Pada saat berencana melakukan kegiatan penelitian, maka seorang dosen, mahasiswa, maupun peneliti dijamin akan mencari dasar penelitian tersebut. Dasar penelitian biasanya berupa masalah dan bisa saja berbentuk research gap maupun berbentuk fenomena gap.
Ternyata masih banyak akademisi maupun peneliti yang menganggap dua dasar penelitian tersebut sama. Padahal aktualnya berbeda jika dilihat dari sejumlah aspek. Terutama untuk fenomena atau phenomena gap.
Dikutip melalui kanal YouTube Sobat Ilmiah, dalam salah satu konten unggahannya dijelaskan mengenai definisi fenomena gap, yaitu hal yang mendasari dilakukannya penelitian aplikatif atau penelitian terapan.
Suatu hal bisa disebut phenomena gap ketika menunjukan ada kesenjangan atau perbedaan antara apa yang seharusnya terjadi dengan yang benar-benar terjadi di lapangan. Sehingga antara harapan dan kenyataan ditemukan perbedaan.
Phenomena gap juga bisa dijumpai ketika ada keraguan terhadap suatu data, hasil penelitian, kebijakan, dan lain sebagainya. Dasar ini biasanya menjadi acuan bagi akademisi dan peneliti melakukan penelitian terapan.
Oleh sebab itu, istilah fenomena gap lebih sering disebut di kalangan dosen senior yang hendak melakukan penelitian terapan atau mungkin mengajukan proposal ke hibah penelitian Dikti untuk skema Penelitian Terapan.
Kenapa cocok dijadikan dasar untuk melaksanakan penelitian terapan? Sebab phenomena gap menjelaskan ada suatu permasalahan antara harapan dengan kondisi aktual di lapangan.
Sehingga melibatkan hasil penelitian yang bisa diterapkan langsung di lapangan sebagai solusi dari kesenjangan tersebut. Berbeda dengan research gap yang lebih cocok diterapkan untuk penelitian teoritis, hasil penelitian tidak ada kewajiban diterapkan langsung di lapangan.
Tak kalah penting, Anda juga perlu menemukan novelty (kebaruan) dalam penelitian. Pahami lebih lanjut Arti Penting Novelty Penelitian dan 3 Cara Menemukannya.
Bentuk atau jenis dari fenomena gap cukup beragam, secara umum setidaknya ada empat jenis. Berikut penjelasan disertai dengan contohnya:
Bentuk pertama dari phenomena gap adalah adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan. Contohnya adalah sebagai berikut:
Melalui dua contoh tersebut, maka bisa dipahami bahwa fenomena gap tidak selalu dalam hal negatif. Hal bersifat positif seperti surplus target produksi, surplus target omset, dll juga bisa menjadi dasar penelitian terapan.
Bentuk atau jenis kedua dari phenomena gap adalah adanya kesangsian atau keraguan. Artinya, sesuatu yang memicu keraguan bisa menjadi dasar penelitian terapan. Berikut contohnya:
Perusahaan B mendirikan 5 BPR dengan 1 kantor pusat dan 4 kantor cabang. Satu BPR didirikan membutuhkan modal Rp10 miliar. Membangun 5 BPR tentu butuh modal yang tidak sedikit.
Kondisi ini memicu keraguan akankan pendirian BPR menjadi investasi yang menguntungkan perusahaan B tersebut. Keraguan ini perlu dijawab dengan melakukan penelitian terapan dan menjadi phenomena gap.
Bentuk fenomena gap yang ketiga adalah ketika ada perubahan kebijakan atau mungkin fenomena. Artinya, ketika suatu perusahaan mengubah suatu kebijakan maka ada maksud dan tujuannya.
Hasil perubahan ini perlu diteliti untuk mengetahui efektivitasnya, disinilah phenomena gap terjadi. Sehingga perubahan kebijakan memicu kebutuhan untuk diteliti dampaknya menguntungkan atau sebaliknya. Berikut contohnya:
Perusahaan B menetapkan aturan jam kerja dari Senin sampai Sabtu dimulai dari jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Kemudian aturan ini diubah menjadi Senin-Jumat dari jam 9 pagi sampai jam 6 sore.
Alasannya untuk mencegah karyawan terjebak kemacetan saat berangkat kerja di jam 7 pagi dan akhir pekan pada hari Sabtu. Lalu, perubahan kebijakan ini apakah efektif? Jawabannya adalah perlu diteliti dulu oleh ahlinya.
Bentuk fenomena gap yang terakhir adalah adanya aktivitas bisnis yang meningkatkan kebutuhan untuk dievaluasi sebagai dasar merumuskan kebijakan baru. Contohnya:
Perusahaan A memiliki kebijakan memberi bonus tunjangan kepada karyawan yang rajin masuk kerja dan memiliki prestasi. Kebijakan ini perlu dievaluasi atau diteliti untuk mengetahui pengaruhnya positif atau negatif pada kinerja karyawan.
Setelah paham apa itu fenomena gap dan sejumlah contohnya, tentu akan muncul pertanyaan mengenai bagaimana cara menemukan atau mendapatkannya. Dikutip melalui konten di Short YouTube Robby Yuli Endra.
Dijelaskan bahwa ada beberapa cara bisa dilakukan untuk menemukan phenomena gap dalam penelitian. Baik untuk penelitian yang ditujukan pada penulisan skripsi, tesis, disertasi, maupun artikel ilmiah untuk jurnal.
Berikut cara mencari fenomena gap:
Cara pertama adalah dengan membaca artikel-artikel pada berbagai jurnal yang memiliki topik relevan. Dalam artikel yang sudah dipublikasikan akan membantu menemukan kesenjangan fenomena di lapangan atau antara harapan dan fakta di lapangan.
Selain itu, dari hasil review ini juga membantu menemukan beberapa kebijakan yang diterapkan suatu perusahaan, organisasi, lembaga, dll. Dimana bisa menjadi phenomena gap untuk penelitian Anda.
Baca lebih lanjut: Cara Mereview Jurnal dengan Benar Untuk Menyempurnakan Penelitian
Cara kedua yang bisa dilakukan adalah dalam proses pengumpulan data di lapangan langsung. Baik itu dengan menyebarkan kuesioner maupun melakukan wawancara langsung dengan pihak terkait.
Tujuannya untuk mendapatkan data di lapangan, lalu dianalisis apakah memang ada kesenjangan dengan harapan suatu perusahaan, organisasi, lembaga, dll yang menerapkan suatu kebijakan?
Lalu, apa yang menjadi perbedaan antara fenomena gap dengan research gap? Dari penjelasan sebelumnya, mungkin Anda sudah memiliki gambaran mengenai perbedaan ini. Namun agar lebih jelas, berikut dua aspek yang menjadi perbedaan antara fenomena gap dan research gap:
Perbedaan yang pertama tentu saja dari segi definisi. Fenomena gap adalah hal yang mendasari dilakukannya penelitian aplikatif atau penelitian terapan. Sedangkan research gap adalah hal yang mendasari dilakukannya penelitian teoritis.
Phenomena gap menjelaskan adanya perbedaan suatu fenomena, yakni kejadian aktual terjadi di lapangan. Sementara research gap menjelaskan adanya kekurangan dari penelitian sebelumnya yang tentu bersifat teoritis.
Perbedaan kedua adalah pada bentuk, dimana dapat dijumpai perbedaan signifikan antara phenomena gap dengan research gap. Yaitu:
Fenomena Gap | Research Gap |
---|---|
Kesenjangan antara apa yang seharusnya terjadi (harapan) dengan apa yang benar-benar terjadi (fakta). Adanya kesangsian atau keraguan. Adanya perubahan kebijakan atau fenomena.Adanya aktivitas bisnis. | Adanya keterbatasan dari penelitian sebelumnya. Adanya konsep hubungan antar variabel yang belum jelas. Adanya perbedaan hasil penelitian sebelumnya yang perlu dijelaskan. |
Pelajari lebih lanjut tentang RESEARCH GAP sebelum memulai penelitian:
Itulah penjelasan mengenai fenomena gap yang memang berbeda dengan research gap. Jika memiliki pertanyaan berkaitan topik ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik tombol Share agar artikel ini juga dibaca oleh kolega Anda. Semoga bermanfaat.
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…
Mau upload publikasi tapi Google Scholar tidak bisa dibuka? Kondisi ini bisa dialami oleh pemilik…
Beberapa dosen memiliki kendala artikel tidak terdeteksi Google Scholar. Artinya, publikasi ilmiah dalam bentuk artikel…
Mau lanjut studi pascasarjana dengan beasiswa tetapi berat karena harus meninggalkan keluarga? Tak perlu khawatir,…
Anda sudah menjadi dosen harus melanjutkan S3? Jika Anda menargetkan beasiswa fully funded dan masih…
Melanjutkan pendidikan ke jenjang lebih tinggi di luar negeri, semakin mudah dengan berbagai program beasiswa.…