Categories: Inspirasi

Titik Taufikurohmah, Dosen Kimia Unesa yang Kembangkan Nanogold

Dalam artikel kali ini, duniadosen.com mengulas profil dosen Jurusan Kimia, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA) Universitas Negeri Surabaya (Unesa), yaitu Dr. Titik Taufikurohmah, S.Si., M.Si. Titik, panggilan karibnya, harus menempuh perjalanan panjang sebelum akhirnya melabuhkan karirnya sebagai dosen Kimia. Passion sebagai dosen ia temukan, dari sanalah Titik mengeksplore kemampuan meneliti hingga kembangkan nanogold sebagai material dasar yang dijadikan kosmetik.

Setelah menamatkan pendidikan sarjana di Jurusan Kimia Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada 1992, Titik tak langsung melamar menjadi dosen. Saat itu, Titik memilih bekerja di industri meubel di Pasuruan. Setelah itu, Titik juga bekerja sebagai Kepala Pembukuan di salah satu dealer di Surabaya.

Merasa ilmu di bidang Kimia yang ia miliki tak bisa disalurkan dalam pekerjaannya di bidang industri, Titik berniat untuk melamar menjadi dosen. Saat bekerja di Surabaya tersebut, Titik melamar menjadi dosen di berbagai instansi pendidikan sampai akhirnya diterima sebagai dosen Jurusan Kimia, FMIPA Unesa Surabaya pada 1998.

Ketika menjadi dosen, Titik mengampu beberapa mata kuliah (matkul) yang relevan dengan keahliannya dalam bidang kimia. Beberapa diantaranya yaitu matkul Kimia Analitik I-IV, Kimia Industri, Analisis Pangan, Kimia Polimer Organik, Kimia Farmasi, dan Kimia Kosmetik. Tak hanya itu, perempuan lulusan S2 Kimia Universitas Airlangga (Unair) Surabaya tersebut juga mengampu matkul Kewirausahaan dan Praktik Kerja Lapangan (PKL).

Tantangan dan Kiat Bagi Waktu

Selain mengajar, Titik juga sibuk melakukan penelitian terkait proyek dalam rangka kembangkan nanogold. Tak hanya itu, Titik juga sibuk dengan kegiatannya di Mitra Bestari BPPT-Ristek, PI-UMKM Wilayah Surabaya, pengurus Pusat Haki Paten dan Publikasi (HKIPP), pengelola Jurnal Unesa, serta juga pengelola Kekayaan Intelektual dosen di Unesa.

Titik Taufikurohmah bersama rombongan LPPM UNESA saat kunjungan ke ITB dan UPI (doc. Titik)

Pun, Titik juga memiliki peran domestik di keluarganya. Bagaimana kiat membagi waktu? ”Bila di kampus, saya selalu usahakan untuk tidak membawa pekerjaan dari rumah, dan sebaliknya, sehingga fokus kerja tetap terjaga dan tidak ada yang dirugikan,” kata penyaji terbaik dalam presentasi penelitian Dikti tersebut.

Titik sadar bahwa setiap pekerjaan memiliki tantangan masing-masing, termasuk menjadi dosen. Menurut Titik, dosen tidak hanya berperan mengembangkan ilmu melalui proses pembelajaran di kelas saja. Tetapi juga harus mampu menghasilkan karya yang dapat menyejahterakan masyarakat baik berupa barang, jasa maupun rekayasa sosial.

”Sekecil apapun, saya harus bisa berkarya agar menjadi orang yang bermanfaat untuk orang lain, masyarakat, dan agama. Itu tantangan sebagai dosen,” ucap wisudawan terbaik dan peraih gelar doktor dengan predikat Cumlaude tersebut.

Titik melanjutkan, dalam rangka menghadapi perkembangan teknologi yang terus berkembang dan adanya tren revolusi industri 4.0, dosen juga harus mengikuti perkembangan teknologi. Perkembangan tersebut, kata Titik, perlu didukung oleh instansi pendidikan terkait agar bisa berjalan lancar.

”Misalnya dalam bidang kimia adalah pengadaan laboratorium virtual juga dibuat untuk memudahkan mahasiswa berinovasi. Bila sudah didapatkan kondisi dan formula yang tepat, baru dibuat dalam reaksi kimia yang sesungguhnya. Hal ini akan sangat efisien dalam penggunaan bahan kimia dan sedikit limbah yang dihasilkan,” ungkap peraih anugerah Satyalencana 10 tahun pengabdian sebagai dosen tersebut.

Profesi Dosen Dapat Mewadahi Imajinasi dan Inovasi

Titik tak asal-asalan memilih dosen sebagai pekerjaan utamanya. Perguruan tinggi adalah wahana untuk mengimplementasi tridharma pengajaran, pengabdian, dan penelitian. Dalam melakukan ketiganya, perguruan tinggi memberi kebebasan bagi dosen untuk berinovasi seliar-liarnya.

Titik menyebut profesi dosen adalah satu-satunya pekerjaan yang mampu mewadahi imajinasi dan impiannya untuk melakukan inovasi. Dengan menjadi dosen, Titik menilai dirinya bisa melakukan penelitian terkait bidang ilmu yang ia kuasai dan menyampaikannya kepada masyarakat luas sebagai bentuk pengabdian.

Titi Taufikurohmah (tengah) saat menghadiri pameran produk kosmetik di UNESA (doc. Titik)

”Menurut saya, profesi lain tidak bisa membebaskan saya untuk meneliti, apalagi menyampaikan gagasan-gagasan baru hasil penemuan. Jadi, hanya dosen yang dapat meneliti dan menyampaikan hasil penelitiannya,” ujar Titik kepada tim duniadosen.com melalui pesan elektronik, Rabu (9/1).

Sampai saat ini, Titik sudah berhasil melakukan berbagai penelitian yang ia publikasikan di jurnal nasional maupun internasional. Pun, Titik sudah memiliki paten untuk proses pembuatan nanogold menggunakan matriks berbagai material dasar krem serta penggunannya sebagai produk kosmetik.

Titik mengaku terinspirasi oleh para ilmuan hebat dunia yang berhasil menemukan sesuatu yang bermanfaat bagi masyarakat luar. ”Mereka meninggalkan karya temuan untuk kesejahteraan umat manusia, seperti Thomas Alfa Edison yang meninggalkan temuan bola lampu dengan tenaga listrik yang bisa kita rasakan sampai sekarang,” ceritanya. Selain itu, Titik juga menyebut Albert Einstein (penemu energi nuklir) dan Robert Koch (penemu vaksin) sebagai tokoh yang menjadi inspirasi.

Sebagai dosen, Titik memiliki mimpi yang ingin dia capai, cepat atau lambat. Dalam mengimplementasikan tridharma perguruan tinggi, dosen yang menjabat Lektor Kepala tersebut ingin menghasilkan penelitian yang bermanfaat bagi orang banyak, terutama di bidang medik dan kosmetik.

”Saya masih punya mimpi yang ingin digapai suatu hari nanti yaitu hasil penelitian saya dapat diaplikasikan sebagai obat modern untuk kehidupan modern. Sebagian mimpi telah terwujud dimana nanogold sudah saya aplikasikan dalam produk kosmetik,” ujar dosen penyandang gelar doktor bidang Kimia dari Unair Surabaya tersebut.

Kembangkan Obat dan Kosmetik, Teliti Nanogold

Titik sejak 2011 lalu sudah memulai penelitian terkait pengembangan nanogold sebagai obat modern dan kosmetik. Saat itu, penelitian yang ia lakukan merupakan proyek disertasi untuk mendapatkan gelar doktor dari Unair Surabaya. Meski begitu, Titik mengaku memiliki ketertarikan terhadap emas sejak kecil.

Titik Taufikurohmah sedang melakukan treatment dengan nanogold cosmetics (doc. Titik)

”Saat masih kecil, saya tertarik sekali dengan fenomena susuk emas yang saat itu kental dengan mistik dan kekuatan gaib. Ternyata sesungguhnya yang sakti itu bukan dukun tapi Allah yang telah menciptakan material unik berupa emas. Saking uniknya, kita menyebut emas sebagai logam mulia. Kemudian saya berpikir, suatu saat logam mulia ini harus bener-bener mulia yaitu mampu menjadi obat berbagai penyakit dengan mekanisme yang sangat jelas, bukan melalui perdukunan lagi,” kenang perempuan alumni SMA Negeri 5 Surabaya tersebut.

Proyek penelitian nanogold yang ia gunakan sebagai kosmetik dan obat, diakui Titik sebagai jawaban dari maraknya peredaran kosmetik berbahan merkuri yang membahayakan kesehatan kulit. Menurut Titik, nanogold bisa menjadi solusi dari permasalahan tersebut.

Dalam penelitiannya, Titik menemukan fakta bahwa sebenarnya komponen nanogold dapat dimanfaatkan sebagai obat, suplemen makanan, dan juga kosmetik. Bahkan, Titik menyebut bahwa tak menutup kemungkinan nanogold bisa dimanfaatkan sebagai pangan di masa mendatang.

Kembangkan Nanogold yang Kaya Manfaat

Karena menganggap nanogold memiliki potensi pengembangan yang cerah, Titik memutuskan untuk mengembangkan nanogold sebagai obat dan kosmetik. Nanogold adalah komponen emas yang didesain memiliki ukuran sangat kecil yaitu nanometer (10-9 meter). Sedangkan kosmetik nanogold adalah kosmetik dengan formulasi yang mengandung material esensial dari nanogold tersebut.

Nanogold bekerja untuk meredam radikal bebas yang menyebabkan penuaan dini, pemicu kanker dan penyakit degeneratif lainnya, serta mampu meningkatkan kerapatan kolagen kulit sehingga lebih elastis. Selain itu, nanogold juga memiliki banyak manfaat lain untuk kesehatan kulit. Singkatnya, dampak kesehatan dari nanogold memang cukup tinggi.

”Nanogold meningkatkan proliferasi sel yang mempercepat pemulihan dan penutupan luka sehingga potensial untuk berbagai obat luar dan dalam. Nanogold juga mempercepat pembentukan kolagen yaitu protein kulit dan berbagai organ sangat baik untuk peremajaan kulit dan menyehatkan organ dalam tubuh manusia,” ujar pengagum Albert Einstein tersebut.

Titik melanjutkan, selain dapat mempercantik kulit, nanogold juga menyehatkan organ dalam tubuh. ”Hal ini sudah saya buktikan bahwa saya pengguna kosmetik nanogold yang baru menyadari sejak tahun 2011 dimana saya mulai menggunakan hasil penelitian saya sampai saat ini jarang sakit terutama flu, sariawan, dan linu-linu yang dulu sering saya alami. Selanjutnya saya mulai tertarik dan mempelajari terus aktivitas biologis dari nanogold tersebut,” kisahnya.

Berbagai manfaat nanogold tersebut, menurut Titik, adalah sebuah potensi yang perlu dimaksimalkan. Nanogold adalah mineral alam yang dapat dibuat di laboratorium dari emas murni dengan cukup mudah. Tak hanya itu, nanogold juga memiliki aktivitas antioksidan sangat tinggi. “Bahkan, jauh lebih tinggi dari vitamin E maupun C,” ujarnya menggebu.

Perlebar Sayap dengan Lakukan Komersialisasi

Di Jurusan Pendidikan Kimia Unesa, Titik sudah berhasil mengembangkan berbagai jenis produk kosmetik dan obat dari hasil pengolahan komponen nanogold. Diantaranya, krem wajah yang disesuaikan dengan kondisi kulit, serum wajah, obat oles, produk lotion, obat jerawat, bedak tabur, shampo, dan produk antimikroba nanosilver.

Melalui pengembangan nanogold, Titik ingin mewujudkan mimpinya untuk membuat berbagai formula obat. Ia mengaku telah mempelajari berbagai metabolisme nanogold dalam tubuh dan melihat potensi cerah di masa depan. ”Saya sangat yakin bahwa nanogold adalah kandidat material aktif untuk digunakan sebagai obat,” tegasnya.

Beberapa produk nanogold cosmetics yang diciptakan Titik Taufikurohmah (doc. Titik)

Dalam rangka memperlebar sayap, Titik ingin melakukan komersialisasi produk nanogold yang ia temukan. ”Produk nanogold sudah dikomersialisasi dan bisa dinikmati di pasar. Untuk racikan tanpa POM, tiap pot 12,5-15 gram dapat dibeli dengan harga Rp75.000,- dan Rp100.000,- per pot 15 gram serta Rp200,000,- per pot 30 gram untuk produk buatan PT Gizi Indonesia,” jelas Titik.

Bagi Titik, pengalaman paling mengesankan ketika menjadi dosen adalah saat hasil penelitian saya menjadi produk dan ada yang mau membeli produk kosmetik tersebut. Enggan berhenti sampai di situ, Titik ingin terus mengembangkan proyek nanogold tersebut. Kedepannya, Titik sedang mempersiapkan kemitraan dengan perusahaan obat herbal di Bogor yang didanai oleh Kementerian Riset dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) dalam skema Penelitian Pengembangan tahun 2019-2021. (duniadosen.com/az)

Redaksi

Recent Posts

Biaya Kuliah S3 di Dalam dan Luar Negeri

Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…

3 days ago

5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga

Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…

3 days ago

Syarat dan Prosedur Kenaikan Jabatan Asisten Ahli ke Lektor

Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…

3 days ago

Perubahan Status Aktif Dosen Perlu Segera Dilakukan

Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…

3 days ago

7 Jenis Kejahatan Phishing Data yang Bisa Menimpa Dosen

Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…

3 days ago

Cara Menambahkan Buku ke Google Scholar Secara Manual

Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…

3 days ago