Mengenal 5 pengembangan karir dosen di Indonesia adalah hal penting, sebab dosen manapun tentu ingin karirnya terus berkembang. Mendekati ujung masa baktinya sebagai dosen tentunya ada keinginan sudah sampai di puncak karir, yakni memangku Guru Besar.
Ada yang punya impian dan keinginan serupa? Jika memang memilikinya, maka sebaiknya dari sekarang sudah mulai meniti karir. Mengembangkan karir langkah demi langkah, tahap demi tahap, sampai ke puncak.
Sebab dosen baru bisa sampai ke puncak karirnya sebagai Guru Besar jika sudah mempersiapkan diri sejak awal meniti karirnya sebagai dosen. Kemudian, untuk bisa meniti karir penting untuk mengembangkan karir ini dengan benar. Seperti apa langkahnya?
Daftar Isi
TogglePengembangan Karir Dosen di Indonesia
Dosen sama seperti profesi lain pada umumnya, ada jenjang karir yang bisa diupayakan dan diperjuangkan para dosen. Sesuai dengan aturan yang berlaku dosen memiliki empat jenjang karir.
Dimulai dari Asisten Ahli yang bisa diraih oleh dosen PNS yang lulus CPNS jika mampu menunjukan ijazah S2. Kemudian bisa diraih oleh dosen non PNS jika sudah mengabdi selama 2 tahun dan mengumpulkan angka kredit minimal 150 poin.
Setelahnya, dosen bisa mengembangkan karirnya lagi menjadi Lektor, lalu Lektor Kepala, dan kemudian menjadi Guru Besar. Karir dosen bisa terus berkembang tidak hanya dipengaruhi oleh angka kredit yang dikumpulkan setiap melaksanakan tugas pokok dan penunjang.
Setidaknya ada 5 pengembangan karir dosen di Indonesia yang perlu dilakukan dan diupayakan. Adapun 5 pengembangan karir dosen yang dimaksud adalah:
1. Sertifikasi Pendidik
Hal pertama di dalam 5 pengembangan karir dosen di Indonesia adalah mendapatkan sertifikasi pendidik. Yakni dengan mengikuti sertifikasi dosen atau serdos yang umum digelar setiap tahunnya, per tahun setidaknya ada 3 gelombang.
Hal ini menjadi yang pertama, karena dengan memiliki sertifikasi maka dosen sudah diakui sebagai dosen profesional. Kemudian mendapatkan lebih banyak kesempatan akademik, termasuk peningkatan gaji lewat tambahan tunjangan sertifikasi.
Supaya bisa ikut serdos, maka dosen wajib memenuhi semua syaratnya terlebih dahulu. Dimulai dengan memiliki NIDN, sehingga harus mengejar dulu status sebagai dosen tetap di kampus.
Kemudian, sudah memangku jabatan Asisten Ahli dan memenuhi BKD selama 2 tahun (4 semester) berturut-turut. Jadi, fokus dulu mendapatkan status dosen tetap agar mendapatkan NIDN. Jika sudah, silahkan fokus mengajukan jabfung AA.
Penuhi semua syaratnya, pelajari juga prosedur mengikuti serdos. Sebab tidak tertutup kemungkinan serdos mengalami perubahan aturan. Mengingat tahun 2021, Kemendikbud Ristek memperkenalkan sistem Serdos Smart 2021.
Baca Juga:
Syarat Dosen Pembimbing Skripsi
2. Studi Lanjut S3
Jika membahas mengenai 5 pengembangan karir dosen di Indonesia maka masalah studi lanjut dijamin masuk di dalamnya. Dosen yang ingin menjadi Lektor Kepala dan Guru Besar sudah harus punya ijazah S3.
Jadi, jangan dulu duduk manis dan bersenandung ria sebelum menyelesaikan studi S3. Baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri, dan baik itu dengan biaya sendiri maupun dengan dukungan program beasiswa.
Melanjutkan studi sampai jenjang S3 adalah kunci bagi dosen untuk sampai ke puncak karir jabatan fungsional atau jabfung. Selain itu, dosen punya kesempatan menjadi ahli di bidangnya.
Sebab seorang ahli di bidang keilmuan sudah tentu mengenyam pendidikan sampai jenjang Doktoral. Nilai tambah lainnya, adalah bisa sekaligus melakukan publikasi. Sebab disertasi di S3 wajib dipublikasikan menjadi jurnal.
Jurnal ini nantinya bisa membantu memenuhi syarat publikasi untuk kenaikan jabfung. Baik lewat jalur reguler maupun loncat jabatan. Sehingga sangat penting bagi dosen untuk melakukan studi lanjut sampai S3.
3. Pengembangan Kompetensi Profesional
Poin ketiga dalam 5 pengembangan karir dosen di Indonesia adalah pengembangan kompetensi profesional. Dosen bukan hanya menjadi sumber ilmu yang mentransfernya ke mahasiswa dan masyarakat luas.
Dosen juga memiliki tugas sekaligus kewajiban untuk terus belajar, demi meningkatkan kompetensi profesional yang dimiliki. Sehingga sepanjang karirnya, dosen perlu terus mengembangkan diri.
Pertama, dengan melanjutkan studi tidak hanya sampai S2 saja melainkan sampai S3 yang sudah dijelaskan sebelumnya. Kedua, aktif mengikuti pelatihan baik yang diselenggarakan pihak kampus maupun pemerintah.
Pelatihan dari pemerintah yang wajib ini antara lain pelatihan PEKERTI dan AA yang dalam Serdos Smart 2021 menjadi salah satu syarat umum. Selain dari itu, dosen harus aktif belajar.
Sebab dosen memiliki kewajiban untuk menguasai tidak hanya satu kompetensi, tapi minimal 4 kompetensi. Yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial, dan kompetensi profesional.
Baca Juga:
Cara Menghitung Beban Kerja Dosen
Dosen Pengampu dan Kategori Dosen Lainnya
4. Kenaikan Jabatan Akademik
Dosen yang bertanggung jawab terhadap profesinya adalah dosen yang fokus dalam jenjang karir, yakni pada jabatan fungsional atau jabfung. Dosen masih tetap bisa mengabdi sebagai tenaga pendidik tanpa jabfung.
Hanya saja kondisi ini ibarat makan sayur tanpa garam, sangat hambar, dan tentunya tidak diperkenankan. Sebab dosen harus punya target untuk menorehkan banyak prestasi akademik. Sebagai bukti dirinya bertanggung jawab atas profesinya.
Jadi, dosen dalam meraih 5 pengembangan karir dosen di Indonesia juga harus fokus meraih jabfung tertinggi. Masalah bisa tidaknya menjadi Guru Besar adalah persoalan nanti, poin terpenting adalah sudah mencoba.
Kenaikan jabfung memang butuh proses yang menuntut kesabaran, konsistensi, dan juga niat hati yang tulus. Sebab ada kalanya prosesnya panjang dan melelahkan. Namun bisa juga terasa sangat mudah. Jadi, harus sudah dipersiapkan sejak awal karir.
5. Pengembangan Karya Ilmiah dan Publikasi
Poin terakhir di dalam 5 pengembangan karir dosen di Indonesia adalah pengembangan karya ilmiah dan publikasi. Semakin rajin seorang dosen menulis dan melakukan publikasi, maka semakin mudah karirnya berkembang.
Bahkan di Indonesia, berhasil melakukan publikasi menjadi syarat untuk berbagai keperluan. Mulai dari serdos, kemudian pengajuan jabfung dari AA sampai GB (Asisten Ahli ke Guru Besar), syarat program beasiswa, syarat kelulusan S3, dan lain-lain.
Hal ini menunjukan publikasi sangat krusial bagi karir seorang dosen di dunia akademik. Maka perlu disadari dan dipahami sejak awal, karena proses publikasi ini panjang.
Contohnya jurnal, sejak naskah diterima editor jurnal sampai terbit bisa memakan waktu 6 bulan bahkan lebih dari setahun. Bisa dibayangkan ya berapa waktu yang diperlukan untuk mempublikasikan 2 jurnal ke atas?
Rajin melakukan publikasi membuat dosen produktif dan ikut berkontribusi dalam mengembangkan IPTEK di Indonesia dan dunia. Sekaligus mengasah kemampuan menulis dan public speaking jika karya tulis dipublikasikan lewat prosiding.
Ada banyak manfaat bisa dipetik dengan pengembangan karya ilmiah dan publikasi. Oleh sebab itu, usahakan fokus untuk produktif menulis dan aktif melakukan publikasi.
Publikasi pertama mungkin berat, namun yang kedua dan seterusnya akan terasa lebih mudah.
Pembahasan 5 pengembangan karir dosen di Indonesia tentu sangat penting, supaya dosen bisa terus mengembangkan diri dan karirnya di dunia akademik. Hal ini sebagai bentuk tanggung jawab, memberi kontribusi, dan mensejahterakan kehidupan dosen itu sendiri.
Artikel Terkait:
11 Cara Mengajar Dosen yang Baik