fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Ini Kunci Meraih Beasiswa Magister dan Doktor

Bagus Muljadi membagikan pengalamannya meraih beasiswa dan membuktikan nilai bukanlah segalanya. Ia sempat menjadi mahasiswa dengan IPK 2.69 namun meraih beragam prestasi. (Sumber Foto: twitter @DitjenSDID)

Jakarta – Para suksesor akademisi dan ilmuwan peraih beasiswa dalam dan luar negeri berkumpul dalam seminar `Memilih Jalan Menjadi Akademisi dan Ilmuwan` pada 12 Mei silam di Jakarta Convention Center. Seminar yang dihadiri oleh mahasiswa, peneliti, dan dosen ini membahas tentang bagaimana mendapatkan beasiswa dalam dan luar negeri untuk gelar Magister dan Doktor.

Selaku pembicara dalam seminar tersebut, Bagus Putra Muljadi PhD. Anggota Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional sekaligus Associate Professor University of Nottingham tersebut mengaku karir akademiknya tidak dimulai dengan sesuatu yang baik. Pada saat lulus dari ITB, ia bahkan tidak termasuk dalam jajaran sarjana yang berprestasi. IPK akhir dari perkuliahannya hanya 2,69. Namun, berbekal tekad dan optimisme akhirnya Bagus mencapai posisi sekarang ini.

“Sebenarnya, tidak ada trik khusus mendapatkan beasiswa. Karena beasiswa itu sebenarnya terdiri atas setengah keberuntungan, sepertiga tekad, dan sepertiga lainnya adalah kemampuan,” ujarnya.

Pendapat Bagus ini cukup bertolak belakang dengan peraih beasiswa baik dalam maupun luar negeri pada umunya. Rata-rata peraih beasiswa mengungkapkan trik-trik tertentu agar bisa lolos beasiswa. Misalnya, Shantya, peraih beasiswa StuNed. Kepada ehef.id, ia menjelaskan tentang trik khusus seperti menulis esai. Menurutnya, hal yang perlu dipersiapkan adalah esai yang baik dan realistis serta mengangkat isu-isu tertentu dan melakukan riset sesuai dengan program studi yang dipilih.

Sementara Bagus lebih menekankan pada tekad dan optimisime. Ia mengaku tidak akan pernah berhasil dalam dunia pendidikan dan penelitian apabila tidak memiliki optimisme dan tekad yang kuat. Menurutnya orang Indonesia adalah manusia unggul yang memiliki kapasitas mumpuni untuk berdaya saing di luar negeri.

“Saya dulu di Indonesia bisa dikatakan masuk dalam kategori mahasiswa kelas bawah. Tapi ketika lanjut kuliah S-2 dan S-3 di Taiwan, saya nyatanya bisa bersanding dengan mahasiswa terbaik dari sana. Itu tandanya orang Indonesia adalah orang-orang yang unggul,” terangnya.

Sebagai peneliti, Bagus termasuk dalam kategori interdisipliner. Arus keilmuannya sangat mudah berubah dan berbeda jauh saat menyelesaikan studi doktoralnya. Bergantung pada peluang dan kesempatan yang ada dan datang di depannya. Setelah menyelesaikan studi doktoralnya di National Taiwan University, bidang Mekanika Terapan. Ia melanjutkan postdoctoral di Institut de Mathmatiques de Toulouse, Perancis, program studi Matematika, dan melanjutkan postdoctoral kembali di Imperial College London, program studi Ilmu Bumi dan Teknik.

Ia berhasil membuktikan, bagaimanapun situasinya selama ada optimisme dan tekad yang kuat ia mampu menyelesaikan program postdoctoral-nya. Bahkan, karena pengalaman postdoctoral-nya yang beragam, ia  mudah mendapat kepercayaan menjadi Associate Professor di Universitas of Nottingham.

Rino R. Mukti dan Bagus Muljadi menjadi pembicara dalam seminar `Memilih Jalan Menjadi Akademisi dan Ilmuwan` pada 12 Mei silam di Jakarta Convention Center. (Sumber Foto: dok. pmdsu.com)

Pembicara lain, Rino R. Mukti, selaku Dosen ITB sekaligus co-promotor PMDSU Batch. Ia mengungkapkan yang harus dimiliki oleh para pencari beasiswa jenjang magister atau doktor adalah motivasi diri. Pertanyaan mengapa ingin dan harus mendapatkan beasiswa tersebut sangatlah penting.

“Salah satu motivasi saya dalam menempuh studi di luar negeri adalah karena ingin menyaksikan piala dunia langsung, bercengkerama dengan sesama ilmuwan dan akademisi di penjuru dunia, dan datang ke forum ilmuwan di berbagai acara,” tutur Rino dilansir sumberdaya.ristekdikti.go.id.

Motivasi lainnya ia ingin menjadi ilmuwan. Sejak lama masyarakat Indonesia berkontribusi terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi dunia. Ia berharap bisa mengikuti jejak masyarakat Indonesia pada masa lalu tersebut.

“Saya yakin di balik keberhasilan yang diraih Eijkman dan banyak nama-nama besar lainnya dari luar negeri yang pernah tinggal dan melakukan penelitian di Indonesia, ada kiprah dan peran para anak bangsa di belakangnya. Karena tidak ada peneliti besar yang bekerja sendiri,” jelasnya.

 

Redaksi

Di tag :