9 Hal yang Menunjukan Urgensi Penerbitan Buku Monograf sebagai Luaran Hasil Penelitian
Ada banyak sekali arti penting atau urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Sebab memang hasil penelitian bisa disebarluaskan dalam bentuk penerbitan buku monograf. Kemudian bisa menjadi luaran tambahan disamping luaran wajib dalam penelitian.
Namun, mencapai luaran tambahan dengan menerbitkan buku monograf tentu bukan persoalan mudah. Sebab artinya, dosen perlu menambah waktu untuk menyusun naskah buku monograf tersebut. Lantas, seberapa urgent buku monograf dijadikan luaran penelitian? Berikut informasinya.
Sebelum membahas lebih mendalam mengenai urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Maka penting untuk memahami apa itu buku monograf dan ciri khas yang membedakannya dengan buku ilmiah lain.
Mengutip dari Panduan Penerbitan Buku BINUS Press. BINUS University Press karya dari Nurlina, dkk. (2023), menjelaskan bahwa buku monograf adalah satu jenis buku ilmiah yang memiliki fokus substansi hanya pada satu topik tertentu sesuai dengan kompetensi penulis.
Secara sederhana, buku monograf bisa dipahami sebagai salah satu jenis buku ilmiah yang membahas satu topik di suatu bidang keilmuan dan disusun oleh ahli di bidang keilmuan tersebut. Salah satunya disusun oleh para dosen. Berikut adalah beberapa ciri khas buku monograf:
Melalui ciri-ciri tersebut, maka buku monograf termasuk luaran hasil penelitian. Sebab bisa menjadi media untuk menyebarluaskan hasil penelitian yang dilaksanakan oleh dosen. Sehingga bisa diakses masyarakat luas yang membaca buku monograf tersebut.
Dalam banyak program hibah penelitian, umumnya menerbitkan buku ilmiah seperti buku monograf menjadi luaran tambahan. Sebab rata-rata, luaran wajib dalam bentuk publikasi di jurnal ilmiah. Khususnya jurnal internasional bereputasi.
Namun, ada juga program hibah yang menjadikan buku monograf sebagai luaran wajib. Mengingat hibah penelitian bisa diselenggarakan banyak pihak. Masing-masing menetapkan ketentuan luaran berbeda-beda.
Meskipun dalam hibah penelitian yang diraih dosen tidak menjadikan buku monograf sebagai luaran wajib. Namun, bisa tetap menerbitkan buku monograf sebagai bentuk luaran. Kenapa?
Berikut beberapa urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian yang menjadi alasannya:
Dalam kegiatan penelitian, dosen diwajibkan mencapai luaran. Luaran ini mencakup luaran wajib, dimana sifatnya wajib dicapai. Kemudian, luaran tambahan yang sifatnya lebih fleksibel dan opsional.
Luaran penelitian ditentukan pihak terkait yang mendukung penelitian tersebut. Misalnya penyelenggara hibah yang mendanai penelitian dosen. Salah satu bentuk luaran adalah publikasi ilmiah (prosiding, jurnal, dan penerbitan buku ilmiah).
Jadi, salah satu urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Sesuai penjelasan sebelumnya, menerbitkan buku monograf bisa menjadi luaran tambahan. Namun, pada beberapa penelitian bisa menjadi luaran wajib.
Salah satu urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian adalah mengoptimalkan penyebarluasan hasil penelitian. Dalam kegiatan penelitian, dosen diwajibkan menyebarluaskan hasilnya dalam berbagai bentuk luaran.
Salah satunya publikasi ilmiah berbentuk buku ilmiah dan buku monograf termasuk di dalamnya. Buku monograf penting untuk dijadikan luaran penelitian karena memperluas atau mengoptimalkan penyebarluasan hasil penelitian.
Sebab ketika hasil penelitian disebarluaskan dalam bentuk buku, maka bisa menjangkau masyarakat umum. Bukan hanya masyarakat ilmiah sebagaimana luaran dalam bentuk publikasi di prosiding dan jurnal. Jadi, semakin banyak masyarakat yang mengetahui hasil penelitian tersebut dan memanfaatkannya.
Membahas mengenai urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian. Tentu akan membahas juga mengenai angka kredit dosen. Pasalnya, buku monograf yang diterbitkan dosen akan menambah poin angka kredit. Yakni sampai 20 poin angka kredit.
Akumulasi angka kredit atau KUM membantu dosen memenuhi salah satu syarat mengajukan kenaikan jabatan fungsional. Jadi, menerbitkan buku monograf penting untuk menunjang pengembangan karir akademik dosen.
Semakin tinggi jabatan fungsional yang dipangku oleh dosen. Maka semakin menunjukan profesionalisme dosen tersebut. Sebab menjadi bukti memiliki kinerja akademik optimal.
Selain itu, semakin tinggi jenjang jabatan fungsional maka semakin tinggi penghasilan dosen. Sebab ada peluang mendapat tunjangan kehormatan saat sudah menjadi Guru Besar. Jadi, kenapa tidak melakukan akselerasi mencapai jenjang Guru Besar dengan menerbitkan buku monograf?
Berikutnya yang menjadi salah satu urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian adalah karena mendukung pemenuhan BKD. Dosen pun memiliki target kinerja yang harus dicapai dalam kurun waktu satu semester.
Yakni di dalam BKD (Beban Kerja Dosen). Setiap dosen tetap dan berstatus aktif (tidak sedang cuti, tugas belajar, izin belajar, dll) maka wajib memenuhi beban kerja minimal 12 SKS per satu semester. Kemudian maksimal di 16 SKS.
Setiap melaksanakan tugas akademik, maka membantu dosen memenuhi SKS dalam BKD tersebut. Termasuk tugas penelitian yang dibuktikan dengan menerbitkan buku monograf. Dalam PO BKD 2021, buku monograf memiliki nilai BKD 5 SKS.
Jadi, dengan menerbitkan buku monograf sebagai luaran maka dosen bisa segera memenuhi BKD. Hal ini membantu dosen terhindar dari sanksi jika BKD gagal dipenuhi.
Selanjutnya yang membuat penerbitan buku monograf menjadi urgen sebagai luaran penelitian adalah membantu membangun riwayat publikasi ilmiah. Bagi para dosen, kepemilikan riwayat publikasi ilmiah yang banyak, beragam, dan punya dampak (sitasi tinggi) adalah sangat penting.
Lewat riwayat ini, maka reputasi akademik dosen terjaga dan menjadi bukti sudah profesional serta bertanggung jawab dengan profesi pilihannya. Kemudian, riwayat publikasi ilmiah juga menjadi akses bagi dosen ke lebih banyak program hibah. Baik hibah penelitian, pengabdian, maupun hibah publikasi ilmiah.
Dalam hibah penelitian dari Kemdiktisaintek misalnya, dosen dengan riwayat publikasi ilmiah relevan akan eligible menjadi ketua pengusul. Sebagai ketua pengusul, maka berpeluang menjadi penulis pertama dalam luaran berbentuk publikasi ilmiah.
Sehingga berkontribusi lebih banyak dan menerima angka kredit lebih tinggi yang tentu sangat menguntungkan dosen. Tak hanya itu, riwayat publikasi ilmiah juga mempengaruhi hasil seleksi hibah.
Sebab, relevansi riwayat publikasi ilmiah dengan topik penelitian yang diusulkan menjadi salah satu indikator penilaian proposal usulan. Jadi, menerbitkan buku monograf sangat penting agar riwayat publikasi ilmiah dosen bisa lebih banyak, beragam, dan berdampak luas.
Urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian berikutnya adalah efisiensi biaya. Secara umum, luaran berbentuk publikasi ilmiah butuh biaya. Publikasi hasil penelitian ke prosiding, jurnal, sampai penerbitan buku tidak gratis.
Meskipun ada beberapa publisher yang tidak membebankan biaya publikasi ke penulis. Akan tetapi cenderung sedikit. Mayoritas ada biaya publikasi yang harus dibayarkan penulis. Semakin kredibel media publikasi ilmiah, biasanya semakin tinggi biayanya.
Misalnya saja dalam luaran berbentuk publikasi di jurnal internasional bereputasi bisa sampai puluhan juta rupiah per satu artikel. Jika beruntung, bisa hanya beberapa juta rupiah saja.
Jadi, bagi dosen yang dalam hibah penelitian memiliki sisa anggaran dari pendanaan yang diterima. Maka bisa dimanfaatkan mencapai luaran tambahan dengan menerbitkan buku monograf. Sebab biaya publikasinya lebih ekonomis. Apalagi jika dicetak dalam jumlah terbatas dulu.
Baca juga artikel berikut yang berkaitan dengan publikasi:
Ikuti juga Kelas Ekslusif: Roadmap Riset Efektif bersama profesor untuk permudah Anda di setiap pengajuan jabatan fungsional!
Menerbitkan buku monograf juga menjadi urgen sebagai luaran penelitian karena membantu dosen memperluas jaringan. Buku ilmiah yang diterbitkan dosen akan dibaca oleh dosen lain dan peneliti dari berbagai lembaga penelitian.
Sehingga bisa saling berkomunikasi, sharing, dan juga saling berkolaborasi. Dalam dunia akademik, kolaborasi merupakan hal krusial. Misalnya kolaborasi dalam penelitian, maka bisa memaksimalkan proses dan hasil penelitian. Sehingga lebih berkualitas dan berdampak besar.
Jadi, meraih luaran dengan menerbitkan buku monograf sangat tepat diperjuangkan para dosen. Sebab bisa membantu memperluas jaringan. Sehingga bisa lebih sering berkolaborasi dan lebih produktif menjalankan tri dharma.
Urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian selanjutnya adalah memberi tambahan penghasilan. Menerbitkan buku bagi dosen bisa membantu mendapat royalti.
Royalti ini tentu menjadi sumber pendapatan pasif yang berharga bagi dosen. Sehingga lewat buku-buku yang ditulis, dosen bisa mendapat pemasukan yang lumayan. Apalagi jika buku tersebut angka penjualannya tinggi.
Jadi, bagi dosen yang mencari sumber pemasukan tambahan. Maka sangat tepat meraih luaran penelitian dengan menerbitkan buku monograf. Selain memenuhi BKD, menambah KUM, dan membangun riwayat publikasi ilmiah. Langkah ini sekaligus membantu meningkatkan kesejahteraan dosen.
Poin berikutnya yang menunjukan urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian adalah untuk mengasah keterampilan dosen. Yakni keterampilan dalam menulis, terutama menulis buku ilmiah.
Sekaligus mengasah keterampilan mengurus publikasi ilmiah lewat penerbitan buku monograf tersebut. Dua keterampilan ini menjadi keterampilan yang wajib dimiliki oleh para dosen.
Sebab semua tugas pokok dosen dalam tri dharma erat kaitannya dengan kegiatan menulis dan publikasi ilmiah. Tidak hanya dalam penelitian, akan tetapi juga pendidikan dan pengabdian. Misalnya kewajiban menerbitkan buku ajar untuk melaksanakan tugas pokok pendidikan.
Jadi, dosen yang awalnya tidak terampil menulis. Maka mau tidak mau harus mengasah keterampilan tersebut. Sebab menjadi tuntutan dalam profesi dosen. Dosen yang baik, tentu akan profesional dan menjalankan kewajiban tersebut.
Meraih luaran dalam bentuk buku monograf tentu bukan hal yang mudah. Apalagi dalam hibah penelitian di masa sekarang yang luaran wajibnya publikasi ke jurnal. Maka saat memilih menerbitkan buku monograf, dosen mengurus dua kali publikasi ilmiah.
Jadi, bagaimana agar mampu menerbitkan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian? Berikut beberapa tips dan triknya:
Supaya luaran berbentuk buku monograf bisa dikejar dan dicapai. Maka tips dan trik yang pertama adalah menargetkan luaran ini dari awal. Yakni ketika akan melakukan penelitian dan mencari program hibah.
Sebab jika dari awal sudah menetapkan target luaran ini. Maka akan masuk dalam timeline kegiatan penelitian. Dosen bisa mengatur waktu dan mengatur pekerjaan untuk memastikan naskah buku monograf bisa dikerjakan.
Oleh sebab itu, hindari mencapai luaran dengan menerbitkan buku monograf di tengah jalan. Pasalnya, proses menulis naskah buku tidak bisa selesai dalam satu malam. Jadi, harus dipersiapkan jauh-jauh hari.
Tips dan trik kedua agar luaran buku monograf bisa dicapai adalah memahami apa itu buku monograf. Dimulai dari ciri-cirinya yang membedakan buku monograf dengan buku referensi. Sehingga susunan naskah benar-benar tepat.
Kemudian, memahami juga ketentuan mencapai luaran dengan menerbitkan buku monograf. Yakni disesuaikan dengan ketentuan dari penyelenggara hibah, ketentuan dari perguruan tinggi yang menaungi jika penelitian didanai PT, dan standar Ditjen Dikti.
Pemahaman terhadap dua hal ini sangat penting. Sebab luaran buku monograf wajib sesuai kebijakan pendukung penelitian. Sekaligus standar Ditjen Dikti agar diakui, bisa masuk laporan BKD, dan tentunya menambah poin angka kredit.
Tips dan trik ketiga dalam mencapai luaran penelitian berbentuk buku monograf adalah menyusun kerangka naskah. Sesuai penjelasan sebelumnya, menulis naskah buku monograf tidak bisa selesai dalam satu malam.
Sesuai ketentuan, buku monograf setidaknya terdiri dari 40 halaman. Jika harus terbit dengan ISBN, maka minimal terdiri dari 49 halaman. Jika menerima hibah penelitian, maka rata-rata buku monograf lebih tebal agar diakui sebagai luaran.
Supaya penyusunannya lebih cepat dan bisa dilaporkan sebagai luaran. Maka sebaiknya menyusun kerangka di awal. Sesuaikan dengan topik penelitian. Sehingga pembahasan di dalamnya bisa dibuat relevan agar logis. Sekaligus bisa menyesuaikan dengan referensi yang digunakan.
Memilih penerbit buku monograf tidak selalu mudah. Ada banyak sekali penerbit buku ilmiah. Namun, bisakah menjamin terbit dengan ISBN dan memenuhi standar Ditjen Dikti?
Oleh sebab itu, hindari mencari dan memilih penerbit buku dengan sistem kebut semalam. Sebab bisa keliru dan pada akhirnya tidak sesuai standar. Dianjurkan sekali untuk memilih dari awal penelitian. Sehingga setelah naskah selesai, sudah bisa langsung dikirimkan ke penerbit kredibel.
Berikutnya, agar luaran buku monograf bisa dicapai adalah melakukan konversi KTI. Jika menyusun naskah buku monograf dari awal terasa berat. Kemudian diprediksi memakan waktu lebih lama. Pertimbangkan untuk melakukan konversi.
Utamakan dulu mencapai luaran wajib. Misalnya luaran dalam bentuk publikasi di jurnal internasional bereputasi. Maka artikel di jurnal tersebut dikonversi menjadi buku monograf. Proses penyusunan naskah menjadi lebih cepat dan hasilnya tetap optimal.
Tips dan trik berikutnya adalah teliti dalam menyusun timeline kegiatan penelitian. Timeline ini biasanya sudah disusun saat menyusun proposal penelitian. Ada baiknya disusun dengan teliti agar memiliki cukup waktu menyusun naskah buku monograf.
Ikuti juga kelas online …
Tips dan trik berikutnya adalah melakukan manajemen waktu sebaik mungkin. Selain itu, juga mengatur sumber daya dalam bentuk pendanaan dengan tepat. Sehingga memiliki waktu cukup menyusun naskah. Sekaligus memiliki anggaran yang memadai untuk membiayai penerbitan buku monograf sebagai luaran penelitian.
Dengan beberapa tips dan trik tersebut. Maka peluang mencapai luaran berbentuk buku monograf semakin tinggi. Berbagai urgensi penerbitan buku monograf sebagai luaran hasil penelitian yang sudah dijelaskan bisa menjadi sumber motivasi. Sehingga bisa menguatkan niat dan tekad mencapai luaran ini.
Sebelum mulai menulis naskah, tentunya penting untuk memahami detail perbedaan buku ajar, buku monograf, dan…
Membaca buku berisi pedoman penulisan buku ajar dan buku monograf tentu hal penting bagi dosen.…
Mengenal luaran dan struktur buku hasil penelitian tentu penting bagi seorang dosen. Sebab, luaran dalam…
Pernahkah bertanya-tanya, mengapa dosen perlu mengikuti pelatihan menulis? Pertanyaan ini tentu lumrah dimiliki oleh calon…
Penyebarluasan hasil penelitian dosen bisa dilakukan dengan menerbitkan book chapter atau bunga rampai. Namun, tentunya…
Tahukah Anda, faktor apa saja yang mempengaruhi BKD atau pencapaian BKD? Dosen di Indonesia tentu…