Jakarta – Selama satu dekade lebih, Beasiswa Pendidikan Pascasarjana Luar Negeri (BPPLN) menjadi salah satu andalan para dosen Indonesia di berbagai daerah untuk melanjutkan studi jenjang S-3 (Doktor). Tercatat, sudah ada 2.927 alumni BPPLN yang lulus dari berbagai perguruan tinggi terbaik dunia. Mereka kembali ke Tanah Air untuk kembali menjalankan kewajiban Tri Dharma (pengajaran, penelitian, pengabdian masyarakat).
Tercetusnya visi manusia unggul Indonesia yang diutarakan oleh Presiden Joko Widodo mendorong berbagai program maupun kebijakan yang mengarah pada upaya pembangunan sumber daya manusia (SDM).
Dilansir dari sumberdaya.ristekdikti.go.id pada jenjang pendidikan tinggi, pembangunan SDM ini tak terlepas dari peran seorang dosen. Tanpa kualifikasi dan kompetensi dosen yang mumpuni, mustahil tercipta iklim akademik yang kondusif. Hal ini tentu akan berdampak langsung pada kualitas lulusan yang nantinya mengisi ruang-ruang perekonomian bangsa.
Momentum satu dekade BPPLN ini secara khusus diperingati melalui penyelenggaraan Simposium Nasional Alumni BPPLN Dikti dengan mengusung tema “Menggali Potensi Daerah, Membangun Jejaring Internasional untuk Memajukan Indonesia”. Kegiatan ini dihadiri oleh 132 alumni dari berbagai angkatan.
Mereka bahkan tidak datang dengan tangan kosong, melainkan membawa sebuah gagasan yang dituangkan dalam bentuk tulisan untuk menjawab sejumlah persoalan bangsa. Nantinya, hasil diskusi, masukan, serta kritik para alumni BPPLN ini dapat menjadi bahan refleksi bersama untuk pelayanan beasiswa yang lebih optimal.
Direktur Jenderal Sumber Daya Iptek dan Dikti, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), Ali Ghufron Mukti mengatakan, tujuan studi BPPLN sangat beragam, dari mulai Australia, Selandia Baru, Thailand, Taiwan, Perancis, Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan berbagai negara lainnya. Bahkan jika dilihat dari perguruan tingginya, banyak yang masuk di kampus kelas dunia, seperti Imperial College London, University of Oxford, Harvard University, hingga Massachusetts Institute of Technology (MIT).
“Total karyasiswa BPPLN dari 2008 sampai dengan 2019 sebanyak 4.294 orang. Dari angkatan 2008 sampai dengan 2014 sudah lulus 80,2%. Sisanya masih menjalani studi di berbagai negara. Namun kami pastikan mereka akan kembali,” tutur Dirjen Ghufron dalam sambutannya, Kamis (21/11/2019).
Dirjen Ghufron menyebut, saat ini jumlah dosen berkualifikasi Doktor masih sekira 39.000 orang dari total 260 ribu dosen di Indonesia. Sedangkan Pemerintah menargetkan 20% dosen Indonesia sudah S-3. Guna mengejar target tersebut, pihaknya menyiapkan berbagai skema beasiswa, baik dalam negeri, luar negeri, termasuk memperkuat kemitraan dengan negara sahabat juga memberdayakan jaringan ilmuwan diaspora.
“Kami yakin bahwa para alumni BPPLN pasti memiliki keunggulan yang lebih, baik dalam hal penguasaan Bahasa Inggris, exposure, strategi dalam metodologi penelitian, manajemen, dan lain sebagainya. Kelebihan ini didapatkan karena pengalaman studi di luar negeri. Oleh sebab itu, ketika kembali Bapak dan Ibu harus menjadi katalisator dalam pembangunan SDM Indonesia,” ujar Dirjen Ghufron.
Dirjen Ghufron juga mengapresiasi beberapa alumni BPPLN yang kini menjadi profesor. Ia mendorong para dosen untuk meningkatkan kariernya. Namun demikian, Dirjen Ghufron mengingatkan seorang profesor harus tetap produktif menghasilkan karya.
“Kemampuan kepemimpinan juga perlu dimiliki oleh para dosen. Mereka tidak hanya unggul di suatu bidang, tetapi juga mampu membawa gerbong sehingga risetnya terus berkembang dan regenerasi ilmuwan tidak putus,” tambahnya.
Pada kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kemenristekdikti, Ainun Naim yang hadir mewakili Mendikbud mengungkapkan sejumlah strategi untuk mewujudkan SDM unggul. Menurut dia, sektor pendidikan tinggi berperan strategis dalam mencetak lulusan yang relevan dengan kebutuhan industri, terampil, serta siap kerja.
Beberapa tahun terakhir, kata Sekjen Ainun, muncul fenomena gelar kini bukan faktor utama yang diperhitungkan dalam dunia kerja. Lebih lanjut, justru skill dan kompetensi menjadi penentu lulusan untuk sukses berkecimpung di dunia industri. Maka dari itu, para akademisi harus bisa membuktikan diri bahwa hard skill maupun soft skill yang dimilikinya sepadan dengan gelar yang tercantum dalam ijazah.
“Tentu bagi saya gelar akademik itu penting, namun kita harus membuktikan dengan hasil yang jelas. Saat ini dalam pengembangan SDM Pemerintah tengah fokus pada pendidikan vokasi. Bagaimana merumuskan program supaya vokasi mendapatkan akses yang mudah ke industri,” ucap Sekjen Ainun.
Melalui forum akademik ini, Sekjen Ainun berharap para alumni BPPLN dapat memberikan sumbangsih nyata bagi pembangunan SDM Tanah Air. Selain melalui Tri Dharma, mereka juga dapat berkontribusi menyumbangkan usulan pada pendidikan tinggi, sehingga lebih responsif terhadap tantangan zaman. Sebagai contoh, pengembangan kurikulum yang lebih fleksibel bagi mahasiswa, dan pembelajaran yang transdisiplin.
Pembicara yang turut hadir pada Simposium Nasional Alumni BPPLN yakni Rektor Universitas Pertamina, Prof Akhmaloka yang memaparkan mengenai potensi serta tantangan pendidikan tinggi Indonesia.
Tak hanya itu, pada simposium tersebut para alumni BPPLN dari berbagai angkatan sepakat untuk membentuk himpunan alumni sebagai wadah untuk saling berdiskusi dan bertukar pikiran. Himpunan ini, juga bertujuan memperluas jaringan antaralumni yang lulus dari perguruan tinggi di berbagai negara atau yang kerap disebut “Diktiers”.
“Perbedaan kultur akademik di luar negeri dapat mempengaruhi, baik di bidang studi atau penelitiannya. Misalnya, laboratorium di dalam negeri yang tidak mendukung penelitian. Ini merupakan tantangan yang kita harapkan tidak mengurangi semangat dan produktivitas para alumni BPPLN. Ditambah dengan adanya himpunan alumni dan website khusus, tentu kami sangat mendukung, terutama untuk mengelola potensi dari masing-masing alumni,” tukasnya.
Penyelenggaraan simposium ini mendapat respons positif dari para alumni BPPLN. Mereka berharap, skema BPPLN terus berlanjut untuk memberi kesempatan serta afirmasi kepada para dosen di penjuru negeri yang ingin melanjutkan studi jenjang S-3 di luar negeri. Adapun pengelolaannya dilakukan oleh Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti.
Turut hadir pada kegiatan simposium di antaranya, Sekretaris Ditjen Sumber Daya Iptek dan Dikti Anondho Wijanarko, Plt. Direktur Kualifikasi SDM Juniarti Duwi Lestari, Direktur Karier dan Kompetensi Bunyamin Maftuh, Direktur Sarana dan Prasarana Shofwan Effendy, serta Tim Reviewer BPPLN.
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…
Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…
Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…
Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…