Dalam dunia pendidikan tinggi, tugas seorang dosen memang terbilang kompleks dan ketika dilakukan jangka panjang maka dikhawatirkan menjadi monoton tanpa inovasi. Sehingga pemerintah sejak tahun 2017 menggelar program Sabbatical Leave.
Setiap tahun program ini terus digelar oleh setiap perguruan tinggi di Indonesia, baik PTN maupun PTS. Program ini memfasilitasi dosen dengan jabatan fungsional Guru Besar untuk mengambil rehat sejenak dari kegiatan akademik agar bisa mengembangkan diri.
Secara umum, program sabbatical leave merupakan program dimana dosen dengan jabatan fungsional guru besar (profesor) diberi kesempatan untuk tidak menjalankan aktivitas reguler di kampus dan fokus menjalankan tugas akademik di luar lingkungan kampus.
Berdasarakan beberapa sumber yang Kami himpun, program ini sering disebut sebagai program cuti berbayar bagi dosen. Dalam artian, dosen diberi kesempatan untuk libur dalam mengajar dan menjalankan agenda rutin di lingkungan kampus selama 3-4 bulan.
Kemudian dosen bisa menjalankan aktivitas akademik lain yang membantu dalam melakukan evaluasi dan mengembangkan kinerja maupun prestasi akademik. Dengan adanya pengurangan kewajiban akademik seperti mengajar, dosen dalam program ini bisa berkonsentrasi pada hal lain yang menunjang kinerja dan pencapaian akademiknya.
Misalnya cuti dalam mengajar selama 3 bulan, kemudian dosen yang bersangkutan fokus dalam menyelesaikan kegiatan penelitian maupun publikasi ke jurnal internasional bereputasi. Sehingga, dosen bisa lebih optimal dalam menjalankan kewajiban akademik lain yang menorehkan prestasi dan bermanfaat bagi institusi maupun pemerintah Indonesia.
Program sabbatical leave sendiri digelar sejumlah perguruan tinggi di Indonesia dan masing-masing memiliki syarat dan kebijakan tersendiri. Sehingga, terdapat juga beberapa perguruan tinggi yang tidak menjalankan program ini karena berbagai hal.
Selain itu, masing-masing perguruan tinggi juga memiliki kebebasan dalam menentukan jenis kegiatan akademik yang wajib diikuti para peserta program.
Apakah Anda sudah tahu Daftar Program Dikti untuk Karir Dosen
Beberapa bentuk kegiatan yang umum diwajibkan dalam program ini antara lain:
Salah satu bentuk kegiatan di dalam sabbatical leave adalah dosen menjadi dosen tamu di kampus atau PT lain. Mengenai di PT dalam negeri atau luar negeri biasanya disesuaikan dengan kebijakan perguruan tinggi yang bersangkutan.
Sebab untuk biaya keberangkatan dosen ke PT tujuan dan biaya-biaya lain yang menjadi kebutuhan dosen. Umumnya ditanggung oleh PT asal dosen tersebut. Detailnya bisa membaca buku panduan program yang dirilis kampus penyelenggara.
Bentuk kegiatan yang kedua adalah menjalankan kegiatan penelitian. Dalam tri dharma, dosen juga berkewajiban untuk rutin melaksanakan penelitian. Sama seperti mengajar dan mengabdi kepada masyarakat.
Lewat sabbatical leave, dosen diharapkan memiliki waktu lebih untuk menjalankan kegiatan penelitian yang masih berjalan. Sehingga bisa selesai tepat waktu dan luaran penelitian bisa dicapai secara optimal sesuai target awal yang ditetapkan.
Bentuk kegiatan yang ketiga di dalam program sabbatical leave adalah mengurus publikasi ilmiah, khususnya jurnal. Seperti yang diketahui proses publikasi artikel ke jurnal ilmiah memakan waktu panjang. Bisa sampai 1 tahun bahkan lebih.
Maka dengan dibebaskannya dosen dari aktivitas mengajar selama beberapa bulan. Waktu lebih yang dimiliki bisa dialihkan untuk mengurus submit, revisi, dan proses lain dari publikasi ke jurnal ilmiah.
Sabbatical leave juga bisa diisi dosen dengan kegiatan menulis buku selama diperbolehkan oleh pihak PT. Sehingga, naskah buku yang belum bisa diselesaikan bisa mulai dikerjakan kembali dan di akhir program bisa diterbitkan.
Kegiatan berikutnya di dalam program sabbatical leave adalah menjalin kemitraan. Dalam masa cuti mengajar, dosen bisa mencari mitra dari dosen, peneliti, sampai industri untuk kegiatan kolaborasi. Khususnya riset kolaborasi.
Bagi dosen yang merasa tidak memiliki kegiatan penelitian sampai naskah ilmiah yang terbengkalai. Maka dalam sabbatical leave bisa diisi dengan kegiatan mengisi seminar, webinar, sampai workshop di berbagai perguruan tinggi yang bermitra.
Mengenai jenis kegiatan akademik yang bisa dijalankan dosen selama mengikuti program. Tentunya disesuaikan dengan kebijakan dari perguruan tinggi yang menjadi penyelenggara. Secara umum akan disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan para dosen di bawah naungannya.
Tingkatkan karir Anda selama jadi dosen dengan menerapkan tips dan strategi berikut:
Bicara mengenai program bertajuk sabbatical leave tentu akan dikaitkan dengan program hibah penelitian maupun PkM dari Dikti. Dikutip melalui Buku Panduan Penelitian dan Pengabdian 2024, ketua pengusul wajib berstatus sebagai dosen aktif.
Sehingga, para dosen yang sedang menjalankan tugas belajar, izin belajar, menjalankan sabbatical leave, dan mengambil cuti dengan berbagai alasan yang mendasarinya, tidak dapat mengikuti program hibah tersebut.
Berhubung jangka waktu pelaksanaan program sabbatical leave sekitar 3 sampai 4 bulan, maka dosen dalam kondisi tidak aktif menjalankan seluruh tri dharma (terutama aktivitas mengajar). Sehingga, dosen yang mengikuti program sabbatical leave ini tidak memenuhi syarat menjadi ketua pengusul program hibah Dikti.
Meskipun begitu, para dosen yang sedang menjalani program ini tetap bisa mengikuti program hibah selama posisinya bukan ketua pengusul. Artinya, dosen yang bersangkutan bisa tetap mengikuti program hibah sebagai tim pengusul kegiatan.
Baca selengkapnya: Jadi Ketua Pengusul Hibah Dikti? Perhatikan Dulu Poin Ini
Manfaat yang akan diperoleh dosen apabila mengikuti program sabbatical leave:
Manfaat pertama dari ikut sertanya seorang dosen dalam sabbatical leave adalah memiliki kemudahan dalam manajemen waktu. Sebab dalam program ini, dosen berkesempatan menghapus (cuti) dari salah satu kewajiban akademik, yakni mengajar.
Sehingga dosen kebanyakan tidak diwajibkan untuk mengajar dan tidak wajib datang rutin ke kampus untuk mengurus berbagai kegiatan akademik. Praktis, waktu yang dimiliki lebih banyak untuk bisa dialokasikan pada kegiatan akademik di luar mengajar.
Dalam program ini, para dosen yang ikut serta lantas lebih mudah mengatur waktu untuk menjalankan aktivitas-aktivitas akademik yang tertunda karena terlalu sibuk sehingga lebih banyak aktivitas akademik bisa dijalankan dan meraih berbagai prestasi.
Dalam pelaksanaan program sabbatical leave di tahun 2019 oleh pemerintah melalui Kemendikbud. Program ini ditujukan untuk dosen yang menjadi profesor bisa memiliki cukup waktu untuk merenung.
Sehingga, dosen bisa melakukan evaluasi terhadap kegiatan akademik, khususnya mengajar. Tak hanya itu, dosen diharapkan bisa melakukan perbaikan-perbaikan dan melakukan inovasi pada kegiatan mengajar di kemudian hari.
Misalnya upgrade ilmu pengetahuan dan slide presentasi, sehingga bisa memaparkan materi yang lebih update dan lebih kreatif kepada mahasiswa. Artinya, program ini sendiri memiliki tujuan yang salah satunya mendorong dosen berinovasi.
Inovasi dalam menjalankan kegiatan akademik tetap diperlukan para dosen sebagai upaya meningkatkan kualitas dari kegiatan akademik tersebut. Melalui cuti dari kegiatan mengajar, maka inovasi ini lebih mudah dikembangkan oleh para dosen.
Manfaat ketiga dari program sabbatical leave bagi para dosen adalah mendukung mereka membangun rekam jejak akademik. Seperti penjelasan sebelumnya, kegiatan di dalam program ini bisa seputar kegiatan publikasi ilmiah, baik menulis manuskrip artikel ilmiah untuk dipublikasikan ke jurnal internasional bereputasi maupun menyusun naskah buku pendidikan agar bisa segera diterbitkan sesuai dengan standar Ditjen Dikti.
Semua bentuk publikasi ilmiah tersebut diharapkan bisa menjadi rekam jejak dosen sehingga bisa menjadi nilai tambah saat proses penilaian administrasi dan substansi dalam program hibah Dikti.
Manfaat berikutnya dari keikutsertaan dosen dalam program sabbatical leave adalah bisa memperluas jaringan akademik, khususnya ketika dosen menjalankan kegiatan kolaborasi.
Mulai dari mencari mitra maupun tim penelitian untuk program hibah di tahun berikutnya, maupun sedang mengurus MoU dengan mitra riset. Sehingga setelah bebas dari kewajiban mengajar, dosen bisa fokus dalam hal kolaborasi tersebut.
Dosen bisa memiliki lebih cukup waktu untuk bertemu banyak calon mitra potensial yang mendukung kegiatan penelitian di kemudian hari. Harapannya kualitas dari hasil penelitian dan proses penelitian itu sendiri bisa maksimal.
Ketika dosen masih aktif mengajar, dosen harus memanfaatkan waktu luang yang minim untuk bertemu orang baru. Hasilnya tentu saja menjadi tidak maksimal. Sehingga dengan ikut serta ke program ini, kendala tersebut bisa teratasi.
Manfaat selanjutnya dari ikut serta ke program sabbatical leave adalah bisa mendorong dosen mengembangkan keterampilan mengajar. Hal ini sejalan dengan kegiatan dosen menjadi dosen tamu di kampus atau perguruan tinggi lain. Baik perguruan tinggi dalam maupun luar negeri.
Sehingga berkesempatan bertemu dengan mahasiswa baru, mengajar pada kurikulum yang berbeda, bertemu dosen lain di kampus tempatnya menjadi dosen tamu, dan sebagainya.
Lewat kegiatan tersebut, dosen bisa memiliki pengalaman baru dan bisa jadi keterampilannya akan berkembang menjadi lebih baik. Sehingga setelah program berakhir, dosen bisa mengaplikasikan keterampilan baru dalam mengajar secara lebih efektif.
Program sabbatical leave diketahui dirilis di Indonesia oleh Kemendikbud pada tahun 2017 dan menjadi program tahunan. Pada awalnya seluruh kebijakan dan ketentuan dalam program ditetapkan Kemendikbud.
Namun, seiring berjalannya waktu, program ini menjadi program yang dijalankan perguruan tinggi secara independen. Sehingga program ini menyesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan para dosen yang berada di bawah naungannya.
Program ini diharapkan masih terus berjalan sebagaimana yang berlaku di perguruan tinggi luar negeri. Bahkan di Harvard University, program ini sudah berlangsung sejak tahun 1880 dan berlaku untuk dosen dan tenaga kependidikan yang memenuhi ketentuan.
Lalu, perguruan tinggi mana saja yang membuka program sabbatical leave di tahun 2024? Dikutip dari berbagai sumber, terdapat beberapa perguruan tinggi yang mengumumkan pelaksanaan program ini.
Salah satu perguruan tinggi yang melaksanakan program sabbatical leave adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). Program dari UMY dilaksanakan dimulai pada 11 Januari sampai 30 Juni 2024. Tak hanya itu, Universitas Sumatera Utara juga melaksanakan program sabbatical leave dan ditujukan untuk para dosen dengan jabatan fungsional Guru Besar.
Selain dari itu, tentunya akan ada lebih banyak perguruan tinggi di Indonesia yang menjalankan program sabbatical leave. Sehingga, ketika perguruan tinggi tempat Anda bernaung menyelenggarakannya bisa segera berpartisipasi.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman terkait topik dalam artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke rekan dosen lainnya. Semoga bermanfaat!
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…