ide bagi peneliti untuk memilih jurnal yang efektif dan efisien. Salah satunya, mempertimbangkan tingkat acceptance rate jurnal tersebut. 

Acceptance rate atau tingkat atau rasio penerimaan artikel ilmiah masih menjadi aspek yang banyak dipertimbangkan para dosen atau peneliti karena semakin tinggi tingkat penerimaan sebuah jurnal, semakin besar kemungkinan artikel yang di submit diterima. Begitu pula sebaliknya. 

Semua dosen atau peneliti tanpa terkecuali, tentu berharap proses submit lancar dan berujung kabar baik jika artikel tersebut diterima. Lalu, apakah memperhatikan tingkat penerimaan artikel cukup efektif? Berikut penjelasannya. 

Apa Itu Acceptance Rate Jurnal? 

Acceptance rate jurnal atau tingkat penerimaan jurnal adalah pengukuran berapa banyak naskah yang diterima untuk diterbitkan, dibandingkan dengan berapa banyak yang dikirimkan.

Setiap jurnal ilmiah akan menerima artikel dari berbagai peneliti. Artikel-artikel ini bisa berjumlah sangat tinggi dan melebihi kapasitas penerbitan jurnal tersebut sehingga dilakukan seleksi yang sangat ketat. 

Seleksi ini akan menentukan berapa artikel yang lolos dan dipublikasikan sehingga ada perbandingan dengan angka yang jelas. Misalnya, dalam satu bulan sebuah jurnal menerima submit 100 artikel. Dalam masa tersebut hanya 10 artikel yang lolos dan dipublikasikan. 

Maka perbandingannya adalah 1:10, artinya dari 10 artikel yang masuk hanya satu saja yang dipublikasikan. Semakin terkenal suatu jurnal (juga semakin kredibel atau  sudah menembus database bereputasi seperti Scopus) maka semakin tinggi pula jumlah artikel yang masuk. 

Padahal, kapasitas jurnal tersebut setiap tahun sama. Misalnya setiap tahun menerbitkan volume baru berisi 5 artikel per 6 bulan. Maka setahun hanya dua kali terbit dan berisi 10 artikel saja. Jika artikel yang masuk sampai 1.000 dan yang diterima hanya 10. Praktis, acceptance rate jurnal tersebut jeblok, alias rendah. 

Semakin tinggi persaingan diterbitkan sebuah jurnal, semakin tinggi standar yang ditetapkan jurnal tersebut. Inilah alasan, kenapa acceptance rate jurnal sangat diperhatikan para peneliti. Acceptance jurnal sangat diperhatikan karena akan menentukan seberapa mudah menembus redaksi jurnal dan seberapa cepat artikel tersebut terbit. 

Logikanya sama seperti sebuah perusahaan. Perusahaan besar biasanya diincar oleh banyak pencari kerja. Alhasil, jumlah lamaran yang masuk melebihi kapasitas jumlah pelamar yang diterima. Kondisi ini membuat perusahaan tersebut menetapkan kualifikasi lebih tinggi dan kompleks. Tujuannya mendapat karyawan terbaik dari yang terbaik. 

Bandingkan dengan perusahaan yang sepi peminat. Jumlah lamaran bisa sangat terbatas dan bahkan tidak ada lamaran masuk sama sekali. Jika kondisi ini terjadi, perusahaan tersebut sudah tentu menurunkan kualifikasi saat membuka lowongan. Bisa jadi, hanya mensyaratkan yang membutuhkan pekerjaan, tanpa kualifikasi aneh-aneh. 

Mau artikel ilmiah diterima di jurnal tujuan Anda? Informasi berikut akan membantu Anda:

Cara Mengetahui Acceptance Rate Sebuah Jurnal Ilmiah 

Semua dosen atau peneliti tentu berharap hasil penelitiannya bisa segera dipublikasikan agar bisa diakses dan dimanfaatkan masyarakat luas hingga bisa diajukan untuk memperoleh angka kredit. Selain itu ada kebutuhan untuk segera dipublikasikan.

Kondisi ini, membuat acceptance rate jurnal menjadi salah satu strategi untuk mengurus publikasi ilmiah. Harapannya, dengan tingkat penerimaan yang tinggi maka peluang artikel diterima dan dipublikasikan dengan segera juga semakin tinggi. 

Lalu, bagaimana cara mengecek atau mengetahui tingkat penerimaan jurnal ilmiah? Ada banyak website database jurnal bisa dimanfaatkan untuk mengetahui tingkat penerimaan artikel sebuah jurnal. 

Salah satunya menggunakan layanan dari Elsevier Journal Finder melalui laman Journal Finder dari Elseiver. Laman ini bisa dituju untuk mencari sebuah jurnal. Hasil pencarian akan menampilkan sejumlah data atau informasi tentang jurnal tersebut. Salah satunya adalah tentang acceptance rate jurnal itu sendiri.

Sehingga, bisa dijadikan media untuk menemukan jurnal terbaik berdasarkan acceptance rate tersebut. Berikut adalah contoh tampilan hasil pencarian di Elsevier Journal Finder:

hasil pencarian di Elsevier Journal Finder

Selain menggunakan layanan dari Elsevier Journal Finder, Anda juga bisa menggunakan layanan dari website lain. Berikut beberapa contohnya: 

Langkah lain untuk mengecek acceptance rate sebuah jurnal adalah dengan menghubungi kontak pengelola jurnal tersebut. Biasanya pihak pengelola dengan senang hati menjelaskan berapa persen tingkat penerimaan mereka sehingga informasi yang didapatkan lebih jelas dan akurat karena dari sumber terpercaya. 

Dikutip melalui website Elsevier, dijelaskan bahwa dari hasil sebuah riset diketahui karakter jurnal yang memiliki acceptance rate rendah maupun tinggi. Berikut penjelasannya:

1. Jurnal Berskala Besar 

Jurnal dengan skala besar, biasanya memiliki tingkat acceptance yang rendah jika dibandingkan dengan jurnal dengan skala lebih kecil. Inilah alasan, kenapa perlu mengecek perusahaan penerbitan atau publisher yang menaungi jurnal tersebut. 

Semakin besar skala perusahaan publisher, semakin besar pula skala publikasi dari sebuah jurnal. Sehingga, jurnal seperti ini akan masuk ke dalam jajaran jurnal berskala besar dengan acceptance rate yang rendah. 

2. Jurnal Lawas 

Jurnal yang sudah lawas atau sudah lama beroperasi memiliki acceptance rate jurnal yang lebih rendah dibanding jurnal baru. Sebab rata-rata, jurnal baru memiliki proses seleksi lebih ringan dan review lebih pendek. 

Selain itu, jurnal yang sudah lama beroperasi sudah dijamin kredibel dan tidak ada indikasi menjadi jurnal predator. Sehingga sering menjadi pilihan utama para peneliti untuk submit artikel ilmiah mereka. 

3. Jurnal dengan Impact Factor Tinggi 

Jurnal dengan IF atau Impact Factor tinggi juga diketahui memiliki tingkat penerimaan yang rendah dibanding yang IF-nya tidak terlalu tinggi. Umumnya, peneliti mencari jurnal dengan IF tinggi untuk publikasi dengan kualitas tinggi pula. 

Berbekal IF jurnal yang tinggi maka akan dengan mudah menjaring pembaca dan mendapatkan sitasi dalam jumlah tinggi. Alasan ini yang membuat peneliti sering memprioritaskan jurnal dengan IF tinggi dan membuat persaingannya ketat. Pahami lebih lanjut Impact Factor Jurnal dan Cara Mengetahuinya.

4. Jurnal Gold OA

Jurnal Gold Open Access (journal Gold OA—jurnal yang memungkinkan akses langsung pada publikasi ke versi final diterbitkan catatan (VOR)) diketahui memiliki tingkat acceptance yang lebih rendah dibanding model open acces lainnya. 

Jika ingin publikasi ke jurnal open acces dengan tingkat penerimaan tinggi, sangat disarankan untuk menghindari Journal Gold OA dan memilih jurnal open access model lainnya 

5. Jurnal dalam Ruang Lingkup Ilmu Formal 

Siapa sangka, jurnal dengan ruang lingkup ilmu formal seperti matematika, ekonomi, ilmu komputer, dan sebagainya juga memiliki acceptance rate jurnal yang terbilang rendah jika dibandingkan dengan jurnal di bidang ilmu kedokteran atau medis dan farmasi. 

Jika Anda meneliti di bidang ilmu formal maka akan sedikit kesulitan untuk menemukan jurnal dengan acceptance rate yang tinggi. Sebaliknya, jika masuk ke bidang ilmu kesehatan dan farmasi maka cenderung lebih mudah. 

Sebelum publikasi di jurnal, pahami alur publikasi hingga pengajuan insentif artikel jurnal yang berhasil dipublikasi:

Strategi Memilih Jurnal Sesuai Kondisi dan Kebutuhan  

Setiap peneliti, pada dasarnya memiliki pertimbangan tersendiri dalam memilih jurnal ilmiah. Beberapa mungkin mencari yang peluang artikel diterima tinggi sehingga mengandalkan acceptance rate yang tinggi juga. 

Namun, ada pula peneliti yang mengutamakan proses review yang cepat. Sebab acceptance rate jurnal tinggi tidak menjamin proses review cepat. Selain itu, masih ada lagi pertimbangan lainnya sehingga pemilihan jurnal perlu disesuaikan kondisi dan kebutuhan. 

Secara umum, berikut adalah beberapa strategi yang bisa membantu peneliti memilih jurnal sesuai kondisi dan kebutuhan: 

1. Jurnal dengan Tingkat Kompetisi Rendah 

Beberapa peneliti membutuhkan proses publikasi dengan kesempatan artikel diterima sangat tinggi sehingga tidak menjadi masalah jika proses review memakan waktu sangat lama. 

Dalam kondisi ini, peneliti bisa memilih jurnal dengan acceptance rate yang tinggi. Sangat dianjurkan untuk memilih acceptance sampai 50% atau di atasnya. Jika susah, setidaknya ada di angka 30% ke atas. 

Jurnal dengan acceptance rate yang tinggi cenderung memiliki kompetisi yang rendah sehingga kualifikasi dalam menyaring artikel yang masuk tidak ketat dan banyak. Alhasil, peluang artikel diterima jauh lebih besar. 

2. Jurnal dengan Proses Review Cepat 

Beberapa peneliti ada yang mencari jurnal dengan proses review cepat. Biasanya karena dikejar deadline publikasi ilmiah. Contohnya bagi penerima program hibah, yang diberi waktu 1 tahun untuk mencapai luaran wajib. 

Jika salah satu luaran wajib tersebut adalah publikasi artikel ke jurnal ilmiah, maka dijamin mencari jurnal yang proses review cepat. Tujuannya agar dalam kurun waktu 1 tahun sudah bisa terbit dan dilaporkan. 

Apabila berada pada kondisi ini, maka acuan pemilihan jurnal bukan lagi berdasarkan acceptance rate jurnal melainkan pada time to first decision yang disarankan sekitar 1 minggu saja, jangan sampai lebih. 

3. Jurnal dengan Kualitas dan Kredibilitas Tinggi 

Beberapa peneliti juga mencari atau membutuhkan jurnal dengan kualitas tinggi. Misalnya menembus database bereputasi seperti Scopus dan mayoritas artikel yang diterbitkan memiliki impact factor yang tinggi. 

Maka dalam hal ini, yang harus diperhatikan peneliti bukan lagi acceptance rate jurnal maupun time to first decision, melainkan pada impact factor jurnal tersebut. Semakin tinggi IF yang dimiliki, semakin kredibel dan berkualitas jurnal tersebut. 

Biasanya, peneliti yang memilih jurnal berdasarkan aspek ini adalah yang membutuhkan riwayat publikasi dengan IF tinggi. Contohnya bagi dosen di Indonesia yang ingin mengajukan kenaikan jabatan fungsional Lektor Kepala maupun Guru Besar. 

Biasanya IF akan ikut dinilai dari riwayat publikasi jurnal yang dimiliki, terutama pada jurnal internasional. Sehingga dosen mau tidak mau harus mencari jurnal dengan IF tinggi untuk mendukung pencapaian IF yang tinggi pula.  Cek 7 Cara Mengetahui Impact Factor Jurnal.

Melalui penjelasan di atas, maka bisa dipahami bahwa memilih jurnal tidak melulu dengan melihat acceptance rate jurnal tersebut saja. Pada akhirnya, pemilihan jurnal harus disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing peneliti. 

Sebenarnya, apakah dosen bisa publikasi jurnal gratis? Baca ulasannya berikut:

Pertimbangan Lain dalam Memilih Jurnal Ilmiah 

Selain mempertimbangkan mengenai acceptance rate jurnal, Anda juga harus memperhatikan hal penting lainnya. Dikutip dari berbagai sumber, berikut pertimbangan lain dalam memilih jurnal ilmiah:

1. Kesesuaian dengan Bidang Keilmuan 

Pertimbangan pertama adalah kesesuaian antara bidang keilmuan jurnal dengan bidang keilmuan peneliti. Setiap jurnal akan fokus di satu bidang keilmuan sehingga harus sesuai. 

Jangan sampai menyusun artikel ilmiah tentang oseanografi ke jurnal yang khusus memuat artikel geografi. Semakin sesuai maka semakin tinggi kesempatan artikel diterima dan dipublikasikan. 

2. Indeksasi Jurnal Tersebut 

Pertimbangan kedua adalah dengan memperhatikan indeksasi jurnal tersebut. Artinya, perlu dicek jurnal ini sudah masuk database mana saja. Jika mengincar jurnal internasional bereputasi, Anda perlu memastikan jurnal terindeks database bereputasi. 

Kesesuaian ini akan membantu memilih jurnal yang memang sesuai kebutuhan sehingga bisa mencapai target yang sudah ditetapkan di awal. Selain itu, jurnal yang terindeks di database bereputasi juga menjadi bukti jurnal tersebut kredibel dan memiliki kualitas baik. 

3. Bukan Jurnal Predator 

Pertimbangan yang ketiga adalah masuk kategori jurnal predator atau tidak. Sebagai peneliti, dijamin akan selalu berusaha menghindari jurnal predator. Sebab meningkatkan resiko kualitas publikasi rendah dan diperas dengan biaya publikasi tinggi. 

Bagi dosen di Indonesia, publikasi ke jurnal predator tidak akan mendapat pengakuan sehingga tidak bisa masuk ke pelaporan BKD dan tidak menambah angka kredit untuk kenaikan jabatan fungsional. 

Oleh sebab itu, para dosen perlu memastikan suatu jurnal tidak memenuhi kriteria menjadi jurnal predator sekaligus mengacu pada kriteria umum dari jurnal ilmiah yang kredibel. 

Jangan sampai Anda terjebak jurnal predator, pahami ciri dan cara agar menghindarinya:

4. Kebijakan Biaya Publikasi 

Publikasi artikel ilmiah ke sebuah jurnal baik jurnal nasional maupun internasional pada dasarnya tidak gratis. Meskipun ada juga pengelola jurnal yang memberikan biaya Rp0 alias tidak ada biaya publikasi. Tapi rata-arat publisher menetapkan biaya publikasi. 

Semakin besar skala jurnal tersebut, semakin kredibel dan semakin tinggi angka submit artikel. Biasanya biaya publikasinya juga semakin tinggi. Oleh sebab itu, perhatikan betul besaran biayanya dan pastikan sesuai. Jangan memaksakan kondisi finansial yang sejak awal kurang mendukung. 

5. Memenuhi Kriteria dari Dikti 

Khusus untuk para dosen di Indonesia, maka dalam memilih jurnal untuk publikasi ilmiah wajib memenuhi kriteria yang ditetapkan Ditjen Dikti. Pada jurnal nasional, kriterianya adalah sebagai berikut: 

  • Karya ilmiah ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah dan etika keilmuan; 
  • Memiliki ISSN; 
  • Memiliki terbitan versi online;
  • Dikelola secara profesional yang dilihat dari : ketepatan, keberkalaan, ketersediaan petunjuk penulisan, identitas jurnal, dan lain-lain; 
  • Ditujukan kepada masyarakat ilmiah/peneliti yang relevan; 
  • Diterbitkan Penerbit, Badan Ilmiah, Organisasi Profesi, Organisasi Keilmuan, atau Perguruan Tinggi dengan unit-unitnya; 
  • Bahasa yang digunakan adalah Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris dengan abstrak Bahasa Indonesia; 
  • Memuat karya Ilmiah penulis minimal yang berasal dari 2 institusi yang berbeda;
  • Memiliki dewan redaksi/editor yang terdiri dari minimal 2 institusi yang berbeda. 

Sedangkan pada jurnal internasional, kriteria yang ditetapkan Ditjen Dikti adalah sebagai berikut: 

  • Karya ilmiah yang diterbitkan ditulis dengan memenuhi kaidah ilmiah serta etika keilmuan; 
  • Memiliki ISSN; 
  • Ditulis dengan menggunakan bahasa resmi PBB (Arab, Inggris, Perancis, Rusia Spanyol, dan Tiongkok); 
  • Memiliki terbitan versi online; 
  • Editorial Board merupakan pakar di bidangnya dan berasal setidaknya dari 4 negara; 
  • Kontributor setidaknya berasal dari 4 negara berbeda dalam setiap terbitannya.
  • Terindeks oleh database internasional bereputasi: Web of Science, Scopus, Microsoft Academic Research, dan/atau laman sesuai dengan pertimbangan Dirjen Dikti.

Melalui penjelasan tersebut, tentunya semakin memahami apa itu acceptance rate jurnal dan kenapa perlu diperhatikan saat memilih jurnal ilmiah. Namun, acceptance rate bukan satu-satunya pertimbangan dalam menentukan pilihan, karena masih banyak pertimbangan lain yang sama pentingnya. 

Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat!

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

RELATED POST

about

Get Started

Hubungi kami

Jl. Rajawali, Gg. Elang 6, No.2 Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, D.I.Yogyakarta 55581

Email : [email protected]

Telpon : 081362311132