Jurnal

Strategi Publikasi Scopus Gratis dan Proses Terbitnya Cepat


Publikasi ke jurnal internasional bereputasi yang terindeks Scopus sering menjadi prioritas para dosen di Indonesia. Namun, publikasi ke jurnal dengan karakter ini ternyata tak mudah sehingga dibutuhkan strategi publikasi Scopus yang benar-benar tepat. 

Dalam memilih jurnal terindeks Scopus memang harus jeli. Sebab akan mempengaruhi kisaran biaya publikasi yang dikeluarkan, berapa lama proses review, dan dampak dari publikasi tersebut. Misalnya mengacu pada jumlah sitasi. 

Namun, tahukah Anda bahwa publikasi ke jurnal terindeks Scopus tidak harus mahal dan bahkan gratis? Selain itu, dengan strategi yang tepat ternyata proses terbitnya juga bisa hanya dalam hitungan bulan. Bagaimana caranya? Berikut informasinya. 

Jurnal Terindeks Scopus Sulit Ditembus?

Scopus memiliki kebijakan yang ketat dalam menyaring jurnal-jurnal internasional yang masuk ke dalam databasenya. Hal ini yang membuat hanya jurnal dengan kualitas dan kredibilitas tinggi yang bisa masuk ke database Scopus. 

Melalui kebijakan ketat inilah, Scopus kemudian mampu menyaring jurnal dengan kualitas terbaik sehingga jurnal terbitannya bisa digunakan untuk keperluan publikasi ilmiah maupun untuk dijadikan referensi ilmiah. 

Scopus bahkan masih menjadi database jurnal bereputasi yang memiliki sistem evaluasi berkala. Secara berkala, pihak Scopus akan menilai ulang kinerja semua jurnal yang terindeks. 

Jika ada indikasi berubah menjadi predator maka otomatis akan dihapus dan menjadi jurnal berstatus discontinued. Kebijakan ini lantas memastikan semua jurnal terindeks Scopus bukan jurnal predator dan selalu memiliki kualitas tinggi. 

Jangan lewatkan pembahasan Pentingnya Publikasi di Jurnal Scopus untuk Kalangan Akademisi.

Keuntungan Publikasi Jurnal Terindeks Scopus

Jurnal internasional bereputasi bukan hanya terindeks Scopus, melainkan juga bisa terindeks di database bereputasi lainnya. Misalnya adalah di World of Science atau WoS. Ditjen Dikti bahkan merilis daftar database jurnal internasional yang diakui kredibilitasnya sehingga bisa dijadikan tujuan publikasi jurnal. 

Namun, Scopus dengan kebijakannya yang khas dan publisher besar yang menyokongnya. Ternyata memberi nilai tambah tersendiri bagi peneliti yang melakukan publikasi di jurnal yang terindeks. 

Ada beberapa keuntungan yang didapatkan saat sukses mengurus publikasi terindeks Scopus, diantaranya: 

1. Meningkatkan Visibilitas

Scopus masuk ke dalam jajaran database jurnal internasional bereputasi. Bahkan masih menjadi database terbesar secara global. Hal ini membuat Scopus mampu mengindeks banyak jurnal dari berbagai negara di dunia. 

Fakta ini menjadikan Scopus sebagai destinasi banyak peneliti dalam mencari jurnal untuk tujuan publikasi maupun referensi ilmiah sehingga bisa mempublikasikan artikel di jurnal terindeks Scopus memastikan visibilitasnya meningkat. Mengapa demikian? Sebab semakin banyak orang yang mengetahui artikel Anda, membaca, dan memanfaatkannya. 

Baca Juga: 9 Cara Meningkatkan Visibilitas Penelitian, Tingkatkan Sitasi!

2. Potensi Pengutipan Tinggi

Sejalan dengan penjelasan di poin sebelumnya, dimana publikasi ke jurnal Scopus membesar visibilitas penelitian. Jumlah pembaca dari artikel ilmiah yang dipublikasikan cenderung tinggi. 

Semakin tinggi jumlah pembaca, semakin tinggi pula potensi karya tulis Anda dikutip. Semakin tinggi jumlah kutipan atas publikasi yang dimiliki, maka semakin tinggi pula skor impact factor atau IF. 

Bagi dosen di Indonesia, meraih IF tinggi sangat penting untuk menunjang kenaikan jabatan fungsional di jenjang Guru Besar. Sebab sesuai dengan PO PAK 2024, publikasi dengan IF tinggi menjadi syarat khusus untuk jabfung Guru Besar. 

3. Kualitas Publikasi Lebih Terjamin

Keuntungan ketiga dari publikasi jurnal terindeks Scopus adalah kualitas publikasi yang terjamin. Scopus seperti yang dijelaskan sebelumnya memiliki aturan dan kebijakan ketat dalam menyaring jurnal yang masuk ke dalam database. 

Sehingga hanya jurnal kredibel dan jauh dari jurnal predator yang akan masuk. Alhasil, semua jurnal yang terindeks akan berusaha agar tidak menjadi jurnal discontinued. Salah satunya dengan menerapkan prosedur publikasi sesuai ketentuan. 

Sehingga ada tahap pemeriksaan oleh editor dan disusul review dari ahli di bidangnya. Hal ini memastikan artikel yang Anda susun memiliki kualitas baik dan memang layak terbit. 

Membuka Peluang Kolaborasi Internasional

Keuntungan yang keempat adalah bisa membuka peluang kolaborasi internasional. Alasan pertama, Scopus adalah database jurnal internasional yang sudah dikenal luas oleh peneliti di seluruh dunia. 

Sehingga semua peneliti kenal betul apa itu Scopus dan kualitas publikasi yang terindeks di databasenya. Peneliti ini kemudian memanfaatkan data author di Scopus untuk mencari mitra penelitian maupun publikasi ilmiah. 

Jika Anda berhasil mempublikasikan artikel di jurnal terindeks Scopus maka ada peluang menerima tawaran kolaborasi tersebut. Bahkan dari peneliti yang berasal dari negara lain. 

4. Mempercepat Pengembangan Karir Akademik Dosen

Berhasil mengurus publikasi artikel ilmiah di jurnal yang terindeks Scopus juga menguntungkan untuk pengembangan karir akademik dosen di Indonesia. Sebab nilai angka kredit atau KUM untuk publikasi jenis ini cukup tinggi. 

Mengacu pada PO PAK 2024, publikasi ke jurnal internasional bereputasi dan berdampak (IF tinggi) bisa memberi tambahan KUM sampai 40 poin. Jika hanya jurnal internasional bereputasi, Anda akan mendapat maksimal 30 poin. Jumlah yang sangat tinggi dan bisa mempercepat pengembangan karir dosen di dunia akademik. 

Baca Juga: Angka Kredit Jurnal Nasional dan Internasional untuk Dosen

Besaran Biaya Publikasi ke Jurnal Scopus

Seperti yang diketahui, publikasi ke jurnal Scopus tidak selalu gratis. Mayoritas jurnal yang terindeks di database bereputasi ini menetapkan biaya yang tinggi. Dikutip dari berbagai sumber, kisaran biayanya antara Rp3 jutaan sampai Rp20 jutaan per artikel ilmiah. 

Setiap jurnal memang memiliki kebijakan tersendiri dalam menetapkan besaran biaya publikasi. Biasanya semakin tinggi peringkat Quartile jurnal tersebut di Scopus, semakin tinggi pula biaya publikasi yang dibebankan kepada peneliti. 

Biaya ini ditujukan untuk mendukung kegiatan operasional jurnal dalam mengelola aktivitasnya. Sebab jurnal sendiri bisa disebut dikelola sebuah perusahaan dan memiliki sejumlah SDM yang perlu rutin digaji. 

Oleh sebab itu, ada biaya yang dibebankan kepada peneliti yang ingin submit artikel di jurnal tersebut. Meskipun begitu, ada pula jurnal yang membebaskan biaya publikasi. Terutama jurnal yang sudah disokong oleh perusahaan besar. Entah itu publisher atau perusahaan di luar bidang publikasi ilmiah. 

Bacca Juga: Rekomendasi Jurnal Scopus yang Mudah Ditembus

Strategi Publikasi Scopus Gratis dan Cepat Terbit

Salah satu konten yang diunggah di kanal YouTube Angga Hidayat membahas mengenai salah satu strategi publikasi Scopus secara gratis dan terbit dengan cepat. Dua poin ini tentu menjadi impian para dosen dalam mengurus publikasi ilmiah. 

Sebab momok menakutkan dari publikasi ke jurnal terindeks Scopus adalah biaya tinggi sampai puluhan juta rupiah. Disusul dengan proses terbit yang lama. Tidak sedikit dosen yang harus menunggu proses review dan baru terbit setelah 2 tahun usai submit artikel. 

Bagaimana jika dosen dikejar oleh deadline pelaporan BKD? Atau mungkin, dikejar deadline pertanggungjawaban program hibah agar segera meraih luaran wajib yang ditetapkan? Maka mau tidak mau, dosen harus mencari jurnal yang proses terbitnya cepat. 

Berikut adalah tahapan dari strategi publikasi Scopus secara gratis dan proses terbit cepat yang disampaikan Angga Hidayat: 

1. Mencari Jurnal di Scopus

Tahap pertama dalam strategi publikasi Scopus secara gratis dan terbit cepat adalah mencari jurnal itu sendiri. Silakan masuk ke laman atau website resmi Scopus

Silakan mencari jurnal seperti biasanya dengan mengetik bidang keilmuan maupun fitur filter lain yang dipandang membantu. Sebab pada tahap ini masih tahap umum, dimana dilakukan setiap peneliti dalam mencari dan memilih jurnal terindeks Scopus. 

2. Mengecek Kualitas di ScimagoJR (SJR)

Tahap kedua adalah mengecek kualitas dan kredibilitas jurnal terindeks Scopus yang dipilih melalui website ScimagoJR atau SJR. Sebab informasi mengenai H-index, Quartile journal, siapa publisher-nya, dan sebagainya lebih detail disini. 

Silakan kunjungi website ScimagoJR. Melalui jurnal di laman resmi Scopus, silakan copy dan paste nama jurnal ke kolom pencarian di halaman utama ScimagoJR. Tekan “Enter” dan tunggu beberapa saat. 

Setelah nama jurnal tercantum jelas di layar perangkat, silakan klik nama jurnal tersebut. Lalu, cek berapa h-index jurnal ini, siapa publishernya, dan masuk ke Quartile berapa sejak beberapa tahun terakhir. 

Pada tahap ini, Anda disarankan untuk memilih jurnal dengan kualitas baik. Sebab fokus utamanya bukan hanya mencari biaya publikasi jurnal Scopus yang murah atau bahkan gratis tetapi juga memastikan dampak publikasi ini besar di kemudian hari. 

Jadi, tetap utamakan jurnal-jurnal yang masuk ke peringkat Q1, Q2, maupun Q3. Lalu, apakah ada jurnal yang bebas biaya publikasi di peringkat ini? Jawabannya adalah ada, dan bisa fokus ke tahap berikutnya. 

3. Mencari Informasi APC

Tahap berikutnya dari laman resmi ScimagoJR adalah masuk ke website resmi jurnal tersebut. Silahkan klik “Homepage” di halaman ScimagoJR ketika membuka informasi nama jurnal di tahap kedua yang dijelaskan sebelumnya. 

Maka otomatis, Anda akan masuk ke laman baru yang merupakan website resmi jurnal tersebut. Pada tahap ini, silakan mencari informasi mengenai APC atau Article Processing Charge. 

APC adalah informasi yang menjelaskan berapa kisaran biaya publikasi ke jurnal tersebut. Menariknya, beberapa jurnal terindeks Scopus memang tidak ada biaya publikasi alias gratis. Padahal masuk ke peringkat Q1, Q2, maupun Q3. 

Beberapa jurnal mungkin memakai istilah berbeda untuk menjelaskan besaran biaya publikasi yang ditetapkan. Misalnya “Publication Charge” seperti pada jurnal Agronomy and Crop Science yang sudah terindeks Scopus. 

Kuncinya, silakan mencari informasi mengenai besaran biaya publikasi. Apapun istilahnya, biasanya memang memiliki makna sama. Jika tidak ditemukan, baru kemudian mengontak email dari pengelola jurnal. Biasanya respon yang diberikan cepat. 

4. Mencari Keterangan Hybrid Journal

Strategi publikasi Scopus secara gratis dan proses cepat berikutnya adalah mencari keterangan sifat jurnal. Utamakan yang hybrid journal atau jurnal hibrid. Jika informasi APC tidak ditemukan, maka bisa beralih ke informasi ini. 

Ciri khas dari jurnal hibrid adalah menyediakan publikasi yang bersifat open access sekaligus close access. Bagi peneliti yang ingin open access maka biasanya akan dibebankan biaya publikasi sesuai kebijakan jurnal tersebut. 

Sebaliknya, bagi para dosen dan peneliti yang mengutamakan jurnal terindeks Scopus dengan peringkat tinggi dan gratis. Maka bisa memilih yang close access, sebab dijamin gratis. 

Jika dosen tidak ikut program hibah dengan ketentuan wajib open access, maka bisa mengutamakan pilihan close access untuk menghindari biaya publikasi yang tinggi. Jadi, tinggal disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. 

Mau submit jurnal? Pastikan Anda paham poin berikut:

5. Kalkulasi Jumlah Artikel yang Terbit Setiap Volume

Strategi publikasi Scopus tidak cukup hanya murah dan harus gratis tapi juga proses terbitnya cepat. Memahami bahwa ada banyak dosen dan peneliti yang mengurus publikasi satu artikel di atas 12 bulan, tentu menjadi perhatian. 

Namun, tidak perlu cemas, karena tidak semua jurnal terindeks Scopus memiliki proses publikasi yang lama sehingga bisa dijadikan pilihan, terutama saat dikejar deadline pelaporan BKD atau alasan lainnya. 

Angga Hidayat menjelaskan, pada dasarnya strategi dalam memilih jurnal Scopus yang terbitnya cepat adalah memakai rumus matematika biasa, yakni melakukan kalkulasi untuk mengetahui rasio jurnal diterima dan ditolak. Berikut langkah-langkahnya: 

  1. Masuk ke website resmi jurnal yang sudah dipilih.
  2. Cek berapa volume jurnal yang terbit setiap tahunnya. Gunakan masa di tahun yang sudah lewat. Misalnya saat ini tahun 2024 dan masih bulan Juni, maka gunakan riwayat volume yang rilis di tahun 2023 karena bukan tahun berjalan.  Bisa ditemukan pada menu “Latest Issue” atau “Current Issue” maka akan tampil semua volume terbitan.
  3. Cek jumlah artikel yang terbit di setiap volume yang diterbitkan jurnal tersebut.

Anda disarankan untuk memilih jurnal terindeks Scopus yang setiap tahunnya menerbitkan volume dalam jumlah banyak. Sebab, hal tersebut menunjukan cukup sering menerbitkan artikel-artikel baru di setiap tahunnya. Peluang artikel segera terbit lebih besar. 

Selain itu, utamakan juga jurnal yang setiap volumenya menerbitkan puluhan artikel ilmiah. Bahkan ada beberapa jurnal yang bukan predator, bisa menerbitkan ratusan artikel ilmiah per volume yang terbagi menjadi beberapa issue. 

Jadi, silakan mencermati history publikasi jurnal tersebut. Kemudian mencari yang jumlah artikel terbitnya cukup banyak per volume. Sebab menunjukan jika peluang artikel segera terbit lebih tinggi dibanding yang jumlah artikel per volume sedikit. 

Pada dasarnya, untuk bisa mengurus publikasi Scopus secara gratis dan juga tidak butuh waktu lama untuk terbit. Para dosen dan peneliti harus meluangkan waktu untuk memilih jurnal dengan tepat. 

Sebab perlu mengecek satu per satu, dimulai dari kualitas jurnal tersebut. Kemudian informasi bahwa jurnal tersebut tidak membebankan biaya publikasi. Baru kemudian mengecek jumlah artikel setiap volume diterbitkan. 

Sedikit ribet dan butuh waktu, akan tetapi strategi ini cukup berhasil. Sebab bisa membantu Anda menghemat uang karena bebas biaya publikasi. Ditambah terbitnya cepat dan sudah masuk peringkat Q3 sampai Q1 di Scopus sehingga potensi meraih impact factor tinggi cukup besar. 

Jika kesulitan menemukan jurnal Scopus dengan biaya gratis, Anda mau tidak mau perlu memilih jurnal berbayar. Untuk mengatasi keterbatasan anggaran, Anda bisa mengajukan program insentif publikasi dari perguruan tinggi. Biasanya ditujukan untuk dosen dan mahasiswa. 

Solusi lain adalah berusaha mendapatkan program hibah. Sebab hibah ini juga mencakup biaya-biaya publikasi untuk mencapai luaran wajib maupun luaran tambahan sehingga dosen dan peneliti tidak perlu menggunakan dana pribadi untuk mengurus publikasi. 

Apakah naskah Anda pernah diterima oleh jurnal terindeks Scopus? Apa strategi yang Anda terapkan? Yuk, bagikan tips Anda saat tembus publikasi di jurnal terindeks Scopus kepada rekan dosen lain yang saat ini tengah memperjuangkan Scopus.

Pujiati

Saya menyukai kegiatan membaca, menulis, mendengarkan musik, dan menonton film. Saat ini, selain disibukkan dengan agenda seorang ibu rumah tangga, saya aktif menjadi Content Writer untuk situs di Deepublish Group. Sesekali saya juga membuat artikel untuk media Hops ID.

Recent Posts

Biaya Kuliah S3 di Dalam dan Luar Negeri

Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…

2 days ago

5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga

Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…

2 days ago

Syarat dan Prosedur Kenaikan Jabatan Asisten Ahli ke Lektor

Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…

2 days ago

Perubahan Status Aktif Dosen Perlu Segera Dilakukan

Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…

2 days ago

7 Jenis Kejahatan Phishing Data yang Bisa Menimpa Dosen

Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…

2 days ago

Cara Menambahkan Buku ke Google Scholar Secara Manual

Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…

2 days ago