Pernah bertanya apa hubungan Scopus dengan SJR? Bagi beberapa orang yang aktif menulis, mempublikasikan, dan mencari jurnal ilmiah internasional. Dijamin akan akrab dengan dua istilah tersebut. Baik Scopus maupun SJR. Namun, pernahkah mencari tahu apa hubungan dari keduanya?
Sebab dilansir dari banyak sumber, antara Scopus dan SJR adalah dua istilah yang tidak dapat dipisahkan. Akses ke Scopus tidak bisa asal memilih artikel atau jurnal di dalamnya. Perlu memperhatikan dua hal, pertama adalah SNIP dan yang kedua adalah SJR jika ingin menemukan jurnal yang sesuai kebutuhan dan kredibel.
Jika selama ini hanya mengetahui bahwa jurnal di dalam Scopus bisa langsung diunduh dan dijadikan referensi. Maka tidak ada salahnya memperdalam pencarian dengan memperhatikan SJR maupun SNIP. Supaya lebih paham mengenai apa hubungannya Scopus dengan SJR, silahkan menyimak informasi berikut ini.
Scopus secara sederhana bisa didefinisikan sebagai sebuah database yang menampung seluruh jurnal internasional bereputasi. Jurnal internasional bisa masuk ke sejumlah database, selain Scopus masih ada database lainnya. Scopus sendiri merupakan produk dari penerbit terkemuka di dunia yakni Elsevier.
Scopus kemudian diketahui memiliki skema yang kompleks dalam menyaring jurnal-jurnal yang bisa masuk ke dalamnya. Lewat skema inilah maka Scopus dinobatkan dan dikenal sebagai salah satu database jurnal internasional bereputasi. Artinya, jurnal-jurnal yang masuk ke Scopus dijamin kredibilitasnya.
Bagi peneliti atau dosen di Indonesia, ada kewajiban untuk mempublikasikan artikel ilmiah ke dalam jurnal internasional. Kemudian salah satu kriteria agar publikasi ini diperhitungkan dan menambah poin angka kredit adalah masuk ke Scopus. Jadi, Scopus cukup terkenal di kalangan akademik tanah air.
Baca Juga:
10 Situs Jurnal Pendidikan Indonesia Gratis Bereputasi
Update Jurnal Predatgor 2021, Wajib Hati-Hati Ya!
Syarat Menajdi Profesor, Yuk Pelajari Sekarang!
Kiat Produktif Publikasi Jurnal untuk Menaikkan Angka Kredit Dosen
Selain untuk mengecek publikasi jurnal yang dimiliki sudah terindeks Scopus atau belum. Scopus juga dijadikan tujuan untuk mendapatkan referensi berkualitas dari jurnal, buku, dan literatur ilmiah lainnya. Ada puluhan juta literatur ilmiah bisa ditemukan di Scopus dan menjadi pusat data terbesar sejak puluhan tahun yang lalu.
Scopus sering juga disebut sebagai wadah referensi, karena saking banyaknya literatur ilmiah bisa ditemukan disini. Scopus ternyata tidak hanya berfungsi atau berperan sebagai wadah dan pusat referensi literatur ilmiah. Akan tetapi juga menyediakan layanan tambahan, salah satunya memberikan penilaian pada suatu artikel ilmiah.
Dalam hal ini, Scopus kemudian menjalin kerjasama dengan berbagai pihak untuk memberikan penilaian yang tepat dan bisa dijadikan landasan. Dalam artian hasil penilaian dari Scopus memang benar dan bisa diandalkan karena sudah dilakukan proses penilaian dengan tahapan yang kompleks.
Hasil penilaian dari Scopus ini kemudian memunculkan perangkingan. Semua artikel ilmiah di dalam Scopus kemudian masuk ke dalam daftar perangkingan tersebut. Dalam proses perangkingan ini akan ada 3 (tiga) kategori perangkingan. Yaitu:
Indikator atau kriteria pertama dalam perangkingan literatur ilmiah di Scopus adalah Impact Factor atau IF. Impact Factor sendiri adalah ukuran yang mencerminkan jumlah rata-rata tahunan dari kutipan Artikel terbaru yang dipublikasikan dalam jurnal itu.
Jadi, jurnal secara umum akan terbit berkala baik itu per empat bulan sekali atau bahkan setahun sekali. Setiap ada tambahan artikel ilmiah dalam satu judul jurnal maka ada kemungkinan akan dijadikan referensi. Dilihat dari jumlah kutipan yang menggunakan artikel ilmiah baru di dalam jurnal tersebut.
Semakin banyak kutipan dilakukan terhadap artikel baru ini maka semakin meningkatkan nilai IF. Artikel ilmiah dalam satu judul jurnal jika memiliki IF tinggi oleh Scopus dinilai sebagai artikel yang penting, banyak dicari, dan tentunya banyak digunakan. Sehingga sering muncul di hasil rekomendasi pencarian.
Indikator perangkingan Scopus yang kedua adalah SNIP atau Source Normalized Impact per Paper. SNIP ini dicetuskan oleh Profesor Henk Moed dari CTWS, Universitas Leiden. SNIP sendiri adalah jumlah kutipan suatu artikel ilmiah di dalam jurnal ilmiah dalam satu bidang subjek.
Jadi, misalnya artikel di subjek Ekonomi berbasis syariah maka di Scopus akan dijumpai banyak artikel ilmiah dengan subjek ini dari banyak jurnal ilmiah. Artikel mana yang paling banyak dikutip atau dijadikan referensi dalam Ekonomi berbasis Syariah tersebut kemudian memiliki SNIP tinggi.
Artikel ilmiah dengan jumlah kutipan terbanyak dalam satu bidang keilmuan atau bidang subjek. Sudah tentu dinilai sebagai artikel ilmiah yang banyak dicari, penjelasan lebih detail, dan lebih yang lainnya.
Maka artikel di Scopus yang punya SNIP tinggi semakin sering dijadikan referensi. Jumlah kutipan terhadap artikel tersebut juga akan terus bertambah. Kecuali ada artikel baru yang dinilai lebih cocok dikutip maka perangkingan berdasarkan SNIP bisa berubah.
Berikutnya adalah perangkingan dengan SCImago Journal Rank atau SJR. SCImago diketahui sebagai kelompok riset dari Consejo Superior de Investigaciones Científicas (CSIC), Universitas Granada, Extremadura, Carlos III (Madrid) dan Alcalá de Henares, didedikasikan untuk analisis informasi, representasi dan pengambilan dengan teknik visualisasi.
SCImago bekerjasama dengan Scopus untuk melakukan pengecekan dan penilaian terhadap kualitas sejumlah artikel ilmiah di dalam Scopus. Penilaian ini berpusat pada dampak keilmuan yang diberikan artikel ilmiah, apakah tergolong luas atau sebaliknya.
SJR merupakan pengukuran artikel ilmiah dengan melihat sejauh mana dampak keilmuan yang diberikan artikel ilmiah tersebut. Semakin luas dampak keilmuannya maka nilai SJR yang didapat semakin tinggi dan dinilai punya kredibilitas lebih tinggi juga.
Baca Juga:
Terbaru, Jurnal SiELE Unsyiah Berhasil Terindeks Scopus
Tips Agar Jurnal Anda Masuk Scopus
Begini Cara Mengetahui Akreditasi Jurnal Nasional di SINTA
Melalui penjelasan di atas maka bisa mengetahui apa hubungannya Scopus dengan SJR. Scopus menyediakan jutaan literatur ilmiah dan SJR membantu Scopus untuk merangking jutaan literatur ilmiah tersebut. Perangkingan SJR ini dinilai dari seberapa luas dampak keilmuan artikel atau jurnal ilmiah di dalam Scopus.
Sehingga keduanya memiliki hubungan yang sangat erat, dimana SJR membantu pengguna layanan Scopus menemukan artikel dengan dampak keilmuan yang luas. Banyaknya literatur ilmiah di dalam Scopus memberi kesulitan tersendiri bagi pengguna jasanya untuk mencari referensi yang tepat.
Adanya perangkingan seperti SJR bisa memudahkan pencarian tersebut. Sebab hasil perangkingan menyaring dari jutaan menjadi beberapa artikel ilmiah. Bagi pengguna layanan Scopus, tentunya bisa memilih artikel ilmiah dengan dampak paling luas. Sehingga menemukan referensi yang memberi informasi maupun data paling kompleks.
Pengguna layanan Scopus tidak hanya bisa melakukan pencarian lewat hasil perangkingan SJR. Bisa juga menggunakan perangkingan dari segi IF maupun SNIP seperti yang dijelaskan sebelumnya. Namun, tentunya tetap perlu disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan.
Jika selama ini sering mengajukan pertanyaan apa hubungan Scopus dengan SJR? Maka penjelasan di atas membantu menemukan jawabannya. Sebab SJR membantu menemukan referensi dengan dampak keilmuan paling luas di dalam Scopus. Sehingga proses mencari referensi bisa lebih singkat dibanding mencari tanpa menimbang SJR.
Artikel Terkait:
Miliki Riset Terbaik, UIN Bandung Nomor Satu se-Indonesia Versi Scimago
Mengenal Apa Itu Progam WCP 2021 dan Manfaatnya
Progam WCP Targetkan Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional
Karya Ilmiah untuk Kenaikan Jabatan Dosen Jenjang Asisten Ahli
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…