Jakarta – Merebaknya virus Corona membuat dosen UI ciptakan obat untuk pencegahan juga mengobati. Ia adalah Dr. Eng. Muhamad Sahlan, S.Si., M.Eng., dosen yang melakukan penelitian terhadap senyawa propolis, yang kemudian diterapkan untuk menghadapi penyakit Virus Corona.
Sahlan begitu ia kerap disapa merupakan dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia (UI). Ia salah satu dari sekian dosen dan peneliti di dunia yang mencoba menciptakan obat untuk pencegahan dan pengobatan virus corona.
Dalam Tridharma Perguruan Tinggi, dosen mengemban tugas mengajar, meneliti, dan mengabdikan diri pada masyarakat. Tidak hanya berpikir secara teoritis, dosen juga harus mampu berpikir untuk memecah masalah secara praktis. Ide-ide yang dikembangkan dosen mampu menghasilkan solusi atas permasalahan dihadapi masyarakat. Untuk itu penelitian-penelitian yang dilakukan dosen bisa diterapkan, bukan sekadar kajian akademis saja.
Dilansir siedoo.com, negara-negara lain pun melakukan hal sama. Cina sendiri berusaha mengembangkan obat dengan berlandaskan riset Prof. Yang dari Shanghai Tech University pada bulan Januari 2020 lalu.
Dikutip dari radardepok.com, Hendri D.S Budiono selaku Dekan Fakultas Teknik UI menyebut hasil penelitian Sahlan ini sangat menjanjikan untuk dikembangkan. Sehingga penelitian ini bisa sangat memungkinkan untuk diaplikasikan agar bermanfaat sebagai alternatif obat dari Indonesia.
Ketika Hendri memaparkan ini, virus Corona belum masuk ke Indonesia. Apabila mengacu pada konteks sekarang yakni beberapa orang di Indonesia telah terjangkit virus Corona maka kemungkinan penerapan hasil penelitian Sahlan jauh lebih besar dibandingkan sebelumnya.
“Saat ini penelitian yang dilakukan dosen kami dan tim sedang pada tahap mengenali senyawa-senyawa yang potensial untuk dikembangkan sebagai obat Covid-10. Tahapan selanjutnya adalah pengoptimasian senyawa-senyawa tersebut sebelum dilakukan uji klinis dan pengembangan obat,” ujar Hendri.
Sahlan mengembangkan senyawa propolis yang berasal dari lebah Tetragonula biroi aff. Senyawa ini diklaim mampu mencegah penyebaran virus Corona (COVID-19). Virus yang mulanya muncul di Wuhan, Taiwan, saat ini telah merebak ke banyak negara termasuk Indonesia. Saat tulisan ini dibuat, tercatat 34 orang di Indonesia yang positif terjangkit virus ini.
Berdasarkan publikasi dalam ui.ac.id, propolis ini terbukti mengandung komponen penghambat alami yang dapat digunakan untuk menciptakan obar dengan minimal dampak negatif terhadap tubuh manusia atau pun sumber daya alam. Karakteristik propolis ini ditentukan oleh lokasi dan sumber tanamannya. Sehingga setiap senyawa propolis yang dihasilkan akan berbeda-beda karena bergantung dengan lokasi, sumber tanaman, hingga proses penelitian.
Sahlan telah meneliti propolis ini selama sembilan tahun. Menurutnya untuk memutuskan penyebaran virus ini, perlu senyawa kimia sebagai penghambat. Senyawa ini dinamakan N3 yang menjadi alternatif obat untuk mengatasi virus Corona. Senyawa ini dinilai mampu menghentikan persebaran virus Corona melalui sel hidup. Jadi virus ini harus menempel pada sel hidup terlebih sebelum berkembang biak.
Proses inilah yang perlu dihentikan agar tidak terjadi perkembangbiakkan. Sahlan menyampaikan, pada penelitiannya, propolis yang dia teliti memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3. Sahlan menyampaikan, hasil penelitiannya menunjukkan, propolis yang ia teliti memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3.
“Yang menarik bagi saya, propolis yang saya teliti ini memiliki sifat menghambat proses menempelnya virus terhadap sel manusia yang mirip dengan senyawa N3. Dengan menggunakan struktur model COVID-19 yang ada, senyawa-senyawa propolis diujikan untuk melihat apakah dapat membentuk ikatan pada virus COVID-19 bila dibandingkan dengan ikatan senyawa N3,” ujar Sahlan.
Hasil pengujian terhadap senyawa tersebut menunjukkan tiga dari sembilan senyawa propolis asli Indonesia memiliki kekuatan menempel yang cukup baik pada virus covid-19. Bila senyawa N3 memiliki nilai -8, senyawa Sulawesins a memiliki nilai -7.9, Sulawesins b (-7.6) dan deoxypodophyllotoxin (-7.5).
Sahlan menjelaskan jika semakin negatif nilai yang dimiliki senyawa tersebut maka kemampuan menempel pada virus Corona semakin besar. Sebaliknya, jika semakin positif nilainya maka besarnya kemampuan menempel pun berkurang. Sehingga virus tidak mampu menempel pada sel hidup manusia.
Hasil penelitian Sahlan ini bisa dijadikan contoh sebagai penelitian yang bisa diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada. Sehingga hasil penelitian ini memberikan dampak secara nyata dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat. Buah pikiran dan kerja keras dosen maupun peneliti bisa menjawab permasalahan yang muncul.
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…
View Comments
Ayo Prof semangat, tidak ada penyakit yg tidak ada obatnya. Btw sudah coba senyawa rebusan daun asoka, jeruk nipis dan daun pandan belum? Dulu Ibu saya selalu buatkan ramuan tsb kalau saya panas dalam dan hilang suara krna dahak di pita suara sepertinya.
Ayo Prof... semangat teruskan penelitiannya. Mudah-mudahan segera dapat dipaten dan disebarluaskan!