Dr. Arif Satria, SP., M.Si., sejak dulu memang memiliki mimpi untuk bisa menjadi seorang Guru Besar. Menapaki karir di dunia pendidikan, memang sudah menjadi jalan Arif untuk mewujudkan mimpinya tersebut. Untuk sampai di puncak karirnya saat ini, sebelumnya banyak karya dan jerih payah yang Arif hasilkan. Dua tahun diberi amanah sebagai rektor IPB (Institut Pertanian Bogor), kemudian Arif berhasil peroleh gelar Guru Besar. Berikut kisahnya.
Perjalanan Menjadi Rektor IPB
Arif Satria, lahir di Pekalongan, Jawa Tengah, dari pasangan Bapak Faruk Hasan dan Ibu Sri Utami. Putra ke 2 dari 3 bersaudara ini menikah dengan Retna Widayawati dan dikaruniai seorang putra Zafran Akhmadery Arif (20 tahun) dan seorang putri Sweetyandari Nidya Areefa (10 tahun).
Ayah dua anak ini menyelesaikan pendidikan formal sejak SD hingga SMA di Pekalongan. Arif termasuk siswa yang berprestasi, dibuktikan dengan menjadi siswa teladan 1 tingkat SLTP tahun 1986 dan siswa teladan 1 tingkat SLTA tahun 1989. Selain berprestasi bidang akademik, Arif juga menunjukkan kemampuan kepemimpinannya sebagai ketua OSIS sejak SMP.
Pada tahun 1990, Arif Satria melanjutkan kuliah di IPB University melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, ia aktif sebagai pimpinan mahasiswa, seperti sebagai Presidium Senat Mahasiswa IPB, National Director dan salah seorang pendiri International Association of Student in Agricultural and Related Science (IAAS) Indonesia.
Arif menempuh Pendidikan S1 Sosial Ekonomi Fakultas Pertanian di IPB dan lulus pada tahun 1995. Kemudian melanjutkan janjang pendidikan S2 di Program Sosiologi Pedesaan di almamater yang sama pada tahun 1999 dan melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi S3 Marine Policy di Kagoshima University, Jepang tahun 2006.
Pada tahun 1997, Arif diangkat menjadi dosen di Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan Fakultas Perikanan IPB. Kemudian Arif diamanahkan sebagai Dekan Fakultas Ekologi Manusia (Fema), dan menyandang Dekan termuda di IPB (2010-2017).
Pada November 2017 saat usianya 46 tahun, Arif terpilih sebagai rektor IPB periode 2017-2022. Ia dilantik pada pertengahan Desember 2017. Arif dipilih melalui sidang Majelis Wali Amanat (MWA) IPB yang berjumlah 16 orang, termasuk Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, unsur senat akademik IPB, dosen IPB, mahasiswa IPB, dan masyarakat.
Arif Satria terpilih sebagai rektor IPB periode 2017-2022 pada November 2017 lalu dan dilantik pada pertengahan Desember 2017. Arif dipilih melalui sidang Majelis Wali Amanat (MWA) IPB yang berjumlah 16 orang, termasuk Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi, unsur senat akademik IPB, dosen IPB, mahasiswa IPB, dan masyarakat.
Di usia 46 tahun usia yang terbilang muda untuk memimpin sebuah institusi perguruan tinggi ternama, Arif memimpin kampus dengan belasan ribu mahasiswa dan ratusan akademisi. Pengalaman Arif di kampus dan di luar kampus cukup lengkap. Sejumlah organisasi profesi bidang pertanian, kelautan, dan perikanan, telah ia masuki dan jadi pengurus penting di sana. Bahkan sejak mahasiswa, Arif telah aktif sebagai pemimpin mahasiswa di senat kampus dan organisasi ekstra kampus.
Ayah dua anak ini pun di lingkungan IPB, dikenal sebagai sosok yang dekat dengan sesama dosen dan mahasiswanya. Ia juga dikenal sebagai pribadi yang penuh inspirasi, terbuka, dan motivasi di kalangan mahasiswa dan akademisi IPB.
Arif mengaku di awal menapaki karirnya di kampus, ia rela digaji sebesar Rp 200 ribu per bulan. Kunci yang menguatkan untuk tetap bertahan di tahap awal masa-masa karir adalah kesabaran dan keyakinan.
Arif memang terbilang cukup muda dalam mencapai karirnya sebagai seorang rektor. Di usia tersebut ia berhasil memimpin salah satu universitas besar kenamaan tanah air. Namun baginya, seorang dikatakan muda itu relatif. Orang muda yang berfikirnya selalu ke masa lalu itu menurutnya seperti orang tua. Dan sebaliknya, orang tua yang selalu berpikir ke depan itu orang muda.
“Jadi muda atau tua itu bukan suatu biologis tapi soal visi, soal direncanakan. Tetapi sebenarnya tidak ada perencaan secara khusus. Kita mengalir saja. Syarat jadi rektor, harus jadi profesor sekian lama. Saya belum profesor saat itu, aturannya memang bisa bagi yang belum profesor,” ungkapnya.
Tugas dan Kebijakan sebagai Rektor
Dilansir dari ekonomi.kompas.com dalam pembuatan kebijakan, Arif juga berkontribusi dalam penyusunan peraturan dan perundang-undangan di bidang kelautan dan perikanan yang menjadi spesialisasinya. Antara lain dalam penyusunan Undang-Undang (UU) Perikanan No 31/2004, Revisi UU Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Penyusunan Konsep Ekonomi Biru, dan sejumlah Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri.
Sebagai rektor baru IPB Arif ingin membawa IPB menjadi kampus yang bisa berperan di era yang disebutnya penuh dengan turbulensi dan ketidakpastian. IPB ingin dibawa menjadi kampus yang terbuka bagi tumbuhnya kreativitas dan inovasi guna menggerakan perekonomian.
“Target saya ada 10 persen alumni IPB yang baru lulus, aktif di bidang wirausaha, ini sama dengan sekitar 400 start up baru,” terang Arif.
Merancang Program Unggulan
Masalah yang dihadapi kampus sekarang sudah berubah. Era sudah berubah. Ke depan adalah era yang penuh dengan ketidakpastian, turbulensi, sehingga diperlukan pendekatan-pendekatan yang berbeda. Kami cari peluang-peluang baru.
Setiap zaman ada orangnya, dan setiap orang pada zamannya. Harus ada sesuatu yang baru, yang dikembangkan, dan menciptakan enterpreneur-enterpreneur baru. Itulah yang membuat pihaknya ingin menciptakan start up-start up di bidang pertanian.
“Ada start up school, kami siapkan, sehingga ada talent mapping. Tapi inputnya juga harus bagus, yang punya leadership kuat. Harapannya para ketua OSIS itulah nanti yang akan kami siapkan untuk masuk ke IPB dengan jalur khusus,” terangnya.
Adapun start up yang akan dikembangkan diantaranya, bidang perikanan, peternakan, pertanian seperti benih, industri pengolahannya, maupun produk-produk pestisidanya. Arif melanjutkan, pihaknya juga tengah memproses dengan venture capital, dan kerjasama lainnya yang bisa mensupport start up barunya tersebut. Ia pun memiliki target 10 persen lulusan IPB bergerak di bidang wirausaha.
“Kurang lebih 400 orang. Kalau berkelompok, lima orang satu start up, beda lagi. Kalau per orang, berarti 400 start up. Potensi bisnis startup pertanian memang cukup besar ya? Bidang pertanian itu banyak macamnya, masing-masing punya potensi. Bidang bunga anggrek misalnya, suplai ke hotel-hotel itu bisnis juga,” jelasnya.
Jadi Guru Besar, Bukti Lunas Penuhi Janji pada Orangtua
Dilansir dari laman ipb.ac.id berdasarkan Surat Keputusan Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) RI, terhitung sejak Oktober 2019 Dr. Arif Satria, SP., M.Si. yang kini menjabat Rektor IPB University diangkat menjadi Guru Besar Tetap di Bidang Ekologi-Politik di IPB University. Arif merasa lega dengan gelar ini karena memang merupakan mimpi sejak awal jadi dosen.
”Sekaligus lunasi janji saya ke orang tua. Saya tidak bisa membalas segala kasih sayang orang tua saya selama ini selain dengan karya-karya seperti ini. Semoga gelar guru besar ini bisa membuat orang tua saya bahagia dan bangga,” ujar Arif.
Setiap saat orang tua Arif selalu menanyakan kapan mencapai puncak tertinggi akademik sebagai guru besar. Dengan gelar ini, Arif merasa tertuntut untuk lebih produktif dalam menghasilkan karya-karya akademik.
”Gelar guru besar bukan akhir perjalanan akademik, tetapi harus kita anggap sebagai awal perjalanan. Sehingga harus ada karya-karya lanjutan yang lebih baik di masa mendatang. Bagaimanapun juga saya dibesarkan oleh IPB. Saatnya saya harus terus berbuat untuk kemajuan IPB,” ujar Arif.
Selain menjadi rektor IPB sejak 2017 lalu, di tahun 2019 ini Arif memperoleh gelar Guru Besar Tetap Fakultas Ekologi Manusia (Fema) IPB dalam bidang Ekologi Politik.
Sampai saat ini, ia telah meluluskan 43 sarjana, 48 magister dan 14 doktor. Selain tugas utama sebagai pengajar, tahun 2017 diberi amanah sebagai Rektor IPB periode 2017-2022. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Dekan Fema selama 2 periode (2010-2017).
Selain itu, jabatan lain di IPB yang pernah diemban yaitu Direktur Riset dan Kajian Strategis IPB (2008-2010), Sekretaris Bagian Kependudukan, Kajian Agraria dan Ekologi Politik, Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat IPB (2007-2010), Kepala Divisi Pemberdayaan Masyarakat Pesisir, Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan (PKSPL) IPB (2006-2008), Kepala Program Agraria Masyarakat Pesisir, Pusat Studi Agraria (PKA) IPB (1999-2002), Sekretaris 2 Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan IPB (1998-2002), Sekretaris Eksekutif Lembaga Sumberdaya Informasi (LSI) IPB (1997-2000), dan Sekretaris Rektor IPB (1996-1997).
Kesibukan lain
Rektor IPB ini juga menduduki sejumlah jabatan di instansi atau organisasi lain. Sejak tahun 2018 hingga sekarang, ia menjabat sebagai Komisaris Utama PTPN Holding. Rektor muda ini juga pernah menjabat sebagai Penasehat Menteri Kelautan dan Perikanan (2012-2019), Anggota Dewan Pengawas Perum Perikanan Indonesia (2013-2017), Anggota Dewan Kelautan Indonesia (2013-2017), Anggota Komisi Tuna Indonesia (2012-2014), Wakil Ketua Umum Ikatan Ilmuwan Indonesia Internasional (2009-2011), Anggota Komisi Nasional Pengkajian Sumberdaya Ikan (2008-2011).
Tim Ahli Menteri Kelautan dan Perikanan (2001-2002), Ketua Umum Badan Pengurus Pusat Perhimpunan Sarjana Pertanian Indonesia (PISPI) (2010-2015), Ketua Dewan Pakar PISPI (2015-2020), Ketua PPI Kagoshima Jepang (2004), Ketua Dewan Redaksi Majalah Inovasi PPI Jepang (2004-2005), Presidium Korps Alumni Himpunan Mahasiswa Islam Bogor, Ketua Umum Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwilsus Bogor, Tim Panelis Debat Capres-Cawapres Komisi Pemilihan Umum (2014 dan 2019), Chairman University Network for Indonesian Export Development (UNIED) (2018-2019), dan Ketua Forum Rektor Indonesia (2020).
Selain itu, ia pernah aktif dalam beberapa Organisasi Profesi Internasional diantaranya: American Fisheries Society, International Institute for Fisheries Economics and Trade (IIFET), International Assocation for Study of The Commons, Japan Regional Fisheries Society, dan Japan International Fisheries Research Society.
Arif Satria aktif sebagai narasumber pada berbagai forum internasional di berbagai negara di Amerika, Eropa, Asia, Afrika dan Australia. Ia memiliki peran penting dalam sejumlah forum internasional bergengsi, beberapa diantaranya sebagai Delegasi Indonesia pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Bumi Rio +20 yang diselenggarakan oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) di Rio de Jeneiro Brasil (2012), sebagai speaker dalam high official forum yang diselenggarakan oleh Food and Agriculture Organization (FAO) di Roma (2019).
Banyak Penelitian yang dilakukan
Dalam bidang penelitian, Arif Satria aktif dalam konsorsium internasional yaitu Community Conservation Research Network Project (2012-2018) yang berpusat di Kanada. Ia juga menerima dana hibah penelitian Kemenristekdikti pada 4 judul penelitian dalam total waktu 6 tahun (2011, 2012, 2016-2019). Selain itu sejumlah kerjasama penelitian dengan instansi pemerintahan dan Civil Society Organization (CSO) internasional juga dilakukan.
Penelitian-penelitian inilah yang kemudian menghantarkan Arif Satria dalam menempuh gelar profesornya. Sehingga selama karirnya ratusan artikel populer dan artikel ilmiah telah diterbitkan baik nasional maupun internasional. Artikel-artikel inilah yang kemudian disadur sehingga Arif Satria memiliki nilai H-Index Scopus 7 dan H-Index Google Scholar 16.
Selain itu, ia juga aktif sebagai reviewer jurnal internasional yang diterbitkan di Springer dan Elsevier. Karya lain yang dihasilkan dari ide dan pemikiran Arif Satria juga dipublikasikan dalam berbagai buku yang ditulis sendiri (penulis tunggal), penulis pertama, editor maupun kontributor dalam book chapter diantaranya (1) Dinamika Modernisasi Perikanan Formasi Sosial dan Mobilitas Nelayan (penulis tunggal), (2) Globalisasi Perikanan: Reposisi Indonesia? (penulis pertama) (3) Pesisir dan Laut untuk Rakyat (penulis tunggal), (4) Menuju Desentralisasi Kelautan,
(5) Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (penulis tunggal), (6) Menuju Desentralisasi Pengelolaan Sumberdaya Perikanan (penulis pertama), (7) Ekologi Politik Nelayan (penulis tunggal), (8) Menuju Konservasi Laut yang Pro Rakyat dan Pro Lingkungan (co-author) (8) Managing Coastal and Inland Waters yang diterbitkan oleh penerbit terkemuka Springer (Editor dan kontributor penulis book chapter), (9) Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir (penulis tunggal), (10) Politik Kelautan dan Perikanan (penulis tunggal), (11) Laut dan Masyarakat Adat (editor dan kontributor book chapter), (12) Governing The Coastal Commons yang diterbitkan oleh Routledge Publisher (kontributor book chapter), dan akan segera terbit yaitu buku berjudul Politik Sumberdaya Alam (penulis tunggal).
Rektor yang hobi bermain bulutangkis dan menciptakan lagu ini juga aktif menyuarakan ide dan gagasan untuk kemajuan bangsa melalui media massa, baik cetak, televisi maupun daring. Sumbangan ide dan pemikirannya juga telah menjadi acuan dalam sejumlah perumusan kebijakan nasional.
Selama mengabdi di IPB University, Arif Satria menerima penghargaan Satyalencana 10 tahun dari Presiden Republik Indonesia (2013). Beberapa penghargaan lainnya yang ia peroleh diantaranya Second Winner of The Academic Leader Award – Dosen dengan Tugas Tambahan sebagai Rektor Perguruan Tinggi Negeri Badan Hukum (PTNBH) (2019), Akademisi Peduli Penyuluhan dan SDM Perikanan – KKP (2013), Kagoshima University Network Ambassador (2011), Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa Bidang Ilmu Pengetahuan (2009), The First Winner of Yamamoto Award (2008), dan Juara 3 Dosen Berprestasi IPB (2007).
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…