Bandung – Usung konsep Industri 4.0 untuk Indonesia, Dosen ITB, Dr. Sri Raharno, S.T., M.T., raih penghargaan Best Paper Award 2nd Prize pada The 16th International Conference on Automation Technology (Automation 2019) yang diadakan 22-24 November, di Taipei, Taiwan.
Perhelatan tersebut dilaksanakan di National Taiwan University of Science and Technology (NTUST) yang merupakan bagian dari kerja sama antara NTUST dan Chinese Institute of Automation Engineers (CIAE).
Konferensi ini adalah wadah international bagi komunitas riset maupun praktisi dunia dalam bidang otomasi cerdas untuk bidang akademik dan aplikasi industri. Pada tahun ini, Automation 2019 menerima karya penelitian dari berbagai bidang terkait otomasi cerdas.
Kecerdasan buatan, teknologi pengukuran dan kontrol otomatis, Internet of Things, dan Industri 4.0, adalah beberapa topik dari keseluruhan topik yang beririsan dengan tema dari konferensi yang diikuti oleh pengajar pada keilmuan teknik mesin tersebut.
“Paper yang saya ajukan untuk diikutkan dalam konferensi tersebut berkaitan dengan Industri 4.0, “ ujar Sri Raharno dilansir dari itb.ac.id.
Sesuai dengan judulnya, Implementing Industry 4.0 in an Indonesia Tradisional Assembly Industry: Monitoring System, penelitian ini berisi tentang strategi penerapan Industri 4.0 yang sesuai dengan keadaan industri Indonesia. Hal ini berkaitan erat dengan kondisi industri di Indonesia yang berbeda dengan kondisi industri di negara maju.
“Kita harus melihat tujuan dasar dari penerapan Industri 4.0 bukan soal ketergantungannya terhadap mesin-mesin canggih,“ jelas dosen pada Kelompok Keahlian Teknik Produksi Mesin, Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara.
Ia mengingatkan bahwa tujuan dari Industri 4.0 adalah efisiensi, efektivitas, dan fleksibilitas dari proses produksi termasuk juga untuk penekanan biaya produksi. “Namun, selama ini kan yang kita tahu yang bisa menjadi modal untuk melakukan itu semua adalah mesin-mesin canggih, jadi wajar saja itu yang menjadi solusinya selama ini,” sambungnya.
Untuk itu, ia memberikan sebuah desain sistem yang sesuai dengan kondisi industri di Indonesia untuk tujuan implementasi Industri 4.0 yang sama. ”Sistem ini didesain khusus untuk industri di Indonesia yang mayoritas masih menerapkan Industri 2.0, bahkan ada yang masih Industri 1.0, tanpa melakukan perubahan menggunakan mesin-mesin otomatis dengan biaya terjangkau dan tidak perlu melakukan pengurangan tenaga kerja,” ujarnya.
Sri Raharno melanjutkan, hal ini cocok dengan kondisi Indonesia, yang terdapat banyak masyarakat, pengurangan tenaga kerja dan hilangnya lapangan kerja bisa memicu dampak sosial yang besar. Ia meyakini bahwa dengan adanya pengurangan lapangan kerja di keadaan negara Indonesia yang masih menengah kemampuan ekonominya dapat menimbulkan persoalan sosial yang serius.
Namun, ia tidak mengingkari bahwa ada perubahan esensial yang dibawa dalam jargon Industri 4.0. Dalam pembahasan penelitiannya, Sri Raharno meyakini bahwa manipulasi data untuk kepentingan pengelolaan produksi adalah salah satu elemen penting dan menjadi ciri khas dari Industri 4.0.
“Untuk yang ini, harus tetap ada, Industri 4.0 membawa kita untuk memanfaatkan data yang akurat, presisi, lengkap dan nyata dari shopfloor agar dapat melakukan pengambilan keputusan dalam pengelolaan produksi secara baik,“ pungkasnya.
Bagi para dosen di Indonesia yang belum studi lanjut jenjang S3, Anda bisa mengikuti program…
Bagi calon dosen di Indonesia yang mengikuti seleksi CPNS, salah satu seleksi yang harus dilewati…
Korea menjadi salah satu negara tujuan pascasarjana karena kualitas pendidikan yang tidak lagi diragukan. Apakah…
Anda dosen muda dan mau melanjutkan studi di luar negeri tetapi masih dekat dengan Indonesia?…
TWAS TUBITAK Postdoctoral Fellowship Programme bisa menjadi pilihan mahasiswa S3 (Doktoral) maupun lulusan Doktor untuk…
Sejalan dengan diterbitkannya Permendikbudristek Nomor 44 Tahun 2024, maka diterbitkan pula pedoman pelaksanaan berisi standar…