Yogyakarta – Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta menjadi tuan rumah untuk kegiatan kursus Dekan se-Asia Tenggara pada 6-9 Februari 2019. Kursus para pemimpin Fakultas ini dihadiri peserta dan pemateri dari Indonesia, Jepang, Filipina, Malaysia, dan Jerman. Rektor UGM Prof. Ir. Panut Mulyono, M.Eng., D.Eng., mengatakan kegiatan kursus dekan ini sebagai wadah bagi para pemimpin universitas dapat belajar dari satu sama lain.
Menurutnya, pendidikan tinggi tidak hanya mendorong kualitas pendidikan dan pengajaran, namun juga bisa merespon perubahan dunia yang begitu cepat. ”Dunia memang berubah dan institusi pendidikan tinggi juga perlu beradaptasi dengan cepat,” kata Rektor dilansir ugm.ac.id.
Panut menyebutkan perkembangan revolusi industri 4.0 mengubah berbagai aspek kehidupan manusia. Menurutnya, perubahan tersebut sangat berbeda dibandingakan dengan sepuluh atau lima belas tahun yang lalu. Ia mencontohkan layanan taksi dan reservasi hotel secara online tidak dilakukan oleh perusahaan yang sudah mapan, namun dilakukan oleh sekelompok anak muda sebagai pendirinya.
Tidak hanya dibidang layanan tersebut, imbuhnya, dalam lembaga pendidikan menurutnya juga menghadapi dampak serupa dengan adanya revolusi teknologi informasi dan komunikasi. Belum lama ini, kata Rektor, Google dan IBM mengumumkan bahwa mereka bersedia mempekerjakan seseorang dengan keterampilan yang baik, walaupun mereka tidak memiliki ijazah dari universitas mana pun. ”Ini tentu mengejutkan bagi mereka yang selama ini percaya pada peran pendidikan formal,” katanya.
Dikatakan Rektor, penggunaan TIK yang massif dan distributif, siapa pun saat ini dapat belajar apa saja, dari mana saja dan kapan saja. Oleh karena itu, pendidikan tinggi saat ini menghadapi tantangan baru yang harus diselesaikan. ”Institusi pendidikan dipaksa untuk mendefinisikan kembali signifikansi dan peran mereka,” katanya.
Rektor berharap pertemuan para Dekan ini bisa memunculkan ide dan saran serta memberikan solusi dalam pengelolaan lembaga pendidikan tinggi. ”Semoga para pserta dapat berbagi pengalaman dan belajar dari satu sama lain dengan berbagi hasil praktik terbaik,” ujarnya.
Tobias Wolf, MA., perwakilan German Academic Exchange Service (DAAD), menuturkan kegiatan kursus dekan ini bertujuan mendorong pengembangan pendidikan tinggi di kawsan Asia Tenggara sekaligus meningkatkan hubungan kerja sama tingkat internasional antar perguruan tinggi. ”Kita ingin mendorong penguatan kualitas manajemen pendidikan tinggi dan kerja sama internasional, nantinya tidak hanya di Asia tapi juga di kawasan Amerika dan Afrika,” jelasnya.
Sedangkan Prof. Dr. Peter Mayer, pengajar dari Fakultas Manajemen Bisnis dan Ilmu Sosial, Osnabruck University, Jerman, mengatakan pertemuan semacam ini akan menjadi ajang untuk berbagai informasi dan pengalaman antar kampus dalam mengelola sistem pendidikan masing-masing. Ia menyebutkan revolusi industri dan dampak disrupsi teknologi pada pendidikan tinggi akan menjadi bahan diskusi para peserta.
Redaksi