Menjadi dosen yang bertanggung jawab adalah yang bisa menyelesaikan seluruh hal yang kerap menghambat karir dosen. Sehingga sepanjang masa karirnya di dunia akademik bisa memiliki jabatan fungsional yang terus merangkak naik.
Mengembangkan karir akademik memang bukan persoalan mudah, terlihat dari banyaknya dosen yang harus jatuh bangun untuk meraihnya. Butuh waktu puluhan tahun bagi dosen untuk bisa meraih jabatan fungsional tertinggi.
Selain harus menyusun strategi pengembangan karir yang tepat dosen juga dituntut untuk piawai dalam mengelola berbagai hambatan yang menghadang. Kira-kira, apa saja yang bisa hambatan tersebut dan bagaimana menghadapi dan mengatasinya?
Sebelum sampai ke pembahasan mengenai daftar hal yang kerap menghambat karir dosen, maka pahami dulu hubungan antara profesi dosen dan karirnya. Dosen merupakan tenaga pendidik di perguruan tinggi yang bertugas mentransferkan ilmu yang dimiliki.
Proses transfer ilmu tersebut adalah dengan melaksanakan seluruh isi Tri Dharma yang mencakup pendidikan dan pengajaran, penelitian dan publikasi ilmiah, dan pengabdian kepada masyarakat.
Disamping menjalankan tugas pokok sesuai isi Tri Dharma, dosen juga memiliki tugas penunjang. Tugas penunjang ini akan melengkapi dan menyempurnakan pelaksanaan seluruh tugas pokok tersebut.
Menariknya lagi, dosen dengan kualifikasi tertentu juga berkesempatan untuk melaksanakan tugas tambahan. Yakni memangku jabatan struktural di perguruan tinggi tempatnya mengabdi. Entah menjadi dekan, rektor, ketua prodi, dan lain sebagainya.
Dosen tidak memiliki kewajiban untuk melaksanakan tugas tambahan. Namun, dosen memiliki kewajiban dan kebutuhan untuk mengembangkan karir akademiknya lewat jabatan fungsional. Kenapa?
Sebab memangku jabatan fungsional menunjukan dosen tersebut bertanggung jawab atas pilihan profesi yang diambil. Sehingga memiliki karir yang terus berkembang sebagai indikator bahwa doen tersebut terus mengalami pengembangan kualitas diri.
Dosen dengan jabatan fungsional yang tinggi dan mampu mengatasi berbagai hal yang kerap menghambat karir dosen. Nantinya akan ikut membantu mengembangkan perguruan tinggi tempat dosen mengabdi. Sekaligus mengembangkan pendidikan nasional.
Alasannya adalah, karena lewat jabatan fungsional yang tinggi dosen ikut berkontribusi memaksimalkan hasil akreditasi dari BAN-PT. Jika perguruan tinggi mengantongi akreditasi memuaskan maka masa depan perguruan tinggi lebih terjamin.
Sebab PT tersebut tidak perlu pusing mencari mahasiswa, justru mahasiswa akan datang dengan sendirinya. PT yang memiliki mahasiswa banyak setiap tahunnya maka dipastikan eksistensinya akan bertahan lama bahkan bisa abadi.
Lewat jabatan fungsional tinggi juga, dosen bisa menjadi ahli di bidang keilmuan yang ditekuni dan kemudian melakukan publikasi ilmiah sebanyak mungkin. Publikasi ilmiah yang maksimal membawa PT tempatnya mengabdi masuk ke perangkingan internasional.
Tentunya dengan tetap memenuhi kriteria penilaian lainnya dari lembaga pemeringkatan. Nama PT yang masuk pemeringkatan internasional tentunya akan masuk jajaran PT terbaik di dunia.
Hal ini sekaligus membawa nama baik pendidikan Indonesia di dunia. dan membuatnya semakin dikenal. Masih banyak lagi manfaat yang bisa diberikan dosen lewat karir akademiknya yang cemerlang. Sehingga penting untuk diperjuangkan sejak awal meniti karir.
Baca Juga:
Syarat Dosen Pembimbing Skripsi
Banyaknya atau besarnya manfaat dari pengembangan karir akademik bagi dosen memang membuatnya sangat tepat untuk dikejar. Apalagi dengan jabatan fungsional tinggi, seorang dosen juga merasakan banyak manfaat.
Mulai dari pendapatan yang lebih baik dengan banyaknya jenis tunjangan yang diterima. Sampai kesempatan akademik yang lebih banyak untuk diraih. Sebut saja seperti kesempatan besar mendapatkan dana hibah untuk penelitian dan pengabdian kepada masyarakat.
Oleh sebab itu, dosen sangat tepat jika berusaha maksimal mencapai puncak karir akademiknya. Yakni menjadi Guru Besar atau Profesor. Namun, mencapai puncak karir atau mengembangkan karir akademik ternyata tidak mudah.
Ada banyak hal yang kerap menghambat karir dosen di dunia akademik dan kemudian menjadi PR besar yang perlu diselesaikan. Sehingga dosen bisa mengembangkan karirnya secara konsisten.
Supaya lebih mudah mengemangkan karir, maka kenali betul seluruh hambatan yang bisa menghadang. Berikut beberapa diantaranya:
Hal pertama yang masuk ke dalam daftar hal yang kera menghambat karir dosen adalah karakter personal dosen itu sendiri. Tidak semua dosen memiliki karakter yang bisa membantunya untuk meraih puncak karir.
Misalnya, memiliki sifat malas. Sehingga tugas pokok terbengkalai apalagi tugas penunjang. Jika dosen sering merasa malas dan tidak berusaha mengatasinya maka dijamin karir akan stagnan.
Dosen junior bisa lebih maju dibandingkan diri sendiri yang lebih senior. Jika sampai terjadi dan berulang kali dijamin akan kecewa dengan diri sendiri. Maka penting untuk dosen dengan kendala ini untuk memperbaiki karakter negatif yang dimiliki.
Hambatan selanjutnya adalah menghadapi masalah finansial. Tidak semua dosen di Indonesia dan bahkan dunia berasal dari keluarga dengan perekonomian mapan. Tidak sedikit yang berasal dari keluarga dengan perekonomian pas-pasan.
Sehingga kesulitan untuk mendapatkan dukungan finansial yang membantu megembangkan karir akademiknya. Misalnya dukungan biaya untuk studi lanjut S2 maupun S3, biaya kursus bahasa Inggris, biaya tes TOEFL maupun IELTS, dan lain-lain.
Belum lagi jika dosen tersebut sudah berumah tangga, maka kebutuhan keluarga yang kompleks bisa membuat kondisi keuangan buruk. Alih-alih fokus pada pengembangan karir. Tenaga yang dimiliki tercurah untuk mengatasi masalah finansial disebut.
Kurang networking atau relasi juga menjadi hal yang kerap menghambat karir dosen. Hambatan ini juga dirasakan oleh pemilik profesi lainnya, karena memang yang namanya relasi memiliki andil besar dalam pengembangan karir.
Dosen pun demikian, sebab dosen yang ingin menjadi Guru Besar dijamin tidak bisa meraihnya sendiri. Butuh dukungan dari orang sekitar untuk mendapatkan dukungan psikis dan dukungan langsung, misalnya berbagi informasi.
Oleh sebab itu, dosen yang ingin karir akademiknya berkembang sudah semestinya memperluas relasi yang dimiliki. Pertama, mengenal seluruh rekan dosen dan tenaga kependidikan di kampus. Kedua, aktif ikut kegiatan sehingga relasi terus berkembang.
Hambatan selanjutnya adalah dosen tidak memiliki support system, baik dari lingkungan tempat kerja atau kampus sampai lingkungan keluarga sendiri. Kebanyakan orang yang sukses dalam karirnya memiliki support system kuat.
Terutama dari pihak keluarga, seorang dosen akan cenderung sukses berkarir jika keluarga memberi dukungan penuh. Sehingga mereka tetap leluasa menyelesaikan pekerjaan di rumah tanpa ada protes dari pasangan maupun anak-anak.
Dosen tentu membutuhkannya karena kebanyakan tugas dibawa pulang, misalnya tugas menyusun silabus, menulis buku ilmiah, menyiapkan materi perkuliahan, dan lain-lain. Tanpa dukungan keluarga, semua pekerjaan dosen bisa terbengkalai dan karirnya macet.
Hal yang kerap menghambat karir dosen juga berhubungan dengan minusnya tutor. Dosen yang ingin karirnya cemerlang membutuhkan tutor yang tepat dan biasanya merupakan rekan sesama dosen.
Tanpa tutor dosen akan kesulitan untuk mendapatkan informasi, mengembangkan strategi, dan lain sebagainya. Oleh sebab itu, dosen yang ingin karirnya berkembang harus memiliki tutor yang siap membantu baik memberi saran maupun kritik.
Dosen dituntut untuk menguasai berbagai skill atau keterampilan. Sayangnya karena satu dan lain hal keterampilan yang dikuasai terbatas. Jadi, selama berkarir usahakan untuk rajin ikut kegiatan pengembangan diri.
Mulai dari rajin mengikuti pelatihan baik yang diselenggarakan PT maupun pemerintah, seperti Pelatihan AA dan PEKERTI. Kemudian ikut program pengembangan skill lain seperti short course, program SAME, dan lain-lain.
Dosen akan terhambat karirnya jika tidak memiliki tujuan yang jelas. Maka di awal karir dosen sudah harus menentukannya. Apakah ingin menjadi Guru Besar atau tidak? Jika menginginkannya maka bisa mulai mengatur strategi untuk meraihnya.
Tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini, namun fokus pada kekurangan tidak akan membuat seseorang diuntungkan. Dosen yang insecure dan merasa lebih banyak kekurangan dibanding dosen lain cenderung punya karir yang stagnan.
Meraih puncak karir akademik bukan hal mudah, jika terbentuk kemauan yang minim maka dijamin kesulitan akan semakin kompleks. Kemauan yang minim untuk berkembang menjadi salah satu hal yang kerap menghambat karir dosen.
Oleh sebab itu, idealnya dosen harus memiliki kemauan besar atau impian besar. Boleh dikatakan ambisi, tapi ambisi yang positif. Sehingga dosen akan berusaha untuk terus berkembang dan bisa sampai ke puncak karir akademik.
Dosen dituntut untuk memiliki kemampuan komunikasi yang baik. Sehingga memudahkannya untuk melaksanakan tugas dan mengurus pengembangan karirnya.
Keterampilan komunikasi dosen kadang masih belum maksimal dan menghambat dirinya untuk mengembangkan karir.
Dosen yang sibuk mengerjakan pekerjaan sampingan rentan mengalami fokus yang terpecah. Alih-alih mengembangkan karir akademik, dosen di kampus hanya akan fokus melaksanakan Tri Dharma saja. Jadi, hindari fokus terpecah dengan menetapkan fokus pada satu tujuan utama di dunia akademik.
Dosen di PTN maupun PTS bisa mengurus perpindahan homebase, hanya saja ada kemungkinan karirnya dimulai dari dari awal. Terlalu sering pindah akan membuat karir dosen tenggelam, maka perlu dihindari.
Dosen dijamin super sibuk, jika manajemen waktu masih berantakan maka dijamin tugas-tugas dosen akan terbengkalai. Hal ini juga yang menghambat dosen tersebut untuk mengembangkan karir akademiknya.
Dalam hidup, siapapun dijamin akan mengalami masalah baik itu di tempat kerja maupun di rumah. Masalah pribadi ternyata bisa menjadi sumber dari karir yang stagnan. Hal ini juga menjadi hambatan bagi dosen untuk mengembangkan karirnya.
Pengisi daftar hal yang kerap menghambat karir dosen berikutnya adalah informasi yang terbatas. Sebabnya bisa karena dosen kurang aware atau antusias untuk berburu informasi terkait pengembangan karir.
Bisa juga disebabkan adanya pembatasan, misalnya dosen senior yang mementingkan karir rekan terdekatnya. Praktek nepotisme seperti ini bisa saja terjadi di dunia akademik. Maka dosen harus pintar berkomunikasi dan rajin bersosialisasi.
Segala jenis hambatan memang dijamin akan ditemui, tidak hanya di dalam karir dosen tapi juga karir profesi lain. Menariknya, hambatan-hambatan ini dialami semua dosen tanpa terkecuali.
Selain itu, adanya hambatan pada dasarnya bisa menjadi sumber motivasi untuk lebih semangat mengembangkan karir akademik. Jika dosen lain bisa sukses mengatasi daftar hal yang keap menghambat karir dosen.
Mengapa diri sendiri tidak bisa? Pasti bisa, cukup menghadapinya dengan percaya diri dan berjuang mencari solusi terbaik. Tanpa disadari kedepan bisa meraih puncak karir tertinggi di profesi dosen.
Artikel Terkait:
11 Cara Mengajar Dosen yang Baik
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…