Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting karena setiap publikasi ilmiah diharapkan terindeks di Google Scholar untuk meningkatkan jumlah pembaca sekaligus sitasi.
Selain meningkatkan jumlah pembaca dan sitasi. Terindeksnya buku di Googel Scholar juga membantu dosen mendapatkan penilaian yang baik saat pelaporan BKD sekaligus pengajuan kenaikan jabatan fungsional.
Namun, ada kalanya publikasi ilmiah yang dilakukan tidak otomatis terindeks dan terbaca di Google Scholar. Selain untuk artikel, masalah ini juga berlaku untuk publikasi dalam bentuk buku. Lalu, seperti apa solusi terbaiknya? Simak sampai habis penjelasannya!
Dikutip melalui salah satu konten yang diunggah kanal YouTube Nisael Amala, cara menambahkan buku di Google Scholar bisa dilakukan secara manual. Artinya, ketika publikasi dalam bentuk buku tidak kunjung terindeks, Anda perlu mengindeksnya secara manual.
Berikut langkah-langkah upload buku di Google Scholar:
Sejumlah dosen mengalami beberapa kendala dengan artikelnya di Google Scholar, jangan sampai Anda bingung. Inilah Solusi Artikel Tidak Terdeteksi Google Scholar dan Google Scholar Tidak Bisa Dibuka.
Sementara itu, dikutip melalui salah satu konten yang diunggah di kanal YouTube Febri Giantara, cara menambah buku di Google Scholar adalah memenuhi salah satu syarat yang berkaitan dengan sitasi.
Jika tidak dilakukan secara manual, para dosen bisa menunggu sampai buku tersebut disitasi minimal dua kali. Setelah disitasi dua kali maka otomatis akan terindeks di Google Scholar dan masuk ke riwayat publikasi pada profil saat dibuka.
Ada banyak cara bisa dilakukan untuk meningkatkan jumlah sitasi dari buku yang sudah diterbitkan. Kuncinya adalah dosen aktif mempromosikan buku tersebut. Berikut beberapa cara mempromosikan buku ilmiah agar jumlah sitasinya naik:
Cara yang pertama adalah mempublikasikan buku tersebut di Repository PT. Secara umum, mayoritas PT di Indonesia menyediakan perpustakaan daring yang diakses terbuka Sehingga bisa diakses mahasiswa dan masyarakat luas.
Perpustakaan ini bisa disebut e-Library, e-Prints, dan bisa juga Repository. Setiap dosen dan mahasiswa yang ingin karya tulis ilmiahnya dipublikasikan di website perpustakaan daring PT maka bisa diurus di admin perpustakaan PT atau sesuai prosedur yang sudah ditetapkan PT itu sendiri.
Jika sudah dipublikasikan di repository PT, maka otomatis sifatnya open access. Hal ini meningkatkan potensi jumlah pembaca naik dan beberapa diantaranya menjadikan buku tersebut referensi ilmiah.
Secara perlahan, jumlah sitasi akan naik. Oleh sebab itu, usahakan buku yang sudah diterbitkan juga terbit di repository kampus sehingga semakin banyak yang mengaksesnya secara gratis dan mengutipnya. Jika sudah ada 2 kutipan, otomatis terindeks di Google Scholar.
Cara kedua untuk mempromosikan buku ilmiah sebagai bagian dari cara menambahkan buku ke Google Scholar lewat sitasi adalah lewat konferensi dan seminar.
Seorang dosen tentu akrab dengan kegiatan konferensi ilmiah dan seminar. Baik sebagai peserta maupun sebagai narasumber atau pembicara. Pada saat mendapat kesempatan menjadi pembicara, silahkan mempromosikan buku yang diterbitkan.
Sehingga, buku tersebut diketahui oleh seluruh peserta konferensi atau seminar. Hal ini bisa mendorong mereka untuk membaca dan mengutipnya. Jika sudah ada 2 kutipan atau bahkan lebih, maka tentunya akan terindeks di Google Scholar.
Cara mempromosikan buku ilmiah berikutnya adalah dibagikan di media sosial. Utamakan dulu media sosial yang umum dipakai kalangan akademisi dan masyarakat ilmiah. Misalnya di Researchgate, LinkedIn, Mendeley.
Setelahnya bisa dipromosikan di media sosial populer. Sebut saja seperti Instagram, Facebook, TikTok, X (Twitter), dan sebagainya. Silakan share link pembelian buku di bio profil. Kemudian membuat konten yang mempromosikan buku tersebut.
Jangan pedulikan dulu jumlah followers media sosial, jumlah like, dan jumlah orang yang membaca postingan. Fokus saja mempromosikan buku dan menambahkan detail yang relevan sehingga akan diketahui seseorang dan dibaca kemudian dijadikan referensi di kemudian hari. Dengan demikian, jumlah sitasi pun bisa naik.
Belum punya akun Research Gate? Ikuti Panduan Research Gate: Buat Akun Sampai Publikasi Artikel.
Teknik meningkatkan jumlah sitasi berikutnya adalah mempromosikan buku dengan menulis resensinya. Hasil resensi ini kemudian diposting di blog pribadi. Gunakan judul dan detail lain yang meningkatkan jumlah pembaca.
Misalnya menambah kata kunci yang populer, mencantumkan metadata yang tepat, dan sebagainya sehingga saat pengguna internet mengetik kata kunci yang relevan. Resensi buku tersebut akan direkomendasikan mesin pencari.
Sehingga mereka tertarik untuk membacanya, jika cocok maka akan dijadikan referensi dan dikutip. Cara ini memang lambat, tetapi tidak mencederai integritas akademik sehingga dijamin aman.
Cara kelima untuk mempromosikan buku ilmiah dan mendongkrak sitasi adalah melibatkan buku dalam kegiatan mengajar. Tidak sedikit dosen yang mempromosikan buku karyanya kepada mahasiswanya sendiri.
Hal ini tentu lumrah, apalagi jika materi perkuliahan memang relevan dengan isi buku tersebut. Jadi, jangan ragu menunjukan buku tersebut kepada mahasiswa dan menyarankannya untuk dibaca.
Pada saat diberi tugas menyusun makalah, paper, dan tugas berkaitan karya tulis ilmiah, Anda bisa menyarankan mahasiswa menjadikannya referensi dan sarankan pula mereka memakai Mendeley atau aplikasi manajemen sitasi lain.
Setiap kali mahasiswa mengutip dan memasukan buku Anda ke karya mereka lewat Mendeley, jumlah sitasi akan bertambah. Jika sudah ada minimal 2 sitasi, praktis kana terindeks di Google Scholar.
Berikan panduan cara sitasi yang benar agar sitasi terdeteksi. Jangan khawatir, ikuti Menaikkan Sitasi di Google Scholar dengan Cara Sitasi yang Benar.
Cara selanjutnya yang juga efektif meningkatkan sitasi adalah melakukan self citation, yaitu praktik merujuk karya sendiri yang sudah terbit sebelumnya sebagai referensi dalam karya terbaru.
Secara sederhana, self citation adalah langkah dosen mengutip karyanya sendiri ke karya tulis baru yang disusun sehingga bisa menambah sitasi, dan disarankan proses mengutip dan menginput ke daftar pustaka memakai aplikasi seperti Mendeley.
Hal ini akan menambah jumlah sitasi. Namun, praktik ini tetap harus mengedepankan etika dan menjaga integritas akademik. Artinya, self citation dilakukan sesuai ketentuan.
Pertama, karya buku sebelumnya memang relevan dirujuk untuk karya terbaru. Kedua, jumlah sitasi terbilang wajar atau tidak berlebihan. Jadi, silahkan mengutip buku yang sudah terbit dengan wajar. Apalagi, Google Scholar hanya butuh 2 sitasi saja. Jadi tidak perlu berlebihan dan mencederai integritas akademik.
Selain beberapa cara promosi tersebut, tentunya bisa mencoba cara-cara lainnya. Melihat perkembangan teknologi yang pesat, khususnya yang berbasis internet. Maka sangat mungkin ada lebih banyak pilihan cara mempromosikan buku lewat internet.
Rutin mempromosikan buku akan membantu meningkatkan visibilitas. Sehingga buku tersebut diketahui lebih banyak orang dan menarik minat lebih banyak orang untuk membacanya. Perlahan, jumlah sitasi akan naik.
Sebagai catatan tambahan, selain mengandalkan promosi yang tepat dan maksimal. Pastikan pula buku yang disusun original dan memiliki kualitas yang baik. Sebab percuma dipromosikan habis-habisan tapi isinya plagiat. Hal ini tentu bisa menjadi bumerang di kemudian hari.
Selain itu, usahakan untuk diterbitkan oleh penerbit kredibel. Akan lebih baik jika penerbit tersebut berskala besar dan resmi sehingga memiliki website yang dikunjungi banyak orang. Hal ini akan meningkatkan jumlah pembaca secara organik atau alami.
Apakah Anda sudah upload artikel/buku di Google Scholar tetapi jumlah sitasi tidak meningkat? Sebaiknya Anda menerapkan tips berikut:
Ada kalanya, buku yang sudah diterbitkan oleh dosen tidak kunjung terindeks di Google Scholar. Hal ini bisa disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari buku yang tidak terpublikasi secara daring, misalnya hanya diterbitkan dalam versi cetak.
Kondisi ini membuat buku tersebut tidak masuk dalam Google Books yang kemudian berimbas pada tidak terdeteksi oleh sistem di Google Scholar. Namun, bisa juga karena masih proses peninjauan oleh pihak Google Scholar.
Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengatasi saat buku tidak terindeks di Google Scholar, yaitu:
Cara pertama untuk mengatasi saat buku tidak juga terindeks Google Scholar adalah mengecek dan memastikan buku tersebut sudah memenuhi syarat. Jadi, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi agar buku bisa masuk database Google Scholar, diantaranya:
Jika ada salah satu poin tidak terpenuhi, hal tersebut menjadi penyebab buku tersebut tidak terindeks di Google Scholar. Anda bisa mencari tahu cara mengatasinya, dan jika sudah maka otomatis buku akan terindeks.
Dikutip melalui website Support Google, salah satu cara untuk mengatasi buku tidak terindeks Google Scholar adalah memastikan metadata sudah tepat. Pada saat memasukan buku ke Google Scholar secara manual.
Maka ada tahap dimana penulis perlu memasukan metadata buku. Pastikan metadata ini tepat dan sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh Google Scholar sehingga bisa diproses segera dan kemudian terindeks otomatis di database.
Metadata buku di platform lain juga harus tepat. Misalnya di Researchgate jika dipublikasikan dan dipromosikan di platform ini. Kemudian di Mendeley dan aplikasi manajemen sitasi jenis lainnya.
Metadata yang jelas dan tepat akan membantu proses indeksasi di Google Scholar. Sehingga bisa lebih cepat dan terhindar dari resiko buku tersebut gagal terindeks karena dianggap tidak memenuhi ketentuan yang berlaku.
Cara selanjutnya untuk mengatasi buku tidak juga terbaca di Google Scholar adalah memastikan sudah di submit atau dipublikasikan di database akademik. Seperti penjelasan sebelumnya dalam mempromosikan buku.
Para dosen bisa submit buku yang disusun ke repository kampus. Kemudian juga di platform lain seperti Researchgate, LinkedIn, dan sejenisnya. Sehingga visibilitas dari buku tersebut naik.
Perlahan, buku tersebut akan terdeteksi oleh sistem di Google Scholar dan kemudian masuk ke database. Terutama jika sudah memenuhi ketentuan, misalnya sudah disitasi minimal dua kali dan memiliki ISBN.
Cara selanjutnya untuk meningkatkan visibilitas buku tersebut ke sistem Google Scholar adalah rajin dipromosikan di komunitas akademik. Misalnya dipromosikan lewat blog pribadi dan mencantumkan metadata buku dengan tepat.
Kemudian, dipresentasikan melalui konferensi ilmiah sehingga buku tersebut bisa dipublikasikan di website penyelenggara konferensi. Langkah lain adalah submit buku tersebut di akun media sosial akademik seperti Researchgate.
Langlah-langkah ini pada dasarnya akan meningkatkan peluang buku tersebut terbaca Google Scholar. Sebab memang masuk ke berbagai platform daring dan potensi segera terindeks pun semakin tinggi.
Cara lain yang tentunya perlu dilakukan adalah bersabar menunggu. Pertama, jika buku baru saja diterbitkan maka butuh proses penilaian oleh Google Scholar dan memenuhi ketentuan seperti jumlah minimum sitasi.
Selain itu, proses terindeks di Google Scholar pun dikenal tidak instan. Beberapa butuh waktu sampai mingguan dan bahkan berbulan-bulan. Jadi, memang ada tahap dan prosedur yang harus dilalui buku tersebut sebelum terindeks di Google Scholar.
Jika Anda dosen dan ingin segera memastikan buku terindeks, Anda bisa dimasukkan secara manual. Caranya seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Namun, jika mengedepankan cara organik maka silahkan menerbitkan buku jauh-jauh hari.
Tidak harus masuk pelaporan BKD di semester ini. Selain itu, tidak harus naik jabatan fungsional tahun ini. Bisa tahun depan dan buku sudah terindeks secara organik di Google Scholar. Para dosen bisa fokus pada kewajiban akademik lain sembari menunggu proses indeksasi tersebut.
Cara-cara tersebut bisa diterapkan apabila buku yang sudah diterbitkan tidak juga masuk ke database Google Scholar. Selain itu, pastikan juga sudah menerapkan cara menambahkan buku ke Google Scholar, khususnya secara manual yang sudah dijelaskan.
Sebagai dosen, Anda dikenal sebagai pakar di bidang ilmu apa? Bagaimana cara membuat Anda dikenal sebagai pakar di bidang tertentu? Jika Anda masih belum bisa menjawab pertanyaan tersebut, Anda perlu memahami lagi apa itu academic branding. Jangan khawatir, Kami telah merangkum pembahasan mengenai academic branding untuk Anda. Silakan cek dan terapkan satu per satu:
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…