Sosok Satryo Soemantri Brodjonegoro tentunya mencuri perhatian publik, terutama setelah resmi diangkat menjadi Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek) Kabinet Merah Putih pemerintahan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka periode 2024-2029.
Pengumuman mengenai pengangkatan sebagai Mendiktisaintek dilakukan Presiden Prabowo pada Minggu (20/10/2024) malam di Istana Negara, Jakarta. Satryo nantinya akan didampingi oleh dua wakil menteri (wamen) Kemendiktisaintek dalam kabinet Merah Putih Prabowo-Gibran, yakni Stella Christie dan Fauzan.
Bagi kalangan akademisi, sosok Satryo mungkin tidak asing di telinga. Apalagi sudah cukup lama berkiprah di dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Namun, mengenalnya lebih dalam bagi seluruh masyarakat tentu penting. Berikut informasinya.
Daftar Isi
ToggleProfil Satryo Soemantri Brodjonegoro
Satryo Soemantri Brodjonegoro lahir di Delft, Belanda, pada 5 Januari 1956. Meskipun begitu, riwayat pendidikannya mayoritas ditempuh di Indonesia. Salah satunya ketika menempuh jenjang Magister (S2) di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Satryo tumbuh dalam lingkungan keluarga yang dekat dengan dunia pendidikan, khususnya pendidikan tinggi. Sang ayah, yakni Soemantri Brodjonegoro diketahui pernah menjabat sebagai Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia (1973).
Soemantri Brodjonegoro juga diketahui menjadi salah satu penggagas berdirinya Institut Teknologi Bandung (ITB). Tak hanya itu, beliau juga diketahui pernah mengisi jabatan Rektor di Universitas Indonesia (1964-1973).
Ibarat kata pepatah, buah jatuh tak jauh dari pohonnya, Satryo Soemantri Brodjonegoro melanjutkan jejak sang ayah mengisi jabatan penting di perguruan tinggi sekaligus menjadi Menteri Pendidikan.
Tak hanya beliau yang mengikuti jejak sang ayah. Dua saudaranya pun memiliki karir di dunia pendidikan tinggi. Pertama, saudaranya yang bernama Irsan Soemantri mengajar di ITB. Kemudian, Bambang Brodjonegoro yang aktif mengajar di Universitas Indonesia.
Bambang Brodjonegoro diketahui pernah menjabat sebagai Dekan Fakultas Ekonomi UI, Menteri Keuangan, Menteri Ristek dan Menteri Perencanaan/Kepala Bappenas di masa kepemimpinan Presiden Joko Widodo.
Satryo diketahui menikah dengan Silvia Ratnawati dan memiliki dua orang anak. Salah satu anaknya, yakni Diantha Soemantri juga berkarir di dunia pendidikan tinggi. Sebab menjadi Guru Besar (Profesor) di Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia saat memasuki usia 42 tahun.
Pendidikan Satryo Soemantri Brodjonegoro
Pendidikan tinggi yang ditempuh Satryo Soemantri Brodjonegoro cukup panjang. Satryo menempuh studi di Universitas Indonesia pada tahun 1990 untuk jenjang Sarjana (S1).
Kemudian, namanya tercatat sebagai salah satu alumni Magister (S2) di Institut Teknologi Bandung (ITB). Tak berhenti disitu, Satryo juga melanjutkan studi S2 di Jepang, yakni di program studi bidang bidang teknik mesin dari Universitas Tokyo dan meraih gelar Doktor.
Gelar PhD-nya didapatkan di University of California, Berkeley, Amerika Serikat (AS). Setelah menyelesaikan pendidikan pascasarjana di dua negara tersebut, Satryo kembali ke tanah air dan mengajar di ITB, yakni menjadi dosen Jurusan Teknik Mesin.
Selama menjadi dosen di ITB, Satryo berhasil mempublikasikan 99 karya tulis ilmiah di berbagai jurnal dan media publikas ilmiah lainnya. Selain itu, di tahun 1992 berhasil mendapat kepercayaan menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB.
Perjalanan Karir Satryo Soemantri Brodjonegoro
Perjalanan karir Satryo Soemantri Brodjonegoro juga terbilang cukup panjang. Namun, sejak menyelesaikan pendidikan tinggi memang sudah fokus berkarir di dunia akademik. Awal karirnya sendiri dimulai dari ITB tempatnya menempuh studi S2.
Selepas menyelesaikan pendidikan PhD di Amerika Serikat kembali ke Indonesia, Satryo bergabung menjadi dosen di ITB untuk Jurusan Teknik Mesin dan pernah diberi mandat menjadi Ketua Jurusan Teknik Mesin ITB.
Tak hanya itu, Satryo juga menjadi Ketua Departemen Teknik Mesin ITB dari tahun 1992-1995 dan menjadi Wakil Dekan Bidang Akademik di ITB juga dari tahun 1995-1998.
Selama menjadi dosen di ITB, Satryo diketahui melakukan reformasi skala besar di pendidikan tinggi. Dimana diterapkan sistem pembelajaran yang meningkatkan mahasiswa mampu berdaya saing. Teknik ini diterapkan di ITB sekaligus di Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Kementerian Pendidikan Nasional.
Setelah memasuki masa pensiun, kiprahnya di dunia pendidikan tinggi tidak berhenti. Satryo mendapat kepercayaan menjadi Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi pada periode tahun 1999–2007 dan memberi banyak kontribusi bagi pendidikan tinggi di Indonesia.
Selama masa jabatannya, salah satu perubahan besar yang diberikan pada pendidikan tinggi adalah pembaharuan status hukum perguruan tinggi. Dicetuskan mengenai kebijakan PT berstatus sebagai Badan Hukum Milik Negara (BHMN), khususnya untuk PT berskala besar. Kebijakan ini membantu PT mendapat hak otonom dalam tata kelolanya.
Tak hanya di perguruan tinggi, Satryo juga memiliki kiprah di luar bidang akademik. Namanya tercatat aktif menjadi Anggota Komisi Bidang Ilmu Rekayasa Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia (AIPI) sekaligus menjadi Ketua AIPI pada periode 2018–2023.
Satryo juga diketahui menjadi anggota di Japan International Cooperation Agency (JICA). Salah satu pencapaiannya adalah menjadi perancang gedung Fakultas Teknik Universitas Hasanudin, Gowa, Sulawesi Selatan.
Selain itu, Satryo juga diketahui masih aktif mengajar sebagai dosen tamu. Beliau tercatat sering menjadi dosen tamu untuk dua perguruan tinggi, yakni di ITB dan di Toyohashi University of Technology, Jepang mengajar bidang teknik mesin.
Selain memiliki prestasi yang cukup banyak di bidang pendidikan tinggi di Indonesia. Satryo juga diketahui meraih sejumlah penghargaan, diantaranya meraih medali Ganesha Bakti Cendekia Utama dari ITB pada Maret 2010, bintang tanda jasa The Order of the Rising Sun, Gold Rays with Neck Ribbon dari Kedutaan Besar Jepang untuk Indonesia pada 3 November 2016.
Prestasinya pun akan dinantikan oleh publik luas ketika menjadi menteri di Kabinet Merah Putih besutan Presiden Prabowo Subianto Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.
Menjadi Menteri di Era Prabowo Subianto
Prabowo Subianto dan juga Gibran Rakabuming menjadi Presiden dan Wakil Presiden terpilih dalam pemilu di tahun 2024. Memasuki masa pemerintahannya, Presiden Prabowo mengundang sejumlah tokoh di bidang pendidikan di Indonesia untuk mengisi posisi menteri.
Selain itu, pada Kabinet Merah Putih, Kemendikbudristekdikti dipecah menjadi tiga kementerian. Mencakup Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti) dan Kementerian Kebudayaan.
Praktis, akan ada 3 orang tokoh yang mengisi jabatan menteri di bidang pendidikan di Indonesia. Hingga pada akhirnya dipilih tiga orang menjadi menteri, yaitu Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti. Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi Satryo Soemantri Brodjonegoro, dan Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Selama menjadi Mendiktisaintek, Satryo seperti yang dijelaskan sebelumnya akan dibantu oleh dua wakil menteri, yakni Stella Christie dan Fauzan. Melihat kiprah beliau selama menjadi dosen, tentunya ada harapan besar di tangannya pendidikan tinggi Indonesia semakin membaik.
Baca Juga: