fbpx

Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Muji Setiyo, Dulu Montir Sekarang Dosen Berprestasi

dosen berprestasi
Dr. Muji Setiyo, ST., M.T., Dosen Teknik Otomotif Universitas Muhammdiyah Magelang sekaligus penerima 5 paten pada 2018. (Foto: dok. Muji)

Perjalanan karir Dr. Muji Setiyo, ST., M.T., memang ia rintis menjadi seorang montir di sebuah bengkel motor sejak tahun 2001. Akhirnya ia bisa melanjutkan ke jenjang perguruan tinggi dan menjadi laboran di tahun 2006. Berbekal ijazah S1 Muji memberanikan diri menjadi dosen. Siapa sangka, Muji yang dahulunya seorang montir sekarang menjadi sosok dosen berprestasi.

Ketika menjadi laboran di Laboratorium Pendidikan Otomotif Universitas Muhammadiyah Magelang, Muji merasa kreativitasnya terkungkung. Ia tak bisa bebas untuk menuangkan pemikiran dan inovasinya karena tidak memiliki akses kepada hal tersebut. ”Jadi, ketika tahun 2010 ada tawaran seleksi untuk alih fungsi dari laboran menjadi dosen, saya langsung tertarik,” ungkapnya kepada tim duniadosen.com melalui surel.

Menjadi dosen bidang teknik merupakan sesuatu yang Muji syukuri. Sebelum menjadi laboran di kampus, Muji bekerja sebagai montir di sebuah bengkel mekanik. Pun, tak ada satupun keluarganya yang memiliki latar belakang dosen sebelumnya.

”Bapak dan Ibu bekerja sebagai petani yang hanya lulusan sekolah dasar. Keluarga besar saya hampir semuanya bekerja sebagai petani dengan lulusan maksimal sekolah menengah pertama. Waktu itu, kuliah adalah istilah aneh dan menakutkan dalam keluarga saya karena biayanya yang mahal,” ujar Muji yang merupakan orang pertama dalam keluarga yang bisa mencicipi bangku kuliah.

Setelah menjadi dosen, Muji tak ingin menyia-nyiakan waktunya. Master dari Universitas Pancasila Jakarta tersebut mengaku ingin memaksimalkan diri dalam melaksanakan penelitian dan pengabdian pada masyarakat selain mengajar. Ia ingin memastikan tridharma perguruan tinggi bisa ia lakukan sebaik mungkin.

Lebih lanjut, peraih gelar doktor dari Universitas Brawijaya (UB) Malang tersebut ingin apa yang ia lakukan memiliki manfaat, bukan sekadar memenuhi kewajiban semata. ”Saya ingin produk-produk riset saya tidak hanya berakhir pada publikasi dan paten, namun sampai ke hilirisasi dan komerialisasi. Sehingga berpotensi untuk memberikan manfaat yang lebih besar terhadap masyarakat, institusi, dan daya saing bangsa,” jelasnya.

Dalam perjalanan karirnya sebagai dosen, pria yang juga menjabat sebagai Kepala Divisi Penelitian Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Penjamin Mutu (LP3M) UM Magelang tersebut beberapa kali mendapat hibah kompetitif penelitian dan pengabdian pada masyarakat.

Beberapa hibah tersebut adalah hibah penelitian kompetitif sebanyak 11 kali meliptui 2 Penelitian Dosen Pemula (PDP), 1 (Penelitian Disertasi Doktor (PDD), 3 Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS), 2 Penelitian Terapan Unggulan Perguruan Tinggi (PTUPT), dan 2 Penelitian Dasar Unggulan Perguruan Tinggi (PDUPT), 1 Penelitian Dasar Kompetitif Nasional, serta 2 kali mendapatkan program hibah kompetitif (semuanya multiyear), Ipteks bagi Inovasi dan Kreativitas Kampus (IbIKK) (2016-2918) dan Program Pengembangan Produk Unggulan Daerah (PPPUD) (2018-2020). Dari hibah tersebut, Muji menghasilkan 16 publikasi internasional terindeks Scopus, 6 paten granted, 3 paten registered, 6 hak cipta, dan 4 buku.

(dok. Short Course di Jerman, 2018)

Meski begitu, masih ada satu keinginan besar yang belum ia dapatkan, yaitu untuk mencapai jabatan akademik tertinggi sebagai Guru Besar. ”Untuk yang ini, semua saya serahkan kepada Allah. Fokus saya saat ini adalah meneliti untuk menghasilkan produk penelitian dan pengembangan yang kompetitif seperti paten, publikasi, buku, prototipe teknologi,” terang Muji semangat.

Muji melanjutkan, selama hampir sepuluh tahun berkarir menjadi dosen, ada beberapa pengalaman yang memiliki kesan sampai sekarang. Ketika pertama kali lolos penerimaan proposal Insentif Riset Sistem Inovasi Nasional (INSINAS) tahun 2013, Muji merasa sangat bahagia. Terlebih ketika dirinya menjadi satu-satunya dosen yang lolos mewakili perguruan tinggi Muhammadiyah seluruh Indonesia.

Selain itu, pengalaman tak kalah mengesankan adalah ketika dosen berprestasi ini berhasil menghasilkan lima paten yang dikabulkan oleh Kementerian Hukum dan HAM hampir bersamaan dalam kurun bulan Maret-April 2018 yang membuatnya menjadi dosen pertama di UM Magelang yang memperoleh paten.

Lagi, tak berhenti sampai disitu, predikat dosen berprestasi memang sesuai dengan apa yang telah dihasilkan Muji. Berbagai publikasi ilmiah terindeks Scopus Q1 dan juga keberhasilannya lulus seleksi Short Course Vocational Education (SCVE) 2018 di Technisce Universitat Dresden, Jerman juga menyisakan kesan tersendiri bagi peraih doktor di UB Malang hanya dalam waktu 2,7 tahun itu.

Dan ihwal penulisan buku, Muji beberapa kali meluncurkan buku karyanya. Beberapa buku yang ia tulis adalah Menjadi Mekanik Spesialis Kelistrikan Sepeda Motor (2010), Teknik Menyusun Manuskrip dan Publikasi Ilmiah Internasional (2017), dan Listrik dan Elektronika Dasar Otomotif (2017).

Saat ini, Muji sedang mempersiapkan buku berjudul Teknologi Otomotif Modern: Kendaraan Berbahan Bakar LPG dan juga satu buku ajar berjudul Aplikasi Komputer untuk Otomotif yang rencananya selesai tahun 2019 ini.

Berbagai pencapaian tersebut tidaklah biasa saja. Tidak banyak dosen yang mampu menorehkan pencapaian seperti milik Muji. Prestasi-prestasi tersebut merupakan sebuah penghargaan baginya yang memotivasi untuk selalu melakukan yang terbaik. Meski begitu, menurutnya, paling penting adalah bagaimana manusia bisa bermanfaat untuk orang lain.

”Penghargaan bagi saya sederhana, yaitu jika karya saya dimaanfaatkan orang lain atau memberi petunjuk  bagi orang lain untuk melakukan penelitian baru (sitasi). Itu sudah penghargaan besar bagi saya,” jelas paten drafter di Sentra Kekayaan Intelektual UM Magelang tersebut.

Menurutnya, penghargaan adalah salah satu hal yang penting untuk diperoleh. Ia tak memungkiri sistem reward and punishment itu penting. Ia bersyukur Pemerintah cukup memberikan perhatian terkait hal tersebut. ”Saat ini, pemerintah juga memberikan beberapa skema penghargaan meskipun sifatnya kompetitif seperti insentif buku ajar dan insentif publikasi ilmiah,” lanjutnya.

Meski berkesan, profesi dosen, diakui Muji, memiliki tantangan yang cukup berat. Menurutnya, ada dua tantangan besar bagi dosen secara umum. Pertama, dosen punya tugas untuk membekali mahasiswa bagaimana bersikap baik dan berkarakter pembelajar sepanjang hayat, memiliki pengetahuan, dan keterampilan agar memperoleh pekerjaan yang sesuai dengan bidang keilmuannya.

Kedua, dosen tak boleh sekadar produktif meneliti, namun juga harus menindaklanjuti hasil penelitiannya agar bisa bermanfaat melalui skema industri dan komersialisasi. Dua hal tersebut, bagi Muji, adalah tantangan terbesar dosen pada umumnya.

Dalam rangka menghadapi tantangan tersebut, Muji berpikir memasukkan konsep Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (IPTEK) masa depan ke dalam pembelajaran adalah hal yang penting. Selain itu, ia juga menyebut pembangunan konsorsium riset antarperguruan tinggi dan industri juga perlu digalakkan.

Dari awal sampai sekarang, Muji menggeluti bidang teknik mesin. Mata pelajaran yang ia ampu selama perkuliahan juga berhubungan dengan disiplin ilmu tersebut. Perkenalannya dengan bidang mesin bermula ketika ia masuk Jurusan Otomotif di SMK Negeri 1 Magelang tahun 1998. Saat itu, Jurusan Otomotif menjadi jurusan bonafid di sekolah. ”Saya sekolah di SMK otomotif karena waktu itu punya cita-cita untuk memiliki bengkel,” ujarnya.

Makin cinta, Muji melanjutkan pendidikan tingginya di bidang teknik mesin secara berturut-turut di D3 Teknik Mesin UM Magelang, S1 Teknik Mesin UMY, S2 Teknik Mesin UP Jakarta, dan S3 Teknik Mesin UB Malang.

”Sekarang, kenapa saya menggeluti bidang teknik mesin, khususnya konversi energi karena saya masih melihat ada potensi besar untuk memberikan manfaat bagi keberlangsungan, kebutuhan energi meningkat sementara ketersediaan terbatas. Butuh riset-riset untuk melakukan optimasi agar tetap sustainable,” lanjut pengajar mata kuliah alternatife fuel tersebut.

Ke depannya, Muji ingin melakukan kewajibannya sebagai dosen dengan baik dengan menyeimbangkan lima hal, yaitu pengajaran, bimbingan mahasiswa, penelitian, pengabdian masyarakat, dan kontribusi terhadap pengembangan institusi. Selain itu, ia juga ingin memiliki usaha untuk mengkomersialkan hasil-hasil riset yang ia hasilkan di Fakultas Teknik UM Magelang. (duniadosen.com/az)