Aspek penting dari kualitas pendidikan dapat diukur dari publikasi penelitian. Tanpa publikasi yang memadai, manfaat penelitian tidak sampai ke masyarakat. Oleh karena itu, publikasi penelitian dosen sebagai ilmuan dalam suatu lembaga pendidikan, sangat menentukan mutu pendidikan. Salah satu parameter melihat kelayakan publikasi ialah saat karya ilmiah terindeks Scopus.
Scopus diimiliki oleh Elsevier, salah satu penerbit utama dunia. Scopus adalah sebuah pusat data terbesar di dunia yang mencakup puluhan juta literatur ilmiah yang terbit sejak puluhan tahun yang lalu sampai saat ini. Bahkan, walau jumlahnya tidak banyak ada beberapa literatur dalam pusat data Scopus, sudah diterbitkan di jaman sebelum terjadi Perang Dunia II.
Fungsi utama Scopus adalah membuat indeks literatur ilmiah untuk memberikan informasi yang akurat mengenai data masing-masing artikel ilmiah, termasuk di dalamnya adalah data publikasi, abstrak, referensi, dan lain-lain.
Scopus juga memberikan data untuk menunjukkan tingkat pengaruh suatu jurnal, atau institusi, atau lembaga pendidilkan semacam universitas dalam dunia publikasi ilmiah berdasarkan hubungan sitasi dari dan ke artikel-artikel yang diterbitkan. Penerbitannya berawal dari sebuah jurnal atau dipublikasikan oleh peneliti-peneliti dari suatu institusi. Maka, pengguna Scopus dengan mudah mendapatkan informasi mengenai apa yang sudah dipublikasikan oleh penerbit-penerbit atau lembaga-lembaga riset dari seluruh dunia; dan ke mana sebaiknya kita mempublikasikan karya kita.
Apakah karya ilmiah para dosen di Indonesia sudah banyak yang masuk ke Scopus? Ternyata Jumlahnya sangat minim dan dapat dihitung dengan jari. Dalam beberapa laporan, karya ilmiah dalam bentuk jurnal ilmiah yang terindeks Scopus per Februari 2015 ialah 22 jurnal. Total 22 jurnal, 5 tidak aktif (2 berhenti, 3 ganti nama), 17 aktif termasuk 2 terindeks di tahun 2014, Al-Jami’ah dari UIN Sunan Kalijaga dan Biodversitas dari MIPA UNS. Bagaimana bisa para dosen di Indonesia melewatkan indeks Scopus yang bergengsi ini? Tentu saja banyak faktor yang melatar belakangi persoalan itu, termasuk karya ilmiah harus memenuhi kriteria standar yang telah ditentukan. Memenuhi kriteria tersebut tidaklah gampang.
Dua Tahap Awal Sebagai Batu Loncatan
Akan tetapi, ada satu cara agar dosen di Indonesia memulai karir publikasi ilmiah yang tinggi, yakni dengan diawali dengan produktivitas publikasi buku ajar, atau penerbitan materi-materi kuliah yang sistematis. Langkah awal itu dapat memacu kreativitas dan kualitas penulisan karya, penelitian, maupun referensi. Langkah awal tersebut dapat menanggulangi karya ilmiah yang memang membutuhkan tenaga ekstra untuk terindeks dalam Scopus.
Langkah berikutnya ialah dengan meningkatkan produktivitas jurnal ilmiah di masing-masing displin keilmuan. Di setiap fakultas atau universitas. Selain tujuannya untuk meningkatkan produktivitas meneliti dan menulis hasil penelitian itu, juga untuk membangun jurnal yang dapat dipertanggung jawabkan. Akreditasi dari jurnal tersebut nantinya dapat menaikkan rating hingga terindeks di Scopus.
Kerja Keras untuk Kualitas Pendidikan
Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristek Dikti) Indonesia harus bekerja keras ‘menyadarkan’ para peneliti dan dosen Indonesia untuk terbiasa mempublikasikan penelitiannya. Bukannya kementerian, para individu dosen pun harus bekera keras. Sepertinya pekerjaan menulis adalah pekerjaan ‘Maha’ susah bagi Mayoritas dosen Indonesia. Memang beberapa orang masih berpendapat bahwa hasil penelitian yang penting berkontribusi pada masyarakat walaupun tidak dipublikasi.
Sudah saatnya para peneliti di indonesia menuliskan karya ilmiah dalam berbagai manuscript agar dapat dibagi tidak hanya bersifat lokal tetapi dapat mendunia sehingga secara tidak langsung akan membawa nama negara, bangsa, kampus dan almamater. Jangankan menulis paper atau karya ilmiah yang dipublikasi, jumlah tulisan pun rendah. Tetapi, kita tidak seharusnya memandang terus ke belakang. Para dosen sebagai salah satu agen pembangunan bangsa, berwawasan ke depan, dan yakin bahwa kualitas pendidikan di Indonesia sangat ditentukan oleh publikasi karya ilmiah.
Sumber:
http://www.kopertis12.or.id/2015/04/05/daftar-jurnal-indonesia-terindex-scopus-february-2015.html
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…