Pada tahun 2024 lalu, Elsevier resmi meluncurkan Scopus AI kepada publik yang tentunya menjadi kabar baik bagi masyarakat ilmiah sebagai fitur baru berbasis AI yang memudahkan proses pencarian referensi ilmiah di Scopus.
Tentunya masih banyak masyarakat ilmiah, seperti kalangan dosen yang masih asing dengan fitur ini. Adanya teknologi AI dalam proses pencarian referensi di Scopus membantu memberi efisiensi bagi para pengguna.
Semakin cepat referensi ilmiah yang dibutuhkan bisa didapatkan di database Scopus, semakin meningkatkan efisiensi kegiatan berikutnya. Tertarik menggunakannya? Baca informasi berikut sampai habis, ya.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Scopus AI?
Dikutip melalui website Universitas Negeri Surabaya (UNESA), Scopus AI adalah alat pencarian cerdas yang menggunakan Generative AI (GenAI) yang dirancang untuk mempermudah pencarian informasi akademik dan memberikan informasi yang reliabel dalam menjelajahi pengetahuan yang tersedia di basis data Scopus.
Sebelum menggunakan teknologi AI atau teknologi kecerdasan buatan, Scopus menggunakan teknologi pencarian berbasis kata kunci. Dengan adanya teknologi yang berkembang pesat, AI mulai diterapkan oleh Elsevier ke dalam database Scopus.
Secara resmi, Scopus berbasis AI ini diluncurkan ke publik pada tahun 2024 lalu setelah di tahun 2023 menerapkan uji coba versi alpha. Penerapan teknologi ini memungkinkan pengguna Scopus menemukan hasil pencarian referensi ilmiah lebih cepat dan akurat.
Selain itu, Scopus yang ditenagai teknologi AI juga mampu memahami berbagai bahasa, termasuk bahasa Indonesia, sehingga memudahkan pengguna dari berbagai negara di dunia untuk menemukan referensi ilmiah yang relevan dengan kebutuhan.
Hanya saja, fitur Scopus AI tidak otomatis bisa digunakan oleh semua pengunjung website resmi Scopus melainkan ada beberapa ketentuan yang harus dipenuhi. Salah satunya, pengguna wajib memiliki akun Scopus dan login. Lalu, akan muncul pilihan menu Scopus AI.
Praktis, menu atau fasilitas pencarian dengan AI di Scopus ini hanya bisa diakses oleh pengguna yang sudah berlangganan. Bagi para dosen dan mahasiswa, biasanya sudah disediakan fasilitas akses oleh perguruan tinggi yang menaungi.
Fitur Scopus AI
Fasilitas Scopus AI diketahui memiliki beberapa fitur khas. Fitur ini tidak bisa diakses pengguna yang memakai sistem pencarian referensi berbasis kata kunci. Fitur-fitur khas pada Scopus AI diantaranya:
1. Summary
Fitur pertama di dalam Scopus dengan teknologi AI adalah Summary atau ringkasan. Melalui fitur ini, Scopus mampu merangkum beberapa hasil penelitian yang terpublikasi untuk disajikan kepada pengguna.
Sama seperti menggunakan Chat GPT dan platform AI lainnya. Pengguna yang menyusun prompt akan mendapatkan ringkasan informasi dari berbagai sumber. Bersama AI, Scopus memiliki kemampuan serupa.
Jadi, Scopus tidak lagi hanya menampilkan daftar referensi ilmiah dari database-nya tetapi melengkapinya dengan ringkasan untuk memberi penjelasan secara singkat tapi jelas dan menyeluruh. Jadi, Scopus bisa menjadi tempat untuk bertanya, mencari informasi hingga memahami suatu topik.
2. References
Fitur kedua di dalam Scopus AI adalah References atau Daftar Pustaka (Referensi). Melalui fitur ini, Scopus akan menampilkan daftar referensi dari publikasi ilmiah terindeks database Scopus kepada pengguna.
Daftar referensi ini ditampilkan di sisi sebelah kanan dari rangkuman yang menjawab pertanyaan atau perintah yang disusun pengguna. Sehingga, bisa membantu Anda mengetahui rangkuman yang ditampilkan sumber datanya dari mana.
Kemudian, Anda bisa mengakses langsung sumber tersebut untuk dibaca isinya secara keseluruhan. Hal ini membantu pengguna mendapatkan rekomendasi sumber atau referensi yang relevan dengan kebutuhan.
3. Mind Map
Fitur ketiga di dalam Scopus AI adalah Mind Map atau Peta Konsep. Fitur ini membantu pengguna memahami keterkaitan berbagai topik penelitian secara visual karena Scopus akan menampilkan seluruh topik yang relevan dalam bentuk garis mirip peta.
Sekilas, fitur ini persis seperti fitur mind map di dalam Open Knowledge Maps dan platform berbasis AI lain dengan fitur serupa. Visualisasi memudahkan pengguna memahami seluruh topik yang masih relevan dengan topik utama yang dibutuhkan.
Hal ini membantu pengguna memahami lebih dalam topik yang dicari atau diteliti dan memberi kemudahan dalam mengetahui sampai memprediksi tren penelitian. Dengan demikian, Scopus AI bisa mendukung penelitian berikutnya dengan lebih mudah.
4. Topic Experts
Fitur selanjutnya adalah Topic Experts. Fitur ini membantu para pengguna mengetahui daftar peneliti dan para pakar yang paling banyak mempublikasikan artikel ilmiah di topik yang dicari.
Selain itu, fitur Topic Experts juga berisi daftar penulis yang publikasi ilmiahnya paling berdampak, yakni yang paling banyak dikutip atau disitasi oleh masyarakat ilmiah pengguna database Scopus.
Melalui fitur ini, pengguna bisa mendapat rekomendasi calon mitra kolaborasi dalam penelitian dan publikasi ilmiah. Maupun untuk tujuan lain berkaitan dengan kegiatan penelitian.
5. Related Research Suggestions
Fitur menarik selanjutnya di dalam Scopus AI adalah Related Research Suggestions. Melalui fitur ini, para pengguna akan mendapat rekomendasi saran publikasi ilmiah yang masih relevan atau berkaitan.
Prinsipnya sama seperti fitur Mind Map. Fitur ini tidak berupa visualisasi melainkan berupa daftar publikasi ilmiah dengan topik yang sama atau topik yang masih relevan dengan topik utama yang dicari.
Keberadaan fitur ini membantu pengguna menemukan lebih banyak referensi ilmiah potensial dan bahan bacaan yang relevan untuk memperdalam pemahaman topik. Selain itu, fitur Related Research Suggestions membantu menemukan publikasi ilmiah yang mungkin terlewat dari pengamatan pengguna sehingga bisa direkomendasikan ulang oleh Scopus.
6. Natural Language Query
Fitur berikutnya dari Scopus AI yang khas dan sangat membantu pengguna adalah Natural Language Query. Secara umum, fitur ini melekat pada platform berbasis AI yang menyediakan layanan bentuk atau model apapun.
Melalui fitur ini, Scopus mampu mendeteksi maksud pengguna ketika melakukan pencarian informasi dan publikasi ilmiah sehingga pengguna tidak perlu menentukan kata kunci yang tepat tetapi cukup bertanya dengan bahasa sehari-hari.
Misalnya, jika menggunakan Scopus berbasis kata kunci mengetik “terapi diabetes melitus” saat melakukan pencarian. Maka di dalam Scopus berbasis AI bisa diisi dengan prompt yang relevan dengan bahasa keseharian. Misalnya mengetik “apa sih terapi yang bisa dijalani pasien diabetes melitus?”.
Selain sejumlah fitur Scopus AI yang sudah dijelaskan di atas, tentunya akan ada lebih banyak fitur yang disuguhkan Elsevier selaku pengelola database Scopus. Sebab, fasilitas AI ini masih terhitung baru dan diketahui terus dikembangkan pihak Elsevier.
Sejak pertama kali dipublikasikan, Scopus berbasis AI sudah mengalami beberapa penambahan fitur. Fitur-fitur ini akan membantu para pengguna mendapat berbagai efisiensi dalam mencari referensi ilmiah atau tujuan lain ketika mengakses Scopus.
Perbedaan Scopus dan Scopus AI
Melalui penjelasan di atas, tentunya bisa dipahami bahwa Scopus AI berbeda dengan Scopus yang sudah lama ada. Namun, apa saja yang membedakan keduanya secara lebih spesifik?
Berikut perbedaan Scopus dan Scopus AI:
1. Metode Pencarian
Aspek pertama yang membedakan Scopus konvensional dengan yang berbasis teknologi AI adalah metode pencarian. Sesuai penjelasan sekilas sebelumnya, Scopus yang sudah berjalan berbasis kata kunci.
Sehingga pengguna cukup mengetik kata kunci untuk mendapatkan rekomendasi referensi ilmiah yang relevan. Jika kata kunci tidak spesifik, kurang tepat, terlalu panjang, dan sebagainya maka akan mempengaruhi hasil rekomendasi.
Sementara itu, Scopus berbasis AI menggunakan metode Natural Language Query sehingga pengguna akan bertanya maupun memberi perintah sebagaimana ketika berkomunikasi sehari-hari dengan orang sekitar.
Hal ini memungkinkan pengguna untuk bertanya apapun terkait topik yang akan diteliti dan referensi yang dibutuhkan. Dengan demikian, hasil pencarian lebih relevan dan lebih mendalam melalui beberapa fitur tambahan, seperti Summary.
2. Proses Analisis
Aspek kedua yang menjadi pembeda adalah dari proses analisis oleh pengguna. Pada Scopus konvensional, pengguna perlu melakukan analisis secara mandiri. Misalnya mengetik kata kunci sesuai topik penelitian.
Kemudian dari hasil daftar publikasi ilmiah yang ditampilkan Scopus, pengguna perlu menganalisis relevansinya dengan kebutuhan dan dampak publikasi tersebut. Misalnya mengecek sendiri berapa jumlah kutipannya dan seperti apa isinya melalui pembacaan judul sampai abstrak.
Berbeda dengan Scopus AI yang sudah merangkum hasil publikasi ilmiah yang relevan dengan prompt yang diketik pengguna sehingga memudahkan pemahaman topik dan jika butuh akses ke sumbernya bisa masuk ke daftar referensi yang ditampilkan Scopus. Analisis berdasarkan dampak dan relevansi sudah otomatis.
3. Tampilan Hasil Pencarian
Perbedaan yang ketiga adalah dari segi tampilan hasil pencarian. Pada Scopus yang sudah berjalan, tampilan hasil pencarian berupa tabel yang berisi daftar publikasi ilmiah yang relevan dengan kata kunci yang diketik pengguna.
Lain halnya dengan Scopus yang berbasis AI, tampilan hasil pencarian diawali dengan rangkuman berbagai publikasi ilmiah yang relevan. Disusul dengan pencantuman daftar referensi, visualisasi publikasi yang relevan lewat fitur Mind Map sehingga informasi yang disajikan lebih kompleks dan mendalam.
4. Fitur
Perbedaan yang keempat adalah dari segi fitur. Secara umum, Scopus konvensional memberikan fitur yang terbatas, yakni hanya membantu pengguna melakukan pencarian berdasarkan judul publikasi, nama penulis, dan sebagainya.
Sementara untuk Scopus yang sudah berbasis AI menyediakan fitur lebih beragam. Mulai dari Summary, References, dan masih banyak lagi yang lainnya. Fitur ini bahkan masih terus bertambah karena terus dikembangkan oleh pihak Elsevier.
5. Akses Layanan
Perbedaan yang kelima adalah pada aspek akses layanan. Scopus pada dasarnya berbayar, hanya saja pengguna masih diberikan akses gratis dengan keterbatasan fitur dan layanan.
Sementara pada Scopus AI harus berbayar sejak awal. Fitur ini hanya bisa diakses pemilik akun dan sudah membayar biaya langganan. Sehingga tidak bisa diakses semua pengguna.
6. Cara Menggunakan Layanan
Perbedaan terakhir terletak pada bagaimana cara menggunakan layanannya secara maksimal untuk mendapat hasil sesuai harapan. Pada Scopus biasa, pengguna cenderung lebih aktif.
Sebab harus mencari, memilih, dan memeriksa hasil rekomendasi Scopus untuk menentukan relevan tidaknya dengan kebutuhan. Sehingga pengguna cenderung bekerja lebih keras untuk mendapatkan apa yang dibutuhkan.
Sementara itu, di dalam Scopus berbasis AI sudah menyediakan informasi yang paling dibutuhkan pengguna. Mulai dari rangkuman hasil publikasi ilmiah, daftar referensi yang bisa langsung disalin, mind map, dll.
Kemudian, jika pengguna ingin mendapatkan informasi tambahan. Atau merasa hasil jawaban yang diberikan kurang relevan. Maka bisa mengirimkan prompt baru yang lebih jelas dan spesifik. Sehingga pengguna bisa mengakses layananya dengan komunikasi ke AI melalui fitur chat yang disediakan.
Cara Menggunakan Scopus AI
Secara garis besar, cara menggunakan dan mengakses layanan Scopus AI mirip dengan Chat GPT. Sebab disediakan kolom berukuran besar untuk menyusun prompt sesuai kebutuhan.
Hanya saja, data atau informasi yang disajikan untuk menjawab prompt bersumber dari publikasi ilmiah yang terindeks di database Scopus. Adapun tata cara mengakses layanan ini adalah sebagai berikut:
- Masuk ke website resmi Scopus.
- Klik tombol “Sign In” untuk login ke akun Scopus yang dimiliki. Jika belum, silakan registrasi akun dulu dengan klik tombol “Create Account” pada pojok kanan atas. Isi formulir registrasi dan login sesuai username dan password yang sudah dibuat.
- Setelah berhasil masuk ke akun Scopus, masuk ke menu “Scopus AI”. Tunggu beberapa saat sampai muncul “Start Exploring”.
- Ketik prompt pada kolom Start Exploring yang ditampilkan sistem Scopus. Kemudian, klik ikon kaca pembesar atau menekan tombol “Enter” pada keyboard perangkat Anda.
- Scopus AI akan menampilkan hasil rangkuman sejumlah publikasi ilmiah yang relevan dengan isi prompt yang disusun. Silakan dibaca, dipahami, dan scrol ke bawah untuk mengakses fitur Mind Map atau fitur lain yang tersedia. Selesai.
Jika ingin menggunakan Scopus berbasis AI untuk mencari informasi tentang suatu topik penelitian, Anda bisa membaca rangkuman yang ditampilkan dan membaca beberapa referensi ilmiah yang disajikan di sisi sebelah kanan.
Pada tahap ini, para pengguna bisa memenuhi kebutuhan masing-masing karena hasil pencarian bisa memberi daftar rekomendasi referensi ilmiah yang relevan, mind map untuk mengecek tren penelitian, dan sebagainya. Jadi, silakan disesuaikan dengan tujuan masing-masing.
Manfaat Scopus AI bagi Dosen dan Peneliti
Menggunakan Scopus AI menawarkan kemudahan memahami suatu topik tanpa perlu membaca satu per satu artikel yang terbit di jurnal terindeks sehingga prosesnya lebih efisien dan beberapa kali lipat lebih efektif.
Namun, apa sebenarnya manfaat dari penggunaan fitur Scopus ini bagi akademisi dan peneliti? Berikut manfaat Scopus AI bagi dosen dan peneliti:
1. Membantu Menghemat Waktu dan Tenaga
Bersama Scopus yang sudah berbasis AI, para pengguna mendapat efisiensi dari segi waktu dan tenaga. Sebab dalam menentukan referensi ilmiah yang tepat tidak perlu lagi melakukan analisis dan mengecek manual, semua sudah dipaparkan Scopus dan memudahkan penentuan referensi potensial dengan lebih cepat.
2. Meningkatkan Kualitas dan Kredibilitas Penelitian
Informasi yang disajikan Scopus sebagai respon atas prompt yang disusun pengguna berbasis pada publikasi terindeks databasenya dimana punya standar tinggi dan menjadikan informasi tersebut lebih akurat dan kredibel. Berbekal data seperti ini, penelitian yang dilakukan menjadi terjamin berkualitas dan kredibel.
3. Membantu Berkolaborasi
Scopus berbasis AI sesuai penjelasan di atas menawarkan fitur Topic Experts. Secara tidak langsung, Scopus versi ini menawarkan kemudahan dalam menemukan calon mitra kolaborasi potensial dari para pakar, yakni dari peneliti yang sudah memiliki publikasi terbanyak, jumlah sitasinya tinggi.