Tahun 2024, pemerintah melalui Kemendikbudristek kembali membuka program hibah penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Para dosen di Indonesia tentu sudah mempersiapkan proposal usulan untuk mendapatkan hibah tersebut.
Memperbesar peluang menjadi penerima hibah, maka dosen perlu memperhatikan pemilihan referensi yang digunakan. Salah satunya mencari jumlah berdampak tinggi yang memberi bobot penilaian lebih optimal dari asesor.
Lalu, seperti apa cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional sebelum dipilih sebagai referensi atau rujukan? Terkait hal ini, ada beberapa pilihan cara bisa dilakukan dan berikut penjelasan detailnya.
Memahami tata cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional tentu dimulai dengan memahami definisi IF itu sendiri. Secara bahasa, Impact Factor atau IF dalam bahasa Indonesia bisa diartikan sebagai faktor dampak.
Faktor dampak disini menunjukan seberapa besar dampak jurnal tersebut dalam dunia ilmiah. Dikutip melalui website resmi Perpustakaan Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, faktor dampak jurnal adalah sejauh mana sebuah jurnal berpengaruh pada dunia publikasi ilmiah.
Secara sederhana, faktor dampak jurnal menunjukan pada pengaruh dari jurnal tersebut terhadap kegiatan penelitian yang dilakukan peneliti di dunia. Salah satu acuannya adalah dari jumlah pembaca sampai jumlah sitasi atau seberapa banyak karya yang menjadikannya referensi.
Secara umum, faktor dampak lebih mudah dilihat dari jumlah sitasi karena menunjukan bukti jika jurnal tersebut tidak hanya dibaca melainkan memberi pengaruh pada isi publikasi ilmiah lain.
Semakin banyak yang menjadikannya referensi, semakin menunjukan isinya berkualitas dan bisa diandalkan. Apalagi dalam penulisan karya ilmiah, penentuan referensi wajib memenuhi setidaknya 3 syarat. Yakni referensi terkini, relevan, dan benar tata cara penyusunannya.
Dikutip melalui website Mind the Graph, dijelaskan mengenai tata cara perhitungan IF atau faktor dampak jurnal. Berikut rumus perhitungannya:
Semakin tinggi angka IF maka semakin menunjukan bahwa jurnal tersebut memiliki isi yang baik. Sehingga banyak peneliti yang menjadikannya referensi dan isinya dijadikan acuan dalam menyusun karya tulis ilmiah.
Meskipun begitu, tetap ada pandangan bahwa IF tidak menjamin kualitas suatu jurnal terbilang tinggi. Sebab banyak juga peneliti yang memilih referensi dengan melihat rekam jejak penulisnya.
Sehingga ada beberapa jurnal yang sama bagusnya tapi tidak populer karena ditulis oleh dosen maupun peneliti yang belum dikenal luas. Oleh sebab itu, pemilihan referensi dengan melihat IF dinilai belum menjamin memberikan referensi terbaik.
Meskipun masih menjadi simpang siur penggunaan Impact Factor memberi efektivitas tinggi pada pemilihan referensi. Namun penentuan referensi dengan IF masih dirasa memberi pilihan lebih baik, karena memang tidak semua peneliti melihat faktor selain kualitas isi naskah untuk dijadikan referensi.
Selain itu, di dalam program hibah 2024 seperti dikutip dari Buku Panduan Penelitian dan Pengabdian 2024. Salah satu indikator penilaian dalam seleksi substansi proposal usulan adalah kualitas referensi yang digunakan.
Disebutkan bahwa proposal usulan yang menggunakan referensi dengan kualitas tinggi akan mendapat skor tinggi juga dari asesor. Kualitas tinggi yang dimaksud disini adalah ditunjukan dengan jurnal tersebut merupakan jurnal internasional bereputasi dan berdampak.
Jika memenuhi dua kriteria tersebut, maka pada penilaian pada aspek referensi akan mendapatkan skor maksimal sebesar 4 poin. Sementara jika tidak memenuhi kriteria sebagai jurnal berdampak (IF tinggi) maka skor berkisar antara 1-3 poin saja.
Sebab dalam indikator penilaian referensi, juga memperhatikan relevansi referensi yang digunakan dengan topik penelitian yang diusulkan oleh dosen. Jika memang relevan dan merupakan jurnal berdampak tinggi, maka skor dari asesor bisa sampai 4 poin tadi.
Meskipun tidak serta-merta memastikan proposal usulan lolos seleksi substansi. Namun dengan memilih referensi dari jurnal internasional yang relevan dan masuk kategori bereputasi dan berdampak tinggi.
Maka peluang untuk lolos lebih tinggi karena skor hasil penilaian lebih optimal. Apalagi jika indikator penilaian seleksi substansi lainnya juga mendapatkan skor tinggi. Maka sebelum proposal disusun, silahkan membaca detail buku panduan agar skor bisa maksimal.
Mencari referensi yang kredibel juga penting dalam penyusunan proposal, inilah kriterianya:
Memahami bahwa penentuan referensi jurnal ilmiah di proposal usulan program hibah Dikti 2024 adalah yang berdampak tinggi. Maka dosen di Indonesia bisa lebih teliti dalam memilih jurnal internasional yang akan dijadikan rujukan.
Salah satunya dengan memilih jurnal-jurnal internasional bereputasi dan memiliki skor IF yang tinggi. Lalu, seperti apa cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional tersebut? Terkait hal ini, para dosen bisa menempuh beberapa cara, diantaranya adalah:
Cara yang pertama adalah dengan mengunjungi laman Journal Citation Report di https://clarivate.com/webofsciencegroup/solutions/journal-citation-reports/. Sesuai dengan namanya, pada laman ini menyediakan informasi jurnal dengan jumlah kutipan tinggi.
Sehingga menunjukan IF dari jurnal internasional tersebut juga tinggi dan tentu saja jurnal yang masuk ke dalam daftar cukup potensial dijadikan referensi. Secara sederhana, laman ini menyediakan informasi pemeringkatan jurnal internasional.
Jurnal yang masuk ke pemeringkatan ini adalah ilmiah, teknologi, dan ilmu sosial. Selain itu, jurnal yang masuk ke pemeringkatan masih berbasis database Web of Science (WoS).
Informasi yang tercantum dalam pemeringkatan tersebut antara lain angka kutipan dan nomor artikel, faktor dampak, waktu paruh yang dikutip, indeks kemutakhiran, daftar catatan sumber, daftar jurnal yang mengutip, daftar jurnal yang dikutip, kategori penelitian, dan juga informasi penulis.
Cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional berikutnya adalah melalui database ilmiah Scopus. Cara yang pertama adalah masuk ke laman Scopus dan mencari referensi jurnal internasional bereputasi.
Hasil pencarian akan membentuk beberapa kolom informasi dalam sebuah tabel, salah satunya kolom “Cited” yang menunjukan angka jumlah sitasi atau pengutipan. Semakin tinggi angka di kolom ini maka semakin tinggi IF jurnal internasional tersebut.
Cara yang kedua adalah menggunakan fitur Penganalisa Jurnal Scopus melalui laman https://www.elsevier.com/en-in/products/scopus. Sehingga disini bisa diunduh daftar jurnal yang direkomendasikan untuk dijadikan referensi ilmiah karena memiliki dampak faktor yang tinggi.
Cara ketiga untuk mengetahui Impact Factor jurnal internasional adalah melalui laman resmi SCImago (SJR). Yakni bisa diakses melalui laman https://www.scimagojr.com/.
Pada halaman utama laman tersebut, Anda bisa menemukan menu “Journal Ranking”. Sehingga menampilkan data pemeringkatan jurnal internasional bereputasi yang bisa difilter untuk bidang keilmuan tertentu.
Jurnal internasional dengan ranking teratas akan menunjukkan IF yang tinggi dari jurnal tersebut. Sehingga jurnal-jurnal di dalam daftar ini bisa dipertimbangkan untuk dijadikan referensi yang kredibel dan memenuhi kriteria penilaian substansi proposal hibah 2024.
Setelah mendapatkan jurnal incaran untuk referensi. JANGAN LUPA sesuaikan penulisan daftar pustaka sesuai aturan proposal. Inilah cara membuat daftar pustaka Vancouver sesuai panduan hibah Dikti:
Cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional juga bisa dengan mengecek Faktor Eigen dari suatu jurnal internasional. Pada tahun 2007, organisasi Eigenfactor (EF) dirikan oleh Carl Bergstrom dan Jevin West.
EF sendiri bisa disebut sebagai proses penilaian dan penentuan peringkat suatu jurnal berdasarkan penggunaan (pengutipan) jurnal ilmiah tersebut. Sehingga EF sendiri bisa dikatakan sama dengan IF (Impact Factor).
Melalui laman resminya di http://www.eigenfactor.org/, tersedia fitur untuk mendapatkan data seluruh pemeringkatan jurnal dengan dampak tinggi. Jurnal dalam daftar akan diupdate berkala sehingga menunjukan data terkini.
Cara kelima untuk mengetahui atau mengecek IF dari jurnal internasional bereputasi adalah menggunakan layanan SNIP (Source Normalized Impact per Paper). SNIP sendiri dicetuskan oleh Profesor Henk F. Moed dari Pusat Studi Sains dan Teknologi di Universitas Leiden.
SNIP akan menunjukan jumlah kutipan suatu jurnal yang dihitung per paper atau per satu artikel ilmiah dalam jurnal tersebut. SNIP akan menampilkan jumlah sitasi terbaru dalam kurun waktu satu tahun dan berbasis dari database Scopus.
Lewat data di dalam SNIP, para dosen dan peneliti bisa melihat jurnal mana saja di suatu bidang keilmuan yang mendapat pengutipan paling tinggi. Sehingga menunjukan IF yang tinggi juga.
Anda bisa masuk ke laman https://lib.guides.umd.edu/bibliometrics/SNIP terlebih dahulu untuk mendapat panduan. Baru kemudian masuk ke laman https://www.journalindicators.com/indicators untuk mengecek daftar jurnal per bidang keilmuan dengan SNIP tinggi ke rendah.
Bagi para dosen dan peneliti yang sering mengandalkan Google Scholar untuk mencari referensi ilmiah, seperti jurnal internasional. Maka bisa memanfaatkan fitur H-Indeks sebagai salah satu cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional.
H-Indeks secara umum adalah sebuah tolok ukur bagi seorang ilmuwan baik itu dosen ataupun peneliti dalam mengembangkan hasil karyanya antara lain hasil penelitian yang dipublikasikan.
H-Indeks bisa memperlihatkan seberapa besar dampak publikasi ilmiah seorang dosen dan peneliti di Google Scholar. Bisa dilihat dari jumlah sitasi atas publikasi mereka. Sehingga bisa membantu menemukan jurnal internasional karya mereka yang memiliki IF tinggi dan cocok dijadikan referensi.
Cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional yang terakhir adalah melalui CiteScore. Istilah CiteScore tentu familiar bagi para dosen yang rutin mencari referensi jurnal internasional bereputasi di Scopus langsung.
Pada hasil pencarian akan ada kolom “CiteScore” yang sekaligus menunjukan IF dari jurnal internasional tersebut. CiteScore sendiri sama dengan jumlah kutipan yang diterima oleh jurnal tersebut pada tahun tertentu untuk artikel yang diterbitkan dalam tiga tahun sebelumnya. Jadi, bisa dijadikan patokan untuk memilih jurnal dengan IF tinggi.
Dari beberapa cara mengetahui Impact Factor jurnal internasional tersebut, para dosen bisa memilih salah satu atau kombinasi beberapa diantaranya. Sehingga bisa memilih jurnal dengan IF tertinggi untuk mendapatkan skor tinggi dalam proses seleksi substansi proposal hibah.
Jika memiliki pertanyaan atau sharing pengalaman berkaitan dengan isi artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…