fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Research Gap – Fungsi, Jenis, Contoh di Proposal Penelitian

research gap

Dosen dalam melaksanakan kegiatan penelitian diharapkan bisa menemukan research gap atau celah kosong dari penelitian sebelumnya. Penemuan ini akan membantu dosen menentukan apakah penelitian dengan topik yang sama perlu dilakukan ulang atau tidak. 

Sehingga proses mencari celah kosong ini pada dasarnya adalah mencari kesalahan atau kekurangan dari penelitian yang sudah dilakukan. Jika ada kekurangan, maka penelitian selanjutnya diharapkan bisa menambal kekurangan tersebut. Berikut penjelasan detailnya. 

Research Gap

Research gap adalah celah kosong dari penelitian sebelumnya. Secara sederhana, research gap sering disebut dengan istilah celah kosong maupun inkonsistensi. Artinya, celah kosong disini adalah suatu kekurangan dan bahkan cacat dari penelitian sebelumnya. 

Menemukan celah kosong dari penelitian sebelumnya bisa disebut sebagai kebutuhan. Tujuannya agar bisa melakukan penelitian lanjutan dengan hasil penelitian yang lebih komplit atau lebih sempurna. 

Misalnya pada saat penemuan mobil kali pertama. Mobil ini ditemukan dalam kondisi masih boros bahan bakar. Adanya kekurangan ini lantas menjadi celah kosong dan penelitian untuk mengembangkan teknologi mesin di mobil tersebut. 

Sampai saat ini, penelitian untuk mengembangkan teknologi mesin mobil masih terus dilakukan. Sebab memang muncul research gap dari penemuan mobil di penelitian sebelumnya. 

Fungsi Research Gap

Melalui penjelasan sebelumnya, maka bisa disimpulkan bahwa research gap atau celah kosong dalam penelitian berfungsi mendorong penelitian berikutnya. Penelitian baru ini akan menambal kekurangan dari penelitian sebelumnya tadi. 

Harapannya, temuan dalam penelitian terbaru bisa lebih komplit dan lebih baik bahkan lebih sempurna dari temuan sebelumnya. Contohnya seperti penelitian yang menemukan teknologi mobil. Mulai dari yang boros bahan bakar menjadi lebih hemat. 

Bagi dosen, celah kosong dalam penelitian juga berfungsi memberikan novelty atau kebaruan pada penelitian yang akan dilaksanakan. Sehingga penelitian ini meskipun ada penelitian sebelumnya mengangkat tema yang sama. Namun, terdapat perbedaan signifikan yang akan mempengaruhi hasil penelitian. 

Jenis Research Gap

Research gap kemudian memiliki 7 Jenis, masing-masing akan menentukan bentuk dan dimana celah kosong bisa ditemukan di penelitian sebelumnya. Berikut macam-macam research gap:

a. Theoretical Gap

Jenis pertama dari celah kosong dalam penelitian adalah theoretical gap. Theoretical gap yaitu celah kosong dalam penelitian yang ditemukan dalam teori yang dijadikan landasan teori oleh penelitian sebelumnya. 

Setiap penelitian diketahui membutuhkan teori untuk mendukung penelitian tersebut. Hanya saja, tidak semua teori bebas dari kekurangan. Ada kalanya teori yang digunakan memiliki kekurangan tersebut dan memicu inkonsistensi penelitian. 

Kondisi lain yang menjadi penyebab dari theoretical gap ini adalah penelitian dengan topik atau tema yang belum ada dalam teori. Artinya, peneliti memiliki tema penelitian yang belum pernah dijelaskan dan diteliti oleh pakar manapun. Sehingga tidak ada teori yang bisa dijadikan dasar penguat. 

b. Evidence Gap

Jenis yang kedua adalah evidence gap. Evidence gap yaitu kesenjangan yang inkonsistensinya terjadi pada bukti penelitian. Secara sederhana, jenis ini bisa diartikan sebagai adanya perbedaan antara fenomena yang biasa dilihat dengan data di lapangan. 

MIsalnya, dalam sebuah penelitian menyatakan bahwa tingginya angka pengangguran disebabkan oleh minimnya lapangan pekerjaan. Padahal, penyebab dari peningkatan angka pengangguran cukup banyak. 

Bisa karena faktor internal dan eksternal atau gabungan keduanya. Sebagai contoh ketika lapangan kerja tersedia akan tetapi banyak yang malas untuk bekerja. Bisa juga disebabkan oleh faktor lain. 

Sehingga fenomena angka pengangguran yang tinggi disini bisa disebut sebagai fenomena yang bisa dengan mudah ditemukan di lapangan. Namun, ketika diteliti penyebab demi menemukan solusi dalam penelitian. Ternyata penyebab pengangguran tidak hanya ada tidaknya lapangan kerja. 

c. Population Gap

Jenis research gap yang ketiga adalah population gap. Population gap yaitu adanya kesenjangan dalam aspek jangkauan populasi saat mengambil data penelitian. Sehingga adanya jumlah terbatas dan berbeda dari objek yang diteliti akan mempengaruhi hasil penelitian. 

Misalnya, suatu penelitian yang dilakukan di Thailand di tahun 2004 untuk mengetahui efek mediasi dan orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. Penelitian ini tentunya tetap mendapatkan hasil dari proses pengumpulan data sepanjang penelitian. 

Namun ternyata, di tahun penelitian ini dilakukan negara Thailand sedang mengalami krisis ekonomi. Hal ini menciptakan lingkungan bisnis tidak kondusif dan membuat hasil penelitian memiliki gap sehingga belum komplit. 

d. Empirical Gap

Empirical gap yaitu kondisi dimana terjadi kesenjangan fenomena empiris. Sehingga ada inkonsistensi dalam hasil penelitian dengan data faktual di lapangan. 

Perbedaan ini akan mempengaruhi hasil penelitian yang menjadi inkonsistensi atau belum jelas. Seseorang yang menyadarinya akan meragukan hasil penelitian tersebut. Sehingga dibutuhkan penelitian lanjutan untuk mengatasi inkonsistensi yang terjadi. 

f. Knowledge Gap

Knowledge gap yaitu kesenjangan yang muncul dalam penelitian yang mencari sesuatu yang belum ada. Artinya, seorang peneliti mengambil topik berdasarkan fenomena yang belum ada teorinya. 

Fenomena ini bisa saja ditemukan atau dialami, akan tetapi belum ada teori yang menjelaskan secara ilmiah mengenai penyebab maupun solusi untuk mengatasinya. Maka fenomena ini adalah sebuah gap penelitian yang menarik untuk diteliti langsung. 

g. Methodological Gap

Terakhir adalah methodological gap. Methodological gap yaitu keterbatasan metode yang bisa diterapkan dalam penelitian. Artinya, seorang peneliti memiliki keterbatasan dari metode penelitian yang digunakan sepanjang penelitian. 

Metode yang terbatas kemudian akan mempengaruhi hasil penelitian menjadi inkonsistensi atau memiliki celah kosong. Sehingga memunculkan dorongan untuk diteliti ulang dengan metode yang lebih tepat untuk hasil penelitian lebih komplit. 

Cara Menemukan Research Gap

Lalu, bagaimana menemukan research gap dengan efektif dan efisien? Bagi seorang dosen, menemukan celah kosong dari penelitian sebelumnya memang diharapkan bisa cepat dan tepat. 

Cara termudah adalah dengan membaca laporan hasil penelitian, bisa dari yang sudah dipublikasikan dalam bentuk jurnal. Pada jurnal bisa menganalisis celah kosong di bagian abstrak, pendahuluan, kemudian di bab akhir pada saran dan kesimpulan. Pada bagian-bagian ini, peneliti sebelumnya sering menjelaskan kekurangan atau kelemahan penelitian yang dilakukannya sendiri. Sehingga bisa memudahkan peneliti berikutnya menemukan celah kosong dan melanjutkan atau mengembangkan penelitian tersebut. 

Lebih detailnya, Anda bisa membaca Cara Mencari Research Gap dengan Efisien

Contoh Penulisan Research Gap

Jika sudah memahami apa itu research gap, mungkin akan bertanya-tanya bagaimana cara menyajikannya di proposal penelitian? Jika Anda memiliki pertanyaan serupa maka hal ini lumrah. 

Jadi, research gap (gap penelitian) secara umum terletak di bab I Pendahuluan pada sub bab Latar Belakang. Pada Latar Belakang, peneliti biasanya akan menjelaskan alasan pemilihan tema penelitian. 

Kemudian akan dijelaskan mengenai adanya penelitian dengan tema serupa sebelumnya dan kemudian dijelaskan kekurangannya apa. Berikut contohnya: 

BAB I 

PENDAHULUAN 

1.1 Latar Belakang 

Penelitian ini merupakan studi tentang perilaku pemilihan alternatif investasi oleh ibu rumah tangga ditinjau dari perspektif faktor psikologis. Faktor psikologis adalah faktor yang timbul dari dalam diri seseorang yang dapat membentuk perilaku individu dalam menghadapi risiko berinvestasi (Iramani:2011). 

Ada beberapa alasan pemilihan topik “Pengaruh Faktor Psikologis Terhadap Keputusan Pemilihan Alternatif investasi” dalam skripsi ini. Alasan tersebut dapat dikelompokkan menjadi: 

  1. Alasan berdasarkan aspek gap teoritis (theoretical gap)

Aspek gap teoritis (theoretical gap) dapat diuraikan melalui grand theory dan konsep mengenai ilmu keuangan tradisional yang pernah berkembang. Ilmu keuangan tradisional mengabaikan adanya pengaruh faktor psikologis individu dalam mengambil keputusan investasi. 

Ilmu keuangan tradisional tersebut didasarkan pada dua asumsi : 

  1. Individu membuat keputusan yang rasional, 
  2. Individu dapat membuat keputusan yang tidak bias terkait dengan masa depan. 

Namun kenyataannya individu seringkali bertindak irrasional dan membuat kesalahan terkait dengan prediksi masa depan (Nofsinger, 2005: 1).

  1. Alasan berdasarkan aspek gap penelitian terdahulu (research gap)

Pada penelitian sebelumnya, bahasan studi tentang faktor psikologis telah banyak dilakukan. Namun terdapat perbedaan hasil yang ditunjukkan oleh penelitian terdahulu. 

Pada penelitian Ryanda Bella Rengku (2012) disimpulkan bahwa faktor overconfidence, mental accounting dan emotion tidak berpengaruh signifikan terhadap expected return perception. 

Sedangkan hasil penelitian Dhyka Bagus dan Iramani (2008) menunjukkan bahwa faktor overconfidence, mental accounting dan emotion dapat membentuk perilaku individu. 

Penelitian Iramani (2012) menyatakan bahwa ketiga variabel psikologis tersebut dapat menjadi prediktor risiko investasi. Perbedaan hasil penelitian ini menjadi alasan kedua pemilihan topik mengenai faktor psikologis.

Saat menyusun proposal penelitian, perhatikan 8 tingkat kesiapterapan teknologi. Karena TKT adalah kunci lolos proposal hibah.

Perbedaan Fenomena Gap dan Research Gap

Pada saat membahas mengenai research gap maka akan membahas mengenai fenomena gap. Apakah keduanya sama? Jawabannya adalah tidak, karena keduanya berbeda. Hanya saja, keduanya sama-sama bisa dijadikan latar belakang penelitian atau alasan penelitian perlu dilakukan. Berikut penjelasannya: 

1. Fenomena Gap 

Fenomena gap adalah kondisi dimana ada fenomena berbeda antara apa yang seharusnya (target) terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan. Misalnya, teori yang menyebut semakin besar gaji semakin besar saldo tabungan yang dimiliki. 

Namun, aktual di lapangan justru yang terjadi semakin besar gaji seseorang tidak menjamin saldo tabungannya lebih tinggi dari penerima gaji lebih kecil. Hal ini dipengaruhi oleh beberapa faktor dan bisa menjadi tema penelitian. 

2. Research Gap 

Sedangkan research gap adalah adanya keterbatasan dari penelitian sebelumnya. Sehingga memunculkan celah kosong dan berdampak pada hasil penelitian yang belum komplit atau sempurna. 

Misalnya, suatu penelitian dilakukan di negara Thailand untuk mengetahui pengaruh mediasi dan orientasi pasar terhadap kinerja bisnis. Namun ternyata, penelitian ini dilakukan di tahun 2004 ketika Thailand menghadapi krisis ekonomi. 

Sehingga penelitian dilakukan di tengah kondisi bisnis yang tidak pasti dan tidak normal. Maka hasil penelitiannya dianggap belum sempurna atau memiliki cacat. Maka inilah celah kosong penelitian atau research gap yang mendorong dilakukan penelitian lanjutan. 

Itulah penjelasan mengenai research gap secara mendalam, sehingga membantu para dosen untuk menemukannya dan melakukan penelitian dengan novelty. Lewat penemuannya, diharapkan penelitian yang dilakukan bisa mengembangkan IPTEK menjadi lebih baik dan canggih. 

Apabila penelitian di lapangan sudah selesai, buat luaran hasil penelitian berupa buku referensi atau buku monograf. Pelajari cara membuat buku tersebut dan dapatkan poin KUM 40 maksimal.