Bandung – Dosen Departemen Statistika Universitas Padjadjaran, Yudhie Andriyana, M.Sc., Ph.D, memperoleh hibah kompetitif dari Pemerintah Belgia, yaitu South Initiative (SI) 2019 – 2020. Hibah ini membawa angin positif bagi perkembangan program studi Magister Statistika Terapan di Unpad.
“Indonesia baru pertama kali mendapat hibah ini,” ujar Yudhie seperti dilansir unpad.ac.id. Tidak tanggung-tanggung, hibah kompetitif ini memiliki total dana senilai 69.867 euro atau sekitar Rp 1,1 Miliar yang diperoleh dari lembaga Vlirous, suatu lembaga pemberi hibah asal Belgia.
Melalui hibah ini, Yudhie bekerja sama dengan sejumlah mitra institusi dari Belgia maupun Indonesia. Dari Belgia, ia menggandeng Center for Statistics Hasselt University (CenStat – Uhasselt), dengan Prof. Anneleen Verhasselt selaku promotornya.
Sementara untuk Indonesia, ada dua perguruan tinggi mitra dan intansi pemerintah yang ikut serta pada proyek ini, antara lain: Universitas Bengkulu, Politeknik Statistika STIS, LAPAN, PUSAIR, BMKG, Pemprov Jabar, dan Dinas Kesehatan Pemprov Jabar. Promotor lokal untuk Indonesia dipegang langsung oleh Yudhie.
Yudhie menjelaskan, ada tiga proyek utama yang dilakukan melalui hibah ini. Tiga proyek tersebut meliputi pengembangan kurikulum untuk prodi Magister Statistika Terapan, kerja sama riset, serta pencarian kandidat potensial untuk bisa melanjutkan studi di Belgia.
Ihwal proyek pengembangan kurikulum prodi, Yudhie yang juga menjabat sebagai Ketua program studi Magister Statistika Terapan ini telah merancang sejumlah program pengembangan. Program pertama adalah pengembangan mata kuliah strategis terkait Analisis Data Spasial, Data Mining (Analisis Big Data), dan Analisis Data Longitudinal.
Tiga mata kuliah tersebut ada yang sudah berjalan dan ada pula yang akan diselenggarakan kembali. Yudhie menjelaskan, mata kuliah Analisis Data Spasial merupakan mata kuliah yang baru diajarkan dan memasuki tahun kedua penyelenggaraan. Karena baru, pihaknya masih mencari pola yang terbaik untuk menemukan standar pembelajaraan yang relevan.
Untuk mata kuliah Data Mining sudah lama diajarkan pada prodi Statistika Terapan. Hanya saja, butuh regenerasi staf pendidik. Sementara mata kuliah Analisis Data Longitudinal sudah pernah menjadi mata kuliah penting pada jenjang Sarjana, akan tetapi mata kuliah ini sudah lama dihilangkan. “Kita mau kembangkan kembali mata kuliah ini pada tingkat Magister,” kata Yudhie.
Selanjutnya, program pengembangan lainnya meliputi penyelenggaraan lokakarya (workshop) dengan pemateri para ahli dari Hasselt University, serta pengiriman staf Statistika Unpad ke Belgia untuk melakukan studi tentang kurikulum pendidikan statistika.
Yudhie mengatakan, tema penyelenggaraan lokakarya disesuaikan dengan kebutuhan para staf Unpad dalam melakukan pengembangan program studi. Berdasarkan pemetaan, dihasilkan lima topik lokakarya yang meliputi pelatihan penulisan jurnal ilmiah berbahasa Inggris, statistik untuk di luar profesi Statistik, analisis data spasial, analisis data longitudinal, dan pengenalan mesin pembelajaran statistik.
“Workshop ini diikuti oleh peserta dari para mitra strategis hibah,” kata Yudhie.
Sementara untuk aktivitas riset, hibah ini fokus kepada pemodelan statistik untuk penyakit menular dan lingkungan. Proyek riset ini sebenarnya telah dilakukan Yudhie bersama salah seorang profesor di Uhasselt.
“Riset ini berbicara tentang bagaimana kaitan statistik dengan kesehatan dan lingkungan. Pemodelan sangat penting untuk memprediksi pola penyebaran penyakit. Kita bantu membuat para peneliti di bidang kesehatan untuk bisa dioptimalkan/dibunyikan pada model statistik,” kata Yudhie.
Untuk lingkungan Yudhie berfokus pada pengkajian aspek dominan yang menyebabkan terjadinya banjir di kota Bandung. Aspek apa yang bisa diminimalisasi sehingga potensi banjir tidak terjadi. Selain itu, terkait dengan aspek lingkungan, akan dilakukan kajian mengenai dampak alih guna lahan terhadap lingkungan (flora dan fauna) di Provinsi Bengkulu dengan menggandeng Unib sebagai mitra riset Bersama.
Program pengembangan terakhir adalah mencari kandidat potensial untuk melanjutkan studi di Uhasselt. Saat ini, Yudhie sudah menyasar beberapa calon potensial, baik untuk studi Magister maupun Doktor. Pihak Uhasselt juga akan membantu mencarikan peluang beasiswa.
Berawal dari Hibah yang Lebih Kecil
Yudhie memaparkan, diperolehnya hibah SI 2019-2020 ini berawal dari perolehan hibah yang lebih kecil. Pada 2018 lalu, Yudhie berhasil memperoleh hibah Global Minds dari Vlirous yang sekaligus menjadi batu loncatan untuk memperoleh hibah SI 2019-2020.
Alumnus Doktor Statistik pada KU Leuven Belgia ini mengatakan, hibah Global Minds diperoleh saat sedang melakukan riset kerja sama dengan Belgia. Melalui hibah ini, digelar sejumlah program berupa kerja sama riset lanjutan, lokakarya, pengenalan kurikulum, serta penjajakan kerja sama akademik dan tesis mahasiswa.
Lewat hibah itu pula, Yudhie mendapat kesempatan untuk menjadi pembicara pada dua perguruan tinggi di Belgia, yaitu di KU Leuven dan Uhasselt. Di KU Leuven, Yudhie menjadi pembicara dengan topik “The role of quantile objective function on Spatial data applied to Indonesian enviromental and societal problems” pada 27 September 2018 lalu.
Sementara di Uhasselt pada 28 September 2018, Yudhie membawakan topik serupa, yaitu “The role of quantile regression in environmental and societal research in Indonesia”. Dua topik ini merupakan hasil dari kerja sama riset yang dilakukan Yudhie dengan peneliti di Uhasselt. Selain itu, riset ini juga terkait dengan pengembangan kajian disertasinya selama menempuh studi di KU Leuven.
Atas rekomendasi pihak Uhasselt bahwa proyek riset ini harus terus berjalan, Yudhie pun mengajukan hibah SI kepada pihak Vlirous. Ia pun berhasil meyakinkan pihak Vlirous bahwa riset ini potensial untuk dikembangkan.
“Waktu saya diminta jadi invited speakers, alhamdulillah responsnya positif. Pas kunjungan pertama, berdiskusi juga dengan pihak Vlirous. Mereka tahu bahwa kita itu datang ke sana membawa program yang jelas, tidak sekadar jalan-jalan,” paparnya.
Potensi Dapatkan Hibah Lebih Besar
Luaran utama dari hibah ini adalah publikasi internasional. Publikasi ini berupa hasil kerja sama Unpad dengan Uhasselt, Unpad dengan mitra perguruan tinggi, serta Unpad dengan mitra institusi.
Bukan hanya publikasi ilmiah, hibah ini juga didorong untuk menghasilkan inovasi yang bisa menjadi masukan bagi pelaksana pemerintahan yang bergerak di bidang kesehatan dan lingkungan.
Yudhie mengatakan, jika hibah ini berhasil diselesaikan pada 2020, bukan tidak mungkin Unpad berpeluang mendapat hibah yang jauh lebih besar. “Hibah SI ini hanya memberikan rekomendasi orang untuk studi di sana. Tapi kalau hibah yang lebih besar sudah ada dana untuk studinya,” kata Yudhie.
Karena itu, ia mengharapkan dukungan intensif dari seluruh pihak, termasuk sokongan dari fakultas maupun universitas. Hibah ini, kata Yudhie, akan berperan dalam meningkatkan kualitas program studi. Selain itu, kolaborasi multidisiplin juga akan tercipta dengan baik.
“Unpad tidak usah mengeluarkan dana sepeser pun untuk meningkatkan sumber daya manusia dan program studinya. Dari sisi akreditasi program studi juga akan bagus karena ada kerja sama yang dibiayai pihak eksternal,” kata Yudhie.
Redaksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…