Menekuni profesi dosen tentu memiliki keinginan untuk meraih jabatan akademik yang tinggi, bahkan jabatan akademik tertinggi. Yaitu Guru Besar yang kemudian juga disebut dengan istilah Profesor. Jabatan akademik yang tinggi memberi kemudahan bagi para dosen untuk mengakses fasilitas akademik.
Ada lebih banyak fleksibilitas diberikan dalam menjalankan isi Tri Dharma Perguruan Tinggi. Sehingga penting sekali untuk fokus mencapai jabatan akademik tertinggi tersebut. Mecnapainyanya tentu membutuhkan usaha, dosen perlu menorehkan serangkaian prestasi guna memenuhi sejumlah syarat.
Salah satu syarat untuk bisa mengajukan diri menjadi Guru Besar adalah menulis dan mempublikasikannya. Pada dasarnya kegiatan menulis ini nantinya yang dihitung sebagai angka kredit adalah menerbitkan buku, penelitian dan publikasi jurnal ilmiah, HAKI, dan paten.
Semua itu termasuk ke dalam karya ilmiah yang jika dilakukan akan membuka jalan bagi para dosen untuk mengisi jabatan akademik. Hal ini tidak hanya menjadi kewajiban bagi para calon Guru Besar saja melainkan untuk semua usulan kenaikan jabatan akademik. Didasarkan pada ketentuan di dalam PO BKD 2021.
Sayangnya kegiatan menulis bukan persoalan yang mudah, apalagi untuk para dosen yang dihadapkan pada segudang kesibukan. Dosen perlu memiliki manajemen waktu yang baik dan juga kemauan yang kuat untuk bisa produktif menulis. Memahami bahwa kedua hal ini tidak mudah untuk dilakukan, maka tim Dunia Dosen mengadakan webinar untuk sharing.
Webinar bertajuk “Strategi Jitu Menulis Buku dan Artikel Ilmiah Populer” dan terselenggara atas kerjasama Dunia Dosen, Sevima, dan juga Penerbit Deepublish. Digelar pada Senin (24/05/2021) secara virtual melalui aplikasi Zoom dan diikuti oleh 150 peserta dari berbagai wilayah di Indonesia yang tergabung dalam Komunitas Sevima.
Membahas mengenai manfaat menulis, tips untuk bisa terus menulis, dan sharing pengalaman para dosen maupun narasumber dalam menulis karya ilmiah. Sekaligus membahas mengenai segala bentuk persiapan untuk menjadi Guru Besar.
Baca Juga: Press Release Webinar Dunia Dosen dan RJI: Etika Menulis Jurnal Ilmiah
Narasumber dalam webinar ini salah satunya adalah Prof. Andi Iqbal yang sudah menerbitkan banyak buku, delapan judul buku diantaranya dibantu penerbitannya oleh penerbit deepublish. Beliau dalam webinar kolaborasi ini mencoba untuk membagikan pengalaman ketika menulis dan menerbitkan buku.
Prof. Andi membuka sharing pengalamannya dengan menjelaskan bahwa buku merupakan jendela dunia. Perumpamaan ini diberikan kepada buku karena dari sebuah buku seorang pembaca bisa melihat dunia, bisa juga melihat aspek-aspek lain dalam kehidupan. Menulis buku kemudian menjadi suatu hal atau tindakan yang mulia.
Apalagi buku menjadi media bagi para dosen untuk bisa terus dikenang sepanjang masa, ilmu yang dituangkan di dalam buku akan bermanfaat untuk banyak orang. Prof. Andi juga menyampaikan bahwa menulis bisa dilakukan semua dosen dan siapa saja. Sebab menulis bukanlah bakat dari lahir melainkan suatu keterampilan yang bisa dipelajari dan dikembangkan seiring berjalannya waktu.
Prof. Andi juga mengaku bahwa aktivitas menulis mulai dilakukan sejak menyelesaikan studi S3 di Jepang. Selama kuliah beliau melihat bahwa masyarakat Jepang memiliki semangat tinggi untuk membaca. Dimanapun kita berada, melihat pemandangan orang membaca buku sangat jamak dijumpai. Seperti ketika naik kereta, melintasi taman kota, dan lain-lain.
Setelah menyelesaikan studi di Jepang di tahun 2003, Prof. Andi kemudian mendapat kepercayaan menjadi salah satu koordinator suatu mata kuliah di tahun 2004. Pada masa inilah beliau baru mulai menulis, mulai mengumpulkan literatur untuk belajar menulis, dan terus berkembang sampai sekarang.
Baca Juga: 5 Edu Webinar Gratis dari Kemdikbud untuk Mengasah Keterampilan Guru
Menurut Prof. Andi, kegiatan menulis terdiri dari setidaknya lima tahapan. Tahapan ini ikut andil bagian dalam menyempurnakan tulisan yang dibuat. Adapun tahapan tersebut adalah:
Naskah atau draft tulisan ada kemungkinan ditolak oleh penerbit, dan disebabkan oleh banyak hal. Misalnya tidak atau belum memenuhi syarat dari pihak penerbit. Meminimalkannya maka penulisan naskah perlu melalui tahap evaluasi dan penyuntingan secara mandiri seperti yang dipaparkan di atas.
Naskah yang sudah dibaca dan diedit dulu sebelum dikirimkan ke penerbit juga akan mempercepat proses penerbitan. Sebab proses editing di penerbit menjadi lebih singkat karena tulisannya sudah minim atau bahkan bebas kesalahan. Sehingga sudah bisa ke tahap berikutnya dalam proses penerbitan.
Prof. Andi juga menegaskan bahwa dosen yang menekuni kegiatan menulis harus bisa menjaga kredibilitas diri. Sebab kredibilitas akan membantu mendapatkan dan menjaga kepercayaan pembaca, yang bisa berasal dari kalangan mahasiswa maupun dosen dari bidang keilmuan yang sama.
Menjaga kredibilitas sangat penting, karena sekali dianggap tidak kredibel maka akan sulit untuk mendapatkan pangsa pasar atas buku yang ditulis dan diterbitkan. Apalagi kualitas buku mencerminkan penulisnya, dan begitu juga sebaliknya. Jika penulis pernah tersandung kasus plagiarisme misalnya, maka akan sulit mendapat kepercayaan publik bahwa bukunya adalah karya originalnya.
Baca Juga: ADRI Gelar Webinar Internasional Usung Tema Pengembangan Karir Dosen
Setiap dosen memiliki banyak sekali tugas sesuai dengan yang dicantumkan di Tri Dharma Perguruan Tinggi. Dalam tugas pendidikan atau pengajaran, dosen diwajibkan untuk menulis buku yang mendukung kegiatan mengajar. Misalnya menyediakan buku ajar dan menerbitkan sejumlah buku untuk menunjang kegiatan mengajar tersebut.
Kegiatan penelitian juga akrab dengan kegiatan menulis. Setelah hasil penelitian didapatkan maka akan dilaporkan dalam laporan hasil penelitian. Laporan hasil penelitian ini berbentuk artikel ilmiah yang kemudian dipublikasikan menjadi jurnal. Selain itu bisa juga dituangkan menjadi buku dan kemudian diterbitkan.
Dosen yang dihadapkan pada banyak tugas dan kewajiban memang terkendala dengan minimnya waktu untuk menulis. Oleh Prof. Andi kemudian berbagi saran bagaimana mengakali minimnya waktu untuk menulis. Salah satunya sering mengajak laptop untuk bepergian, sehingga di tengah menjalankan tugas lain sebagai dosen.
Waktu luang ini bisa dipakai untuk membuka laptop tadi dan mulai menulis sesuai kemampuan. Artinya Prof. Andi mengajak para dosen untuk terus memanfaatkan waktu yang sempit untuk menulis. Dari diri sendiri memang harus mencari celah untuk menemukan waktu luang dalam menulis, dan tidak menunggu punya waktu luang yang berlimpah ruah.
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…