Semua dosen di Indonesia tentu ingin mendapatkan hibah penelitian, maka salah satu kuncinya adalah menentukan state of the art dalam penelitian. State of the art ini menjadi aspek yang dinilai dalam tahapan administratif maupun substantif dalam seleksi program hibah.
Salah satu penyebab kenapa proposal yang diajukan ditolak adalah isi proposal tidak menjelaskan state of the art dari penelitian yang diusulkan. Lalu, apa yang dimaksud dengan state of the art tersebut? Dan, seberapa penting dalam penelitian dosen?
Hal pertama yang akan dibahas adalah pengertian dari state of the art dalam penelitian. State of the art menurut Prof. Dr. Husein Umar adalah rancangan penelitian yang terperinci dan unik dibandingkan penelitian terdahulu.
State of the art kemudian sering juga disebut dengan istilah novelty atau kebaruan. Intinya, dengan adanya state of the art maka sebuah usulan penelitian memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya.
Perbedaan ini sangat penting, khususnya ketika dosen memilih topik yang sudah pernah diteliti oleh dosen atau peneliti lain sebelumnya. State of the art dalam penelitian kemudian disampaikan atau dijelaskan di bab pendahuluan pada sub bab latar belakang masalah.
Lalu, apa saja yang harus disampaikan untuk menjelaskan state of the art dari usulan penelitian yang diajukan dosen di program hibah? Secara umum state of the art ini akan menjelaskan beberapa poin berikut ini:
Baca Juga:
Bagi para dosen yang hendak mengajukan proposal usulan ke sebuah program hibah. Maka wajib menjelaskan state of the art dalam penelitian yang diusulkan tersebut. Secara umum program hibah akan mencari penelitian dengan topik terbaru (belum pernah diteliti).
Bisa juga mencari usulan penelitian dengan topik yang pernah diteliti sebelumnya, akan tetapi memiliki perbedaan. Perbedaan ini diharapkan menunjukan nilai tambah dari penelitian yang diusulkan.
Misalnya hasil dalam penelitian diharapkan bisa menemukan teknologi yang lebih efektif dan efisien dibanding penelitian sebelumnya. Kemudian metode penelitian juga bisa dibedakan dengan metode sebelumnya.
Intinya, memiliki perbedaan dan keunikan membantu dosen lolos seleksi program hibah. Sehingga dengan state of the art tersebut, dosen memiliki kesempatan besar menjadi penerima hibah.
Hal ini tentu dibutuhkan oleh para dosen, sebab dana hibah akan memastikan rencana penelitian dapat berjalan karena kebutuhan dananya besar. Selain itu, juga mendukung pencapaian luaran secara maksimal. Baik itu luaran wajib maupun luaran tambahan.
Lalu, seberapa penting state of the art dalam sebuah penelitian? Jawabannya adalah sangat penting. Secara umum state of the art dalam penelitian bertujuan untuk mencegah tiga hal berikut ini:
Alasan pertama kenapa state of the art dalam penelitian dipandang sangat penting adalah untuk mencegah duplikasi. Duplikasi sendiri adalah menciptakan suatu tiruan / cetakan dari aslinya.
Artinya, state of the art memastikan penelitian yang diusulkan tidak menjiplak penelitian orang lain yang sudah dilakukan sebelumnya. Sebab untuk apa penelitian dilakukan berulang untuk mendapat hasil yang sama? IPTEK tentu akan sulit berkembang.
Alasan kedua kenapa state of the art sangat penting adalah untuk mencegah plagiarisme ide. Plagiarisme memiliki jenis dan bentuk yang beragam, salah satunya plagiarisme ide. Yakni tindakan mencuri ide orang lain dan diakui ide sendiri.
Ide penelitian bisa jadi sama persis dengan peneliti sebelumnya. Jika ide ini sama lalu metode dan teknologi yang dipakai berbeda, maka masih bisa diterima. Namun, bagaimana jika semuanya sama?
Maka ada salah satu yang menjiplak dan biasanya adalah peneliti baru. Sebab tidak mungkin peneliti sebelumnya menjiplak ide dari peneliti di masa depan. Oleh sebab itu, state of the art menjadi bukti dosen bukan pelaku plagiarisme ide.
Alasan terakhir kenapa state of the art dalam penelitian dipandang penting adalah untuk mencegah redudansi penelitian. Redudansi penelitian adalah duplikasi atau penyimpanan data yang sama secara berulang.
Jika terjadi maka sama artinya melakukan penelitian yang sama persis dengan penelitian sebelumnya. Temuannya diperkirakan akan sama dan tidak bisa mengembangkan IPTEK karena tidak ada temuan baru.
Baca Juga:
Menurut Wisnu Jatmiko, dkk (2015), dijelaskan bahwa mendapatkan State of the Art yang kuat dan berkualitas baik tidak semudah membalikkan telapak tangan, karena memerlukan adanya usaha dan kerja keras peneliti.
Meskipun tidak mudah, akan tetapi menemukan state of the art dalam penelitian bukan hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Hanya saja memang ada beberapa tahapan perlu dilalui dan kadang kala mendapati kesulitan.
Dalam menentukan state of the art dari penelitian yang diusulkan ke program hibah, ada tiga cara yang bisa dilakukan. Cara menemukan state of the art adalam penelitian yaitu:
Cara pertama adalah menggunakan data dari hasil penelitian sebelumnya, bisa dari metode sampai hasil penelitian. Kemudian diterapkan ke masalah terkini, apakah efektif atau ada kekurangan? Maka bisa mencari data hasil penelitian lain yang sesuai.
Cara kedua untuk menentukan state of the art adalah memodifikasi metode penelitian. Jika metode penelitian sebelumnya dirasa memiliki kekurangan, maka silahkan memakai metode baru yang dirasa lebih baik.
Cara ketiga adalah menganalisis hasil penelitian sebelumnya secara mendalam. Sampai ditemukan adanya kekurangan dan ketidaksesuaian lagi dengan kondisi atau masalah terkini. Sehingga bisa menemukan state of the art.
Dalam kegiatan Bimbingan Teknis Penyusunan Proposal Penelitian Dosen Pemula bagi Dosen PTS (3) yang diisi oleh Prof. Dr. Atie Rachmiatie, M.Si. Dijelaskan mengenai salah satu contoh dari state of the art dalam penelitian yang lolos program hibah.
Jadi, penelitian yang dilakukan Prof. Dr. Atie ketika meneliti Halal Tourism dengan teknologi neuroscience. Dalam penelitian ini akan dilakukan deteksi tingkat kedalaman minat pelaku usaha bisnis pariwisata dengan alat khusus neuroscience.
Secara sederhana, neuroscience ini akan mendeteksi kebohongan seseorang jika memang bohong. Sehingga bisa didapatkan hasil akurat mengenai seberapa tinggi minat pelaku usaha tersebut. Teknologi ini lebih baik dibanding mengisi angket alias kuesioner untuk menganalisis data kualitatif.
Artikel berikut akan membantu Anda dalam menyusun Proposal Penelitian :
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…