Memperbesar peluang untuk mendapatkan hibah penelitian, maka usulan penelitian yang diajukan wajib memiliki novelty penelitian. Novelty disebut juga dengan istilah kebaruan yang menjadi ciri khas sekaligus nilai tambah dari usulan penelitian yang diajukan.
Dalam program hibah, keberadaan novelty bahkan menjadi substansi penting yang dinilai. Memahami arti pentingnya, tentu perlu menemukan novelty dari usulan penelitian yang akan diajukan. Namun, bagaimana cara menemukannya?
Novelty penelitian menjadi unsur penting dalam memaksimalkan kegiatan penelitian. Sebab tanpa novelty maka seorang dosen akan melakukan penelitian yang sama persis dengan penelitian sebelumnya. Maka penelitian tersebut sia-sia.
Dalam program hibah, keberadaan novelty bahkan menjadi wajib. Pasalnya menjadi substansi penilaian untuk menentukan apakah proposal usulan yang diajukan layak didanai atau sebaliknya.
Proposal usulan yang tidak memiliki novelty biasanya akan dinyatakan gagal di tahap seleksi substantif. Bagaimana jika topik penelitiannya bagus? Atau mungkin dosen pengusul memang dikenal sudah menjadi ahli di bidangnya?
Maka akan sangat disayangkan jika proposal yang diajukan tidak menjelaskan novelty penelitian. Baik karena lupa maupun karena memang sengaja tidak dicantumkan karena tidak paham apa itu novelty. Program hibah pun akan lewat begitu saja.
Novelty penelitian atau kebaruan penelitian adalah unsur kebaruan dari sebuah rencana kegiatan penelitian. Secara sederhana, novelty ini merupakan sebuah hal baru yang ditawarkan suatu rencana penelitian sehingga tidak sama dengan penelitian sebelumnya.
Kebaruan bisa didapatkan dengan meneliti topik yang memang belum pernah diteliti oleh siapapun sebelumnya. Namun, bisa juga mengusung topik yang sudah pernah diteliti dosen atau peneliti lain. Akan tetapi memiliki suatu unsur baru yang lebih segar.
Sebagai contoh, seorang dosen mengusung topik penelitian pengolahan sampah dengan teknologi X dalam sebuah program hibah. Rupanya teknologi pengolahan sampah juga pernah diteliti dan ditemukan dosen 2 tahun yang lalu.
Hanya saja jenis teknologi yang dipakai berbeda. Perbedaan ini bisa disebut sebagai novelty dalam penelitian. Novelty bisa hanya berupa perbedaan sederhana, akan tetapi dampaknya bisa saja lebih maksimal. Sebab yang namanya IPTEK tentu berkembang dengan pesat.
Tidak sedikit dosen yang mengaku mengalami kesulitan dalam menemukan novelty. Jadi, menemukan kebaruan dalam kegiatan penelitian memang menjadi persoalan gampang-gampang susah.
Kadang dengan adanya tambahan faktor keberuntungan, maka novelty lebih mudah ditemukan. Sehingga dosen bisa segera menyusun rencana kegiatan penelitian dan disusun menjadi proposal hibah.
Namun, ada pula yang sebaliknya. Jika Anda berada di situasi kedua dan merasa frustasi tidak kunjung menemukan novelty penelitian. Maka beberapa cara menemukan novelty dalam penelitian:
Cara pertama yang bisa dilakukan dosen untuk menemukan novelty dalam kegiatan penelitian adalah menganalisis apa yang disukai dan dikuasai. Secara aturan, misalnya yang tertuang di dalam PO PAK.
Penelitian dan aktivitas Tri Dharma lain yang dijalankan dosen wajib sesuai dengan bidang keilmuan dosen tersebut. Maka silahkan mulai melakukan analisis melalui bidang keilmuan yang selama ini ditekuni, dikuasai, dan bahkan disukai.
Cara ini menjadi cara pertama karena dinilai lebih mudah dibanding cara lain yang nanti akan dijelaskan di bawah. Seorang dosen yang sudah menempuh pendidikan minimal sampai jenjang S2 di jurusan yang linier.
Dijamin paham betul bidang keilmuan yang ditekuni. Kira-kira, topik atau materi mana yang paling disukai dan dikuasai? Materi yang disukai dan dikuasai akan lebih mudah disadari adanya novelty penelitian.
Sebab sudah menguasainya dengan baik, sehingga tahu betul teori atau teknologi yang dikuasai tersebut kekurangannya apa. Kemudian akan memikirkan bagaimana cara mengatasi kekurangan tersebut. Disini novelty dengan mudah didapatkan.
Jika Anda menggunakan istilah “kebaruan” terasa berat dan otak buntu. Maka ganti pemahaman novelty menjadi “pembeda” dengan penelitian sebelumnya. Cara kedua untuk menemukan novelty adalah mencari research gap atau celah kosong.
Celah kosong ini bisa dikatakan sebagai kekurangan dari penelitian sebelumnya. Celah kosong tidak melulu membahas mengenai metode penelitian baru, bisa sekedar perbedaan sederhana.
Misalnya, peneliti X 2 tahun yang lalu meneliti teknologi A. Rupanya dalam memanfaatkan teknologi A tersebut menggunakan energi baterai, padahal sekarang sudah ada teknologi listrik.
Maka bisa mencoba melakukan penelitian dengan topik sama akan tetapi dengan sumber energi yang berbeda untuk teknologi yang digunakan. Perbedaan ini adalah research gap yang kemudian bisa menjadi novelty.
Jadi, jangan merasa bahwa research gap dan novelty susah ditemukan karena harus benar-benar baru. Padahal dengan adanya perbedaan kecil yang kemudian secara teori bisa memberi hasil berbeda. Maka sudah bisa dijadikan pembeda alias novelty tadi.
Baca Juga:
Cara terakhir untuk mendapatkan novelty penelitian adalah melakukan studi literatur. Studi literatur bisa disebut juga dengan istilah review artikel. Artikel disini adalah artikel ilmiah yang sudah diterbitkan di jurnal-jurnal.
Baik itu jurnal nasional maupun internasional. Disarankan dalam studi literatur memilih jurnal yang dipublikasikan 5 tahun terakhir. Tujuannya untuk mencegah menemukan aspek yang dianggap novelty ternyata sudah diteliti dosen lain setahun yang lalu.
Semakin baru jurnal yang dikaji maka semakin mudah menemukan novelty dalam penelitian. Sekaligus meminimalisir novelty yang sama sudah diteliti oleh dosen lain belum lama ini.
Kemudian, poin kedua adalah membaca bagian yang menjelaskan novelty. Biasanya pada bab pertama atau bab pendahuluan. Khususnya di sub bab latar belakang masalah.
Jika menjelaskan novelty penelitian tersebut, maka bisa memikirkan novelty lain dari penelitian dengan topik yang sama. Sehingga berbeda dan dijamin belum pernah diteliti peneliti lain. Apalagi jika jurnal yang dikaji baru saja diterbitkan.
Jadi, kenapa novelty penelitian penting untuk ditemukan oleh dosen? Jawabannya adalah untuk memastikan penelitian yang diusulkan dosen tersebut berbeda dengan penelitian sebelumnya. Sehingga tidak mengulang penelitian yang sama.
Kenapa seorang dosen perlu repot-repot melakukan penelitian yang sudah pernah dilakukan orang lain dan hasilnya juga sudah jelas? Kemudian, kenapa pemerintah harus repot mencairkan pendanaan untuk penelitian yang diulang-ulang?
Pengulangan terhadap kegiatan penelitian pada akhirnya akan mendapatkan temuan yang sama. Lalu, peran dari penelitian akan pudar. Dimana diharapkan suatu penelitian berhasil mendapatkan temuan baru.
Baik itu teori, mesin, teknologi, dan sebagainya yang sifatnya baru dan lebih baik. Jadi, novelty penelitian akan memastikan suatu penelitian layak dilakukan seorang dosen. Penelitian tersebut juga layak ditanggung kebutuhan biayanya oleh pemerintah.
Artikel berikut akan membantu Anda dalam menyusun Proposal Penelitian :
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…