Meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam menyusun proposal usulan penelitian, para dosen terlebih dahulu perlu menyusun kerangka proposal tersebut. Kerangka atau outline proposal penelitian ini akan memudahkan proses pengembangan isi proposal.
Hanya saja, masih banyak kalangan dosen yang belum memahami fungsi penting dari pembuatan outline proposal. Sehingga sering diabaikan. Padahal, ketika disusun di awal maka proposal akan lebih cepat selesai dan isinya terstruktur dengan baik.
Secara umum, kerangka proposal merupakan panduan atau petunjuk struktur rancangan dari kegiatan yang akan dilakukan. Kegiatan disini bisa kegiatan apa saja, mulai dari kegiatan kemasyarakatan, kegiatan di sekolah, sampai kegiatan penelitian yang dilakukan akademisi.
Jadi, proposal disusun juga oleh dosen dan mahasiswa sebelum melaksanakan penelitian. Pada mahasiswa, proposal umumnya diajukan sebelum melakukan penelitian untuk penyusunan tugas akhir. Seperti skripsi, tesis, dan juga disertasi.
Bagi kalangan dosen, proposal penelitian menjadi karya tulis ilmiah yang rutin disusun. Sebab sepanjang karir akademiknya, dosen memang diwajibkan melaksanakan penelitian. Penelitian ini tentu perlu persetujuan dan dukungan dari institusi tempatnya mengabdi.
Maka dosen perlu mengajukan proposal usulan penelitian untuk mendapat persetujuan dan dukungan dalam melaksanakan isinya. Jika dosen mengikuti program hibah penelitian, maka proposal usulan diajukan ke pihak penyelenggara.
Supaya isi proposal memberi penjelasan secara detail, mendalam, dan runtut, dosen perlu mempertimbangkan penyusunan kerangka untuk proposal penelitian.
Kerangka proposal berisi daftar bab dan sub bab di dalam proposal yang belum dikembangkan. Jadi, dosen bisa tahu isi proposalnya apa saja, kebutuhan data dan informasinya seperti apa, dan kemudian lebih mudah dikembangkan sesuai referensi yang didapatkan atau digunakan.
Sebelum menyusun penelitian, Anda sebaiknya memperhatikan unsur kebaruan dalam penelitian. Unsur kebaruan dapat Anda dapatkan dengan melakukan research gap. Cek disini untuk tahu Cara Mencari Research Gap dengan Efisien.
Meskipun tidak ada kewajiban bagi dosen untuk menyusun kerangka proposal. Akan tetapi, meluangkan waktu untuk menyusunnya terlebih dahulu ternyata menguntungkan. Sebab, para dosen yang menyusun kerangka proposal terlebih dahulu bisa mendapatkan manfaat.
Berikut manfaat menyusun kerangka proposal penelitian:
Manfaat yang pertama dari pembuatan outline proposal penelitian adalah membantu memastikan isi proposal sudah runtut dan sistematis. Sebab isi dari kerangka ini adalah seluruh bab di dalam proposal.
Sehingga urutannya dipastikan sesuai ketentuan dan tinggal dikembangkan. Adanya panduan urutan bab dan sub bab melalui kerangka ini, maka akan memastikan isi proposal sudah sistematis sejak awal.
Pada saat Anda menyusun proposal, ada kemungkinan bab dan sub bab tertentu akan terlewat. Risiko ini sering dialami, apalagi jika dosen sudah burnout. Maka kerangka dari proposal membantu mengantisipasi kemungkinan tersebut.
Pasalnya, para dosen akan memastikan urutan bab dan sub bab sudah benar. Kemudian saat proses penyusunan proposal maka kerangka ini tinggal dikembangkan. Alhasil, seluruh bab dikembangkan tanpa ada yang terlewat.
Dalam penyusunan proposal penelitian, para dosen seringnya mendapatkan format proposal tersebut. Contohnya ketika mengikuti program hibah penelitian. Adanya kerangka proposal membantu dosen mengikuti ketentuan format tersebut, sehingga meminimalkan kesalahan.
Melalui outline proposal penelitian, seorang dosen bisa lebih mudah mencari bahan untuk pengembangan setiap sub bab di proposal tersebut. Sebab, sudah tahu apa saja yang dibutuhkan dan bisa segera dikumpulkan untuk menyempurnakan isi proposal.
Anda mau menulis proposal penelitian? Pastikan proposal Anda memenuhi ciri-ciri proposal yang baik. Baca tips proposal anti gagal agar proposal Anda lolos atau ACC!
Dalam menyusun isi proposal usulan penelitian, dosen perlu memperhatikan ada tidaknya ketentuan format. Jika memang ada, maka isi kerangka proposal mengacu pada format tersebut. Jika tidak ada, maka bisa memakai urutan kerangka secara umum. Berikut kerangka proposal penelitian yang bisa Anda ikuti:
Urutan pertama di dalam outline proposal penelitian adalah halaman judul. Sesuai dengan namanya, halaman ini mencantumkan judul dari proposal penelitian yang akan diajukan ke pihak terkait.
Penulisan halaman judul dimulai dengan mencantumkan kata “Proposal” dan kemudian disusul judul penelitian yang akan dilakukan. Contohnya adalah sebagai berikut:
“Proposal Penelitian Meningkatkan Motorik Halus Melalui Lego Dasar bagi Anak Tunagrahita”
Selain terdapat judul, halaman pertama di proposal penelitian ini juga mencantumkan nama, NIDK atau NIDN bagi dosen, nama perguruan tinggi tempat peneliti mengajar atau kuliah, tahun ajaran dan lain sebagainya sesuai ketentuan.
Bagian kedua dalam urutan kerangka proposal penelitian dosen adalah Daftar Isi. Daftar Isi adalah daftar yang menjelaskan seluruh isi dari proposal lengkap dengan letak halamannya.
Daftar isi ini dimulai dari halaman judul dan berakhir di halaman daftar pustaka. Kadang kala, lampiran juga dicantumkan di dalam daftar isi. Maka dosen tinggal menyesuaikan dengan ketentuan institusi maupun penyelenggara hibah penelitian.
Urutan ketiga dalam kerangka sebuah proposal penelitian adalah bab I Pendahuluan. Dalam bab pertama ini ada beberapa sub bab akan dibahas. Mulai dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian serta manfaat penelitian.
Bagian keempat dalam urutan kerangka proposal penelitian adalah Bab II Tinjauan Pustaka. Sesuai namanya, pada bab ini akan membahas seluruh teori yang menjadi dasar maupun yang mendukung topik penelitian. Sehingga referensi banyak dibahas dan dikutip disini.
Berikutnya adalah Bab III yang judul babnya adalah Metodologi. Sesuai namanya, pada bab ini nanti akan membahas metodologi penelitian yang digunakan. Isinya terbagi menjadi beberapa sub bab.
Secara umum adalah teknik pengumpulan data, metode penelitian, dan juga teknik analisis data. Sehingga disini dosen akan menjelaskan seluruh proses pengumpulan data penelitian memakai teknik apa dan analisisnya memakai metode apa.
Bagian berikutnya adalah pada Bab IV yakni Jadwal Pelaksanaan. Sesuai namanya, bagian ini berisi rencana kerja dalam bentuk tabel maupun uraian mengenai waktu sampai durasi atau lama kegiatan penelitian.
Bagian ini masuk ke dalam proposal usulan penelitian untuk membantu menyusun agenda kegiatan. Harapannya agar penelitian selesai tepat waktu dengan mengikuti jadwal tersebut. Meskipun tentatif, akan tetapi menjadi gambaran besar seluruh rencana kegiatan di lapangan.
Bagian ketujuh dalam kerangka proposal penelitian yang disusun dosen adalah Daftar Pustaka. Daftar pustaka sendiri adalah daftar seluruh referensi yang dijadikan dasar dan acuan pelaksanaan penelitian sampai isi dari proposal itu sendiri.
Masih menulis referensi secara manual? Kini saatnya Anda menggunakan Mendeley. Ketahui Cara Menggunakan Mendeley untuk Pemula.
Bagian terakhir di dalam kerangka sebuah proposal penelitian adalah Lampiran. Lampiran disini berisi daftar halaman khusus yang mencantumkan beberapa dokumen penting dan dianggap perlu diketahui pembaca proposal.
Misalnya surat perjanjian kerjasama dengan mitra penelitian, surat persetujuan dari institusi yang menaungi dosen, dan dokumen pendukung lain dalam penelitian yang akan dilaksanakan dosen.
Sebagai catatan tambahan, jika dalam proses penyusunan proposal perlu memasukan gambar dan tabel. Maka dalam urutan kerangka proposal perlu ditambahkan Daftar Tabel dan Daftar Gambar. Dosen tinggal menyesuaikan saja.
Jika masih mengalami kesulitan untuk menyusun kerangka dari proposal penelitian, maka pahami dulu tata caranya seperti apa. Jadi, ada beberapa tahapan perlu dilakukan untuk memudahkan proses menyusun kerangka dan isi proposal penelitian.
Berikut cara membuat kerangka proposal penelitian:
Dalam menyusun kerangka untuk proposal penelitian, para dosen bisa memulai dari mencari dan menentukan topik penelitian. Suatu usulan penelitian tentu tidak akan bisa diajukan jika belum menentukan topik yang akan diteliti.
Topik penelitian secara sederhana bisa diartikan sebagai suatu masalah di sekitar lingkungan dosen yang bersangkutan. Masalah ini ternyata bisa diatasi dengan suatu teknologi maupun teori, hanya saja perlu diuji dan diteliti dulu.
Jika masalah maupun teknologi dan teori ini masih di satu bidang keilmuan dengan yang dosen tekuni. Maka sudah ideal dijadikan topik penelitian. Maka bisa dipilih. Dalam menentukan topik pastikan memenuhi kriteria. Mulai dari topik yang hangat, urgensinya tinggi, dan punya dampak (manfaat) luas.
Jika topik penelitian sudah ditemukan dan ditentukan, maka tahap berikutnya dalam menyusun kerangka proposal penelitian adalah mempelajari struktur proposal. Struktur disini bisa mengacu pada format proposal yang ditentukan pihak terkait.
Jadi, pahami strukturnya seperti apa dan nantinya akan menjadi isi dari kerangka yang akan dibuat. Struktur disini bisa saja tidak sesuai dengan struktur umum, karena pihak penyelenggara pendanaan menentukan format khusus. Dosen pun perlu mengikuti dan mempelajarinya agar isi kerangka tidak keliru.
Jika topik penelitian sudah didapatkan dan struktur proposal penelitian juga sudah dipahami. Maka tahap ketiga adalah mulai menyusun kerangka dari proposal penelitian yang akan diajukan ke pihak terkait.
Kerangka ini sekali lagi berisi daftar bab dan sub bab dari proposal penelitian tersebut, tanpa ada pengembangan atau penjelasan. Jadi, pastikan disusun mengikuti format yang sudah ditentukan dan dipelajari sebelumnya.
ahap terakhir dalam penyusunan kerangka proposal penelitian adalah mengembangkan poin-poin dalam kerangka yang sudah disusun sebelumnya. Dalam proses ini, para dosen perlu mencari data dan informasi.
Data dan informasi ini nantinya akan dijadikan bahan pengembangan pada bab Pendahuluan, yang masuk ke bab Latar Belakang Masalah. Kemudian juga akan dicantumkan di bab Tinjauan Pustaka.
Pastikan untuk memilih referensi yang tepat, yakni tidak hanya kredibel akan tetapi juga merupakan terbitan terkini. Biasanya referensi diberi batas waktu publikasi maksimal 10 tahun terakhir. Namun, beberapa institusi meminta referensi terbitan 5 tahun terakhir.
Baca Juga: Ketentuan dan Cara Membuat Proposal Penelitian Dosen dengan Benar
Membantu lebih memahami lagi dari pengertian dan struktur dari kerangka proposal. Maka berikut adalah contoh yang bisa dijadikan referensi:
Halaman Judul
Halaman Pengesahan
Ringkasan
Summary
Prakata
Daftar Isi
Daftar Tabel*
Daftar Gambar*
Daftar Lampiran
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
1.2 Perumusan masalah
1.3 Tujuan penelitian
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
BAB 3 METODE PENELITIAN
Rancangan percobaan
Bahan dan alat yang digunakan
Gambar rangkaian alat
Prosedur
BAB 4 JADWAL PELAKSANAAN
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
* Bila diperlukan
Melalui penjelasan di atas, maka Anda yang berprofesi sebagai dosen tentu semakin memiliki gambaran mengenai isi dan bagaimana cara membuat kerangka proposal. Meskipun sepele, ternyata kerangka ini bisa mempercepat penyusunan proposal penelitian. Jadi, silahkan dipertimbangkan untuk menyusunnya.
Artikel berikut akan membantu Anda melakukan penelitian dan proses pengerjaan proposalnya:
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…
Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…
Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…
Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…