Dosen menjadi sosok inspiratif untuk orang-orang disekitarnya, tidak hanya untuk mahasiswa namun juga untuk masyarakat luas. Indonesia memiliki banyak sosok dosen inspiratif, dan salah satunya adalah Ibu Rika Nugraha, M.Sn., yang saat ini tercatat sebagai dosen di Universitas Kuningan, Jawa Barat.
Daftar Isi
ToggleBerkenalan dengan Rika Nugraha, M.Sn.
Ibu Rika Nugraha, M.Sn., merupakan salah satu dosen tetap di Universitas Kuningan (Uniku) tepatnya di Fakultas Ilmu Komputer. Dosen yang akrab disapa Ika ini mengaku mengampu program studi baru di Uniku, yakni DKV (Desain Komunikasi Visual).
Jauh sebelum menjadi dosen di Uniku, Bu Ika sudah meniti karir menjadi dosen sejak tahun 2009 yakni di STISI Telkom Bandung. Awal-awal menjadi dosen di STISI Telkom adalah untuk membantu mengatasi kekurangan tenaga dosen, dan kemudian terus berlanjut sampai sekarang.
Dunia mengajar bukanlah hal baru bagi dirinya, karena memang berangkat dari keluarga yang akrab dengan profesi mengajar. Ayah dari Bu Ika sendiri adalah dosen di TNI-AD untuk Pemetaan/Topografi.
Kakak perempuan pertama Bu Ika juga menjadi guru SD di Bekasi, sedangkan kakak kedua menjadi tenaga pendidik dan menjabat sebagai kepala di Unit Bimbingan Belajar Minat Baca Anak (Bimba) Cikarang, Bekasi.
Baca juga : Perjalanan Karir Seorang Dr. Mahmud Arif Menjadi Dosen
Latar Belakang Menjadi Seorang Dosen
Awal meniti karir, Bu Ika tidak langsung menjadi dosen. Pasca lulus dari STISI Bandung yang saat ini menjadi STISI Telkom Bandung. Dirinya mengaku sudah meraih pekerjaan impian.
Baru kemudian saat memasuki tahun 2009, STISI Bandung mengalami kekurangan tenaga pendidik. Sebagai bentuk kecintaan terhadap almamater yang telah membantu dirinya meraih pekerjaan impian.
Maka di momen tersebut dirasa olehnya sudah saatnya untuk membantu berkontribusi mengembangkan STISI Bandung. Kontribusi yang diberikan adalah dengan menjadi dosen yang akan memberi sumbangsih dalam bentuk tenaga dan pikiran demi kemajuan institusi.
Mengingat syarat menjadi dosen adalah lulus S2, maka pada momen tersebut dirinya kemudian melanjutkan studi S2 di ISBI Bandung untuk program studi Pengkajian Seni Budaya.
Setelah lulus dirinya diberi kepercayaan untuk menjadi dosen profesional di program studi Kriya Tekstil dan Mode. Memasuki tahun 2018 dirinya kemudian pindah menjadi dosen tetap di Universitas Kuningan, dan aktif menjadi dosen di DKV sampai sekarang.
Alasan lain yang membuat Bu Ika memutuskan untuk mantap meniti karir sebagai dosen adalah untuk mengembangkan diri. Sebab di matanya, profesi dosen membuka kesempatan bagi pelakunya untuk terus mengembangkan diri lewat penelitian, menulis, membaca, dan lain sebagainya.
Diakui pula oleh dirinya bahwa keputusan menjadi dosen juga ikut terinspirasi dari sosok sang ayah. Ayahnya adalah dosen di TNI-AD, dan selama menjadi dosen dikenal sebagai figur yang sangat teliti dalam menekuni bidangnya sebagai dosen.
Berbagai alasan inilah yang kemudian membuat Bu Ika mencoba terjun di dunia dosen. Yakni dengan melamar secara profesional di STISI Bandung, meskipun dirinya tercatat sebagai almamater.
Baca juga : Akhmad Syaekhu Rakhman, Dari Guru SMA Kini Menjadi Dosen Sejarah Di Usia Muda
Baca juga : Perjuangan Dr. Mahmud Arif Untuk Survive Menjadi Dosen Profesional
Melestarikan Budaya dalam Implementasi Tri Dharma Perguruan Tinggi
Bu Ika merupakan dosen yang mengambil bidang keilmuan DKV dan juga Kriya Seni Tekstil. Alasan dirinya memilih konsen di bidang keilmuan ini adalah karena keduanya merupakan keahlian yang harus terus dipelajari dan mampu memberi dampak positif bagi masyarakat.
Menurutnya bidang keilmuan Seni Kriya Tekstil dan juga Desain Komunikasi Visual mampu memenuhi dua kriteria tersebut. Sekaligus mampu mengimplementasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Apalagi keduanya mampu mendukung kegiatan melestarikan budaya, salah satunya kain batik. Kain batik kuningan menjadi fokus utama Bu Ika untuk digarap agar bisa terus berkembang dan mendukung perekonomian masyarakat di Kuningan.
Kain batik yang merupakan warisan budaya milik Indonesia tentu perlu dijaga dan dilestarikan. Diharapkan dengan upaya menjaga kelestarian dari batik di Kuningan ini dirinya bisa ikut berkontribusi.
Sekaligus tetap menjalankan Tri Dharma Perguruan Tinggi, dimana menjadi bagian juga dalam pengabdian kepada masyarakat. Sehingga masyarakat bisa memanfaatkan potensi batik kuningan untuk dijadikan aset perekonomian.
Sebab semakin dikenal luas batik Kuningan ini maka semakin mudah untuk diproduksi dan dipasarkan. Masyarakat pun mendapatkan mata pencaharian baru dengan menekuni bisnis batik. Mulai dari membuka usaha batik itu sendiri maupun menjadi karyawan di perusahaan yang memproduksi batik.
Sehingga selain tetap lestari, batik Kuningan juga mendorong perbaikan perekonomian masyarakat. Sekaligus semakin dikenal luas sebagaimana pamor Batik Trusmi dari Cirebon yang lebih dulu populer.
Baca juga : Menjadi Anak Berbakti, Mengantarkan Ita Apriani Menjadi Dosen Muda
Kegiatan Penelitian yang Sudah Dilakukan
Selaras dengan tujuan melestarikan budaya di atas, selama 3 tahun belakangan Bu Ika melakukan penelitian terhadap pengembangan potensi Batik Tulis Kuningan. Alasan pemilihan budaya batik tulis ini karena memang belum begitu diperhatikan oleh masyarakat.
Penelitian ini dilakukan untuk melestarikan kembali batik tulis Kuningan, minimal agar lebih dikenal oleh masyarakat Kuningan sendiri. Sebab saat ini masyarakat Kuningan lebih akrab dengan Batik Trusmi dari Cirebon.
Lewat penelitian ini, dirinya berharap juga bahwa keindahan dari batik tulis Kuningan bisa dinikmati oleh masyarakat luas. Sehingga budaya membuat batik tulis tetap lestari dan menjadi sumber memajukan perekonomian masyarakat Kuningan.
Bu Ika juga menyampaikan bahwa dirinya dalam waktu dekat memiliki target untuk mendorong pelaku industri batik dan pengrajin batik untuk membentuk perkumpulan. Melalui perkumpulan ini maka bisa menjadi wadah bagi Batik Kuningan untuk terus berkembang.
Perkembangan Batik Kuningan nantinya akan membantu menjaga keberlangsungan kreatifitas masyarakat dan perekonomian di kota Kuningan itu sendiri. Selain itu, dirinya juga berharap mulai ada kesadaran dari masyarakat untuk memahami pentingnya mengurus Hak Atas Kekayaan Intelektual.
Sebab motif batik yang merupakan karya dari masyarakat di Kuningan masih dengan mudah di contek atau diplagiat oleh pelaku industri batik lain. Paling parah adalah diambil oleh pelaku industri batik dari kota lain.
Target lainnya adalah, membawa Batik Tulis Kuningan ke ranah digital. Yakni melalui penhembangan dan peluncuran aplikasi Batik Tulis Paseban yang berbasis Android. Dimana untuk saat ini masih dalam proses.
Sebagai langkah awal untuk mendukung masuknya Batik Kuningan ke ranah digital tersebut. Bu Ika menulis buku yang mengangkat Batik Tulis Paseban, yakni berjudul Batik Tulis Paseban dalam Makna Visual.
Buku tersebut kemudian diterbitkan dalam versi digital atau ebook, yang membantu masyarakat luas mengenal Batik Kuningan secara digital. Keinginan lainnya adalah menggelar pameran yang mengangkat industri batik tulis di kota Kuningan.
Ibu Rika Nugraha yang saat ini sudah menyelesaikan penulisan dan penerbitan 1 judul buku pun berniat untuk melanjutkan studi ke jenjang S3. Selain itu nantinya juga akan ada rencana dan target lain, yang tentu masih melibatkan profesi dosen dan juga implementasi tugas dosen dalam budaya masyarakat. Dimana fokusnya untuk saat ini adalah di Kuningan, yakni melalui kerajinan batik tulisnya.
Penulis : duniadosen.com/Pujiati
Narasumber : Rika Nugraha, M.Sn.
Editor : Wahyudha Wibisono, S.I.Kom