Inspirasi

Wardana, Dosen dengan Ratusan Karya di Scopus

Prof. Ir. I.N.G Wardana, M.Eng, Ph.D berhasil menjadi dosen dengan ratusan karya di publikasi ilmiah terindeks Scopus. Wardana merupakan dosen Universitas Brawijaya (UB) Malang. Terhitung 115 karyanya telah dipublikasikan dalam jurnal tersebut. Hal ini menempatkan Wardana sebagai dosen UB paling produktif dan paling banyak karya di Scopus. Hal ini menjadi prestasi tersendiri untuk Wardana dan layak dinobatkan sebagai dosen dengan ratusan karya di Scopus.

Bagi yang masih awam, Scopus adalah database atau psat data sitasi atau literature ilmiah dimiliki oleh penerbit Elsevier, salah satu penerbit ternama di dunia. Scopus ini mulai dikenal sejak tahun 2004. Scopus bersaing ketat dengan Web of Science (WOS) yang diterbitka oleg Thomson Reuters, pusat data terbesar dunia saat ini. Untuk itu, menjadi salah satu dosen produktif menulis di Scopus merupakan pencapaian besar.

Profesi dosen sendiri memang tak bisa dijauhkan dari aktivitas menulis. Seperti yang telah diketahui, dosen memiliki kewajiban untuk menulis baik itu buku ajar, buku monograf, hingga menulis karya yang berhasil dipublikasikan di Scopus. Jika dosen mampu melakukannya maka akan menambah pencapaiannya sebagai dosen sekaligus mendatangkan keuntungan berupa kenaikan jumlah angka kredit dosen.

Pengalaman Wardana yang dikenal pula sebagai ilmuwan berpengaruh urutan 87 di Indonesia  ini bisa dijadikan pembelajaran oleh dosen-dosen lain. Mungkin dosen-dosen bisa mengikuti jejaknya sebagai dosen produktif menulis di Scopus.

Dosen dengan ratusan karya di Scopus ini menghabiskan masa studi sarjana di Universitas Brawijaya. Kemudian menerukan pendidikan magister dan doktoral di Keio University, Yokohoma, Jepang. Lantas mengabdikan diri sebagai dosen di perguruan tinggi tempatnya menempuh pendidikan sarjana.

Dilansir medcom.id, dosen Fakultas Teknik Mesin ini mengungkapkan tugas utama dosen adalah menerapkan Tridarma Perguruan Tinggi. Menurutnya dosen harus mampu membangun konsep atau ide. Ide adalah hal utama dan penulisan jurnal. Dengan didukung data scientific yakni teori dan data di lapangan. Setelah itu data yang didapatkan melewati proses verifikasi.

Dosen dengan Ratusan Karya di Scopus ini menekankan, untuk mendapatkan ide tersebut, dosen harus memanfaatkan waktu dengan baik. Sehingga selain menjabat sebagai profesor, ia tetap mempunyai tugas dalam hal penelitian dan pengabdian. Tidak hanya mengajar.

Wardana sebagai dosen UB paling produktif dan paling banyak karya di Scopus. Ia dikenal pula sebagai ilmuwan berpengaruh urutan 87 di Indonesia. (dok. medcom.id)

Dengan pemahaman tersebut, meskipun menjabat guru besar, Wardana masih produktif menulis. Ia menerapkan sikap produktif. Tak heran ia berhasil menghasilkan banyak karya di tengah kesibukannya sebagai dosen dan menjabat sebagai guru besar.

Bahkan dosen dengan ratusan karya di Scopus ini masih aktif mengisi materi dalam seminar. Ia tak segan membeberkan kiat bagaimana ia bisa produktif seperti sekarang ini.

“Cara saya supaya bisa terus produktif menulis adalah ketika pagi hari saya tiba di kampus, biasanya saya langsung duduk di depan komputer, mengerjakan pekerjaan sambil berpikir ide apa yang bisa saya aplikasikan ke dalam sebuah tulisan. Ketika menulis sudah menjadi habit, hal ini akan menjadi mudah,”ujar Wardana, dikutip dari medcom.id.

Ia mengaku tidak memiliki target tertentu dalam menulis. Targetnya adalah memberi pencerahan ilmu kepada mahasiswa atau peserta seminar saat ia menjadi pembicara sebanyak mungkin. Harapannya, ia juga tercerahkan dengan feedback yang diberikan Di sisi lain perlu adanya kebijakan yang mendukung dosen untuk produktif menulis.

Ia mengakui Fakultas Teknik UB menerapkan kebijakan yang mendukungnya. Sejak tahun 2008, fakultas ini telah mewajibkan untuk menulis di jurnal. Hal ini mendorong produktivitasnya sekaligus menjadikan fakultas tempatnya mengajar berada di posisi pertama sebagai fakultas dengan karya publikasi jurnal ilmiah terbanyak.

Dilansir prasetya.ub.ac.id, mantan ketua program studi S3 Teknik Mesin UB ini pernah memperoleh penghargaan International Association of Advanced Materials (IAAM) Scientist Medal. Penghargaan diberikan kepada peneliti dengan riset paling menonjol dalam bidang Ilmu dan Teknologi terkait Advanced Materials. Ia juga mendapatka medali dari European Advanced Materials Congress tahun 2017 silam.

Terakhir, ia berpesan dosen harus berpikir konseptual. Menurutnya, 10-30% dosen di UB bisa  saja bisa menerapkan ini, itu sudah hebat. Jika mencapai 25% maka tiap bulan ada 300 jurnal. Bila mencapai 50% maka ada sekitar 1.500 jurnal per bulan yang terpublikasi. Jika semua itu bisa tercapai UB bisa menjadi perguruan tinggi yang unggul.[]

Redaksi

Recent Posts

Cara Menyusun Artikel Jurnal dengan Prinsip Piramida Terbalik

Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…

3 days ago

Time Table dan Manfaatnya dalam Melancarkan Penelitian

Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…

3 days ago

Syarat dan Prosedur Pengajuan Pindah Homebase Dosen

Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…

3 days ago

Scope Jurnal & Cek Dulu Agar Naskah Sesuai Jurnal Tujuan

Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…

3 days ago

6 Cara Mengecek DOI Jurnal, Pahami untuk Isian Publikasi

Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…

3 days ago

Cara Mengecek Jurnal Nasional Tidak Terakreditasi, Pahami Sebelum Publikasi

Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…

4 days ago