Terbitkan buku lebih cepat HANYA 1 BULAN? Dapatkan fasilitas VIP ini secara GRATIS! Klik di sini

Program Postdoctoral & Perbedaannya dengan PhD

postdoctoral

Jika Anda seorang dosen maupun peneliti di sebuah lembaga penelitian, misalnya di Indonesia seperti BRIN, LIPI, dan sebagainya. Maka akan muncul keinginan dan bahkan kebutuhan mengambil postdoctoral. 

Dulunya, istilah postdoctoral asing di dunia pendidikan tinggi di Indonesia. Seiring berjalannya waktu menjadi sangat familiar. Sebab memang menjadi salah satu pengembangan diri dan pengembangan karir yang lebih umum di luar negeri. 

Menariknya, pemerintah Indonesia bahkan menggelar program beasiswa untuk postdoctoral dan ditujukan kepada dosen tetap. Program ini dilaksanakan di perguruan tinggi dan lembaga penelitian di luar negeri. Maka, penting untuk memahami definisi dan detail lain tentang postdoctoral. 

Apa Itu Postdoctoral?

Dikutip melalui Lister, postdoctoral adalah program lanjutan setelah menempuh pendidikan S-3 atau PhD. Sesuai definisi ini, maka program postdoctoral lebih umum diluar negeri. Mulai dari Jerman, Inggris, Amerika, dan terdekat dengan Indonesia adalah Singapura. 

Dikutip melalui blog milik Fadhilah Muslim, lulusan PhD yang mengambil program ini disebut postdoctoral researcher atau postdoctoral research associate. Secara umum, program ini ditempuh seseorang yang sudah menyelesaikan studi S3 atau PhD. 

Hanya saja, program ini sifatnya fokus pada kegiatan penelitian di bawah bimbingan Profesor. Sehingga di akhir program, mahasiswa atau peneliti tidak mendapat gelar sebagaimana ketika menempuh studi PhD. 

Sejumlah negara di dunia, salah satunya di Jerman, menetapkan program ini sebagai salah satu syarat menjadi dosen. Artinya, dosen di negara tersebut wajib menempuh program postdoctoral agar eligible menjadi dosen. 

Umumnya, program lanjutan PhD ini ditempuh oleh dosen dan juga para peneliti profesional. Tujuannya beragam. Mulai dari mengembangkan keterampilan dalam melaksanakan penelitian sampai pengembangan karir profesional. 

Tertarik mengikuti postdoctoral? Anda bisa mempertimbangkan Program Postdoctoral yang diselenggarakan oleh BRIN.

Siapa yang Harus Mengikuti Program Postdoctoral? 

Menempuh studi lanjut sampai jenjang S3, tentu sifatnya tidak wajib. Namun, ada beberapa profesi yang membutuhkan studi lanjut sampai ke jenjang tertinggi ini. Begitu pula dengan postdoctoral. 

Sesuai penjelasan sebelumnya, program nongelar ini  fokus mengasah keterampilan dalam meneliti. Mahasiswa di program ini akan melakukan penelitian di bawah bimbingan Profesor. Lalu, siapa saja yang sebaiknya ikut program ini? Diantaranya adalah: 

1. Berkarir sebagai Dosen 

Seseorang menjadi perlu dan bahkan wajib mengikuti program nongelar ini apabila memutuskan berkarir di dunia akademik. Terutama menjadi dosen. Dalam tri dharma, dosen di Indonesia diwajibkan melaksanakan kegiatan penelitian. 

Kegiatan ini tentunya dilakukan sejak awal merintis karir, sampai nanti memasuki usia pensiun. Dosen pada akhirnya membutuhkan keterampilan tinggi dalam melakukan penelitian. 

Oleh sebab itu, untuk menunjang hal tersebut dosen perlu mengikuti program nongelar ini. Sehingga bisa mengembangkan keterampilan dalam penelitian yang bisa mendukung pelaksanaan kewajiban akademik. 

2. Berkarir sebagai Peneliti 

Kedua, adalah setiap orang yang memutuskan berkarir di dunia penelitian. Terutama para peneliti di bawah naungan lembaga penelitian. Contoh di Indonesia seperti BRIN, LIPI, dan lain sebagainya. 

Sama seperti dosen, peneliti di lembaga penelitian menjadikan kegiatan penelitian sebagai rutinitas. Maka pengembangan keterampilan dalam penelitian menjadi penting. Sebab bisa menunjang aktivitas sehari-hari di dunia profesional. 

Oleh sebab itu, para peneliti yang mengabdi di lembaga penelitian perlu mengikuti program nongelar ini. Sehingga bisa mengasah keterampilan dalam meneliti dan memetik manfaat lain yang berguna dalam perjalanan karir di lembaga penelitian. 

Dua pemilik profesi di atas, bisa disebut memiliki kebutuhan tinggi untuk mengikuti program postdoctoral. Meskipun begitu, program ini bisa diikuti siapa saja jika merasa membutuhkan dan menginginkan. Jadi, silahkan mendaftar di perguruan tinggi yang membuka program ini. 

Berikut daftar program postdoctoral yang bisa Anda pantau tiap tahunnya:

Manfaat Mengikuti Program Postdoctoral 

Mengikuti program nongelar seperti postdoctoral diketahui memberi banyak manfaat. berikut manfaat mengikuti program postdoctoral: 

1. Mengembangkan Keterampilan Meneliti 

Mengikuti program pasca PhD ini bisa membantu mengembangkan keterampilan dalam meneliti. Sebagaimana yang dijelaskan di awal, program ini akan fokus pada kegiatan penelitian. 

Penelitian tersebut sama seperti penelitian saat mengenyam S1, S2, maupun S3 yang dibimbing seorang dosen. Secara khusus, pembimbing disini adalah Profesor yang di Indonesia adalah dosen dengan jabfung Guru Besar. Sehingga lulusan S3 juga.

Penelitian yang dilakukan bisa berjalan dengan durasi 1 maupun 2 tahun. Pada beberapa program, bahkan bisa berjalan lebih lama. Hal ini disesuaikan dengan tingkat kerumitan penelitian dan faktor lainnya. 

2. Mengembangkan Karir Profesional 

Mengikuti program postdoctoral setelah meriah gelar PhD juga bermanfaat untuk mengembangkan karir. Jika Anda berkarir sebagai dosen, riwayat menempuh program ini bisa menjadi nilai tambah pada CV maupun portofolio. 

Sebab bisa menjadi riwayat pengalaman dalam penelitian. Sekaligus menambah riwayat dalam publikasi ilmiah. Sehingga membantu dosen untuk mengembangkan jenjang jabatan fungsional, karena publikasi ilmiah membantu menambah poin angka kredit. 

Sementara bagi peneliti di lembaga penelitian. Pengalaman mengikuti program pasca PhD ini bisa menjadi nilai tambah. Sehingga memiliki peluang lebih besar untuk naik jabatan sesuai kebijakan lembaga yang menaungi. 

3. Membuka Peluang Kolaborasi 

Manfaat ketiga jika masuk dalam program postdoctoral adalah membuka peluang kolaborasi. Dalam hal ini, mahasiswa di program ini bisa memperluas jaringan dengan mengenal lebih banyak dosen dan mahasiswa. 

Selain itu, ada potensi untuk menjalin kerjasama riset bersama Profesor yang memberi bimbingan. Kolaborasi juga bisa dengan dosen selain pembimbing sampai mahasiswa di perguruan tinggi yang sama. 

Bagi dosen dan peneliti, bisa berkolaborasi dalam penelitian maupun publikasi ilmiah adalah kesempatan emas. Sebab bisa meningkatkan kualitas proses penelitian, hasil penelitian tersebut, dan kualitas publikasi yang dihasilkan. 

4. Meningkatkan Kredibilitas 

Program postdoctoral menjadi bukti keseriusan menjadi peneliti maupun dosen profesional. Menyelesaikan program ini tentu sama sulitnya dengan program PhD maupun jenjang pendidikan tinggi di bawahnya. 

Maka tidak semua dosen dan peneliti bisa menyelesaikannya dengan baik. Hal ini tentu menjadi nilai tambah. Sekaligus bisa membangun maupun meningkatkan kredibilitas. Dimana dipandang memiliki keterampilan dalam penelitian yang lebih baik dan lebih mumpuni. 

5. Memenuhi Kualifikasi Menjadi Dosen atau Peneliti 

Bagi dosen atau mahasiswa yang ingin menempuh karir akademik di luar negeri. Misalnya menjadi dosen di negara lain selain Indonesia. Kemudian di negara tersebut mensyaratkan harus menyelesaikan postdoctoral. 

Maka otomatis dengan menyelesaikan program pasca PhD ini, bisa memenuhi kualifikasi tersebut. Sehingga bisa meraih impian menjadi dosen di suatu negara yang dituju. Sekalipun bukan syarat, biasanya pengalaman masuk di program ini bisa menjadi nilai tambah. Sehingga memperbesar peluang lolos rekrutmen dosen. 

Anda bisa mencoba mengembangkan karir dengan mengikuti program-program dari pemerintah, seperti Talent Scouting, Program Detasering, dan masih banyak lagi. Cek semua Daftar Program Dikti untuk Karir Dosen.

Perbedaan Postdoctoral dengan Studi PhD 

Meskipun dilihat dari sisi kegiatan penelitian yang dilakukan antara PhD dengan postdoctoral adalah sama karena sama-sama melakukan penelitian dan dibimbing seorang Profesor. Namun, keduanya jelas memiliki perbedaan. Dilihat dari beberapa aspek, berikut perbedaan PhD dan postdoctoral: 

PhDPostdoctoral
Tahapan AkademikStudi PhD atau S3 bisa setelah menyelesaikan studi S1 sampai S2Harus menyelesaikan PhD terlebih dahulu
PerkuliahanAda kegiatan perkuliahan di semester awalTidak ada kegiatan perkuliahan
TujuanMengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan menelitiMengembangkan keterampilan meneliti sambil mengembangkan karir profesional
Masa Tempuh3-7 tahun1-2 tahun
Output Disertasi, jurnal ilmiahPublikasi ilmiah (prosiding maupun jurnal ilmiah)
Skema PendanaanStudi dengan biaya mandiri atau beasiswaAda biaya yang perlu dibayarkan peserta program postdoctoral

Gaji Postdoctoral 

Bagi siapa saja yang mengikuti program postdoctoral, Anda akan menerima gaji. Sebab sesuai penjelasan sebelumnya, peserta dalam program ini statusnya adalah sedang bekerja melakukan penelitian. Jadi, Anda akan dibayar. 

Belum diketahui apakah di Indonesia ada perguruan tinggi yang menggelar program ini. Namun, dari pemerintah Indonesia sendiri sudah menyediakan beasiswa postdoctoral. Peserta dalam program ini ditujukan untuk dosen dan melakukan penelitian di luar negeri, yakni di perguruan tinggi maupun lembaga penelitian. 

Dosen yang menjadi penerima beasiswa ini akan mendapatkan gaji dalam bentuk tunjangan biaya hidup sesuai ketentuan dari pemerintah. Besarannya disesuaikan dengan standar biaya hidup di negara tempat penelitian dilakukan. 

Sementara di luar negeri, gaji peserta dari program ini terhitung sangat besar. Apalagi jika di-rupiah-kan. Berikut beberapa contohnya: 

  • Amerika Serikat: Rata-rata $50,000 – $65,000 per tahun (sekitar Rp 800 juta – Rp 1 miliar per tahun).
  • Eropa (Uni Eropa, Inggris): €35,000 – €50,000 per tahun (sekitar Rp 580 juta – Rp 830 juta per tahun).
  • Asia (Jepang, Korea, Singapura): $2,500 – $4,000 per bulan (sekitar Rp 40 juta – Rp 65 juta per bulan).

Sebagai informasi tambahan, informasi mengenai gaji di atas bersifat tidak tetap. Ada banyak faktor yang mempengaruhi besaran gaji peserta program postdoctoral, diantaranya: 

1. Institusi atau Lembaga Penelitian 

Secara umum, postdoctoral diselenggarakan oleh perguruan tinggi. Khususnya di negara yang ada di Eropa dan juga Amerika. Meskipun begitu, beberapa perguruan tinggi bekerjasama dengan lembaga penelitian. 

Secara umum, skala institusi maupun lembaga penelitian penyelenggara akan menentukan gaji postdoctoral. Semakin besar skala institusi dan lembaga penelitian tersebut, semakin besar pula gaji yang diterima peserta program. 

Jika mencari program pasca PhD ini dan mengutamakan gaji yang tinggi, Anda bisa memprioritaskan institusi berskala besar, sudah ternama, dan kredibel. Selain gaji lebih terjamin, fasilitas penelitian pun lebih mendukung. 

2. Sumber Pendanaan 

Faktor kedua yang mempengaruhi gaji peserta program postdoctoral adalah sumber pendanaan. Jika program ini diikuti lewat program beasiswa, seperti beasiswa dari pemerintah Indonesia, besaran gaji menyesuaikan kebijakan pemerintah. 

Selain itu, ada beberapa program hibah dari pemerintah dan perguruan tinggi luar negeri. Misalnya beasiswa Fulbright skema tertentu yang mendanai kegiatan postdoctoral. Peserta program akan menerima gaji sesuai kebijakan pemerintah Amerika Serikat selaku penyelenggara program. 

Selain beasiswa Fulbright, masih ada banyak pilihan beasiswa lainnya. Sebut saja seperti DAAD yang merupakan beasiswa dari pemerintah Jerman. Selain dua program ini tentunya masih banyak lagi yang lainnya dan bisa dipertimbangkan. Biasanya gaji untuk beasiswa dari luar negeri lebih tinggi. 

3. Bidang Penelitian 

Faktor lain yang bisa mempengaruhi gaji peserta program postdoctoral adalah bidang penelitian. Harus diketahui, bidang penelitian tertentu dikenal memberi gaji postdoctoral lebih tinggi dibanding bidang penelitian lain. 

Saat ini, bidang keahlian yang diketahui memberi gaji atau kompensasi tinggi adalah di bidang teknologi. Seperti ilmu data, teknologi, atau bioteknologi. Selain bidang ini, sangat mungkin ada bidang lain yang nilai kompensasinya juga tinggi. 

Namun, mengikuti postdoctoral tentu akan disesuaikan dengan bidang keilmuan yang ditekuni sejak S1. Jadi, pertimbangan memilih bidang penelitian bergaji tinggi dirasa kurang relevan.