Perjalanan Karir Seorang Dr. Mahmud Arif Menjadi Dosen – Setiap orang tentu memiliki perjalanan karir yang beragam, beberapa cenderung mulus tanpa hambatan. Beberapa lagi yang lainnya dihadapkan pada berbagai hambatan dari sejak awal sampai mampu mencapai kesuksesan.
Hal serupa tentu juga dialami bagi siapa saja yang menekuni profesi mulia sebagai dosen. Salah satu dosen PNS di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta yakni Dr. Mahmud Arif sedikit bercerita mengenai perjalanan karirnya di dunia dosen.
Baca juga : Perjuangan Dr. Mahmud Arif Untuk Survive Menjadi Dosen Profesional
Dr. Mahmud Arif akrab disapa Pak Arif oleh mahasiswa maupun orang disekitarnya, termasuk di lingkungan kampus. Saat ini dirinya menjadi salah satu dosen PNS di UIN Sunan Kalijaga dan terhitung aktif mengajar sejak tahun 1998 setelah lolos seleksi Dosen PNS di tahun 1997.
Dr. Arif lahir dari seorang ayah yang sempat menekuni profesi sebagai guru di madrasah, dan kemudian beralih profesi menjadi mandor proyek bangunan karena alasan ekonomi. Sedangkan sang ibu merupakan wanita yang fokus menjadi ibu rumah tangga.
Sejak kecil akrab dengan aktivitas sang ayah yang mengajar ternyata memberikan sedikit keinginan menjadi pengajar. Memasuki masa perkuliahan dirinya kemudian memutuskan untuk menjadi seorang dosen.
Dulunya selepas menamatkan pendidikan di MA (Madrasah Aliyah) setingkat SMA, oleh pihak keluarga diminta untuk melanjutkan ke pesantren. Namun dari dukungan sang ibu dirinya kemudian bisa melanjutkan ke perguruan tinggi.
Bersama salah satu teman dekatnya, Dr. Arif kemudian memutuskan datang ke Yogyakarta untuk mendaftar sebagai mahasiswa di Fakultas Tarbiyah. Alhamdulillah diterima, dan selama masa perkuliahan tersebut memperoleh banyak pengalaman menarik.
Saat awal perkuliahan Dr. Arif mengaku kurang puas karena seolah mengulang kembali materi yang didapat selama di MTs dan juga MA. Selain itu dirinya juga dihadapkan pada tantangan harus jauh dari keluarga.
Namun, sejak awal dirinya bersama dukungan sang ibu memilih untuk kuliah dan tentunya tidak ingin menyesalinya. Maka memutuskan untuk fokus lulus tepat waktu dan menorehkan prestasi terbaik.
Selama kuliah memang dianjurkan untuk tinggal di pondok pesantren namun sulit untuk dipenuhi. Sebagai alternatif, Dr. Arif memilih tinggal di sebuah pondokan yang dekat dengan sebuah pesantren sehingga sesekali ikut mengaji para santri disana.
Suatu ketika dirinya ikut dalam proses pembacaan ulang materi tafsir dari kyai yang mengasuh para santri. Dinilai bagus maka dirinya diminta untuk menjadi salah satu pengajar di pesantren tersebut.
Sejak saat inilah kemampuannya dalam mengajar atau menjadi dosen mulai tumbuh. Setelah selesai dari S1 dengan prestasi IPK Tertinggi dari rektor dan lulus tercepat kedua, maka memberikannya tiket untuk bisa mendapat beasiswa dan menjadi dosen.
Masuk ke jenjang S2 Dr. Arif berhasil mendapatkan beasiswa penuh dari Kemenag RI, dan mengikuti proses seleksi penerimaan dosen di UIN Sunan Kalijaga. Berkat prestasi akademik selama S1 dan beasiswa yang didapat, dirinya bisa masuk ke jalur almamater sebagai dosen.
Tidak berselang lama Dr. Arif memutuskan melanjutkan ke S3 di UIN Sunan Kalijaga dan berhasil lulus di tahun 2006. Selama masa tersebut dirinya pernah mengikuti short courses di Nanyang Technological University (NTU), Singapore dan juga di Pascasarjana UNY untuk bidang pendidikan dasar.
Dr. Arif mengaku proses selama menjadi dosen tidak mudah terutama di masa awal. Ketika dirinya belum memiliki penghasilan yang bagus dan tidak disokong finansial dari keluarga. Kondisi pun bertahan cukup lama karena Dr. Arif harus membantu membiayai kuliah adik-adiknya di Yogyakarta.
Namun, dengan keyakinan penuh dan perjuangan untuk menekuni profesi dosen. Kondisi pun membaik terutama ketika sudah menyelesaikan pendidikan S3. Dimana kondisi perekonomian membaik dan membantu dirinya untuk membeli tempat tinggal yang lebih layak.
Dr. Arif juga mengisi kesehariannya dengan aktivitas produktif untuk fokus menerapkan isi TRi Dharma Perguruan Tinggi. Sebab seorang dosen memang memiliki banyak kewajiban baik itu mengajar, terus belajar, melakukan penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Setiap penelitian dan pengabdian yang dijalankan perlu diakses oleh masyarakat luas, sehingga penting untuk melakukan publikasi. Dr. Arif kemudian juga aktif menulis buku yang penerbitannya dibantu oleh deepublish.
Saat ini sudah ada 10 judul buku yang berhasil dipublikasikan, dan diharapkan bisa terus bertambah. Apalagi target yang ingin diraih Dr. Arif dalam waktu dekat adalah menjadi Guru Besar.
Pemilihan deepublish sendiri karena mampu membantu Dr. Arif untuk mengedit naskah dengan baik. Selain itu mendapat kesempatan untuk mempublikasikan karyanya secara digital, ditambah layanan yang profesional dan memiliki unsur human relationship yang bagus.
Kedepannya, Dr. Arif berharap agar deepublish menyediakan layanan untuk menerbitkan buku-buku keagamaan menjadi lebih banyak lagi.
Penulis : duniadosen.com/Pujiati
Narasumber : Dr. Mahmud Arif
Editor : Wahyudha Wibisono
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…
Secara garis besar, kegiatan akademik dosen yang bersifat wajib ada tiga dan mengacu pada tri…
Mempertimbangkan penggunaan AI untuk membuat pertanyaan tentu menarik untuk dilakukan. Sebab, pada saat membuat pertanyaan…
Memahami apa saja isian data publikasi untuk kenaikan jabatan fungsional di SISTER tentu penting karena…
Sesuai dengan Kepmendikbud Nomor 500 Tahun 2024, salah satu indikator kinerja dosen adalah dosen menjadi…