Dekan FISIP Universitas Satya Negara Indonesia (USNI) Dr. Radita Gora Tayibnapis, M.M., mengatakan, bagi dosen menulis buku itu merupakan bagian dari ceramah yang disampaikan secara tertulis. Penting bagi dosen untuk membagi ilmunya, kebaruan pemikirannya untuk disampaikan melalui tulisan di buku. Sehingga dianggap perlu dosen memperhatikan dalam memilih penerbit buku dosen yang berkualitas.
Gora berharap, dosen hendaknya tidak mencari keuntungan melalui buku. Tetapi utamakan berpikir bahwa buku yang ditulisnya memberikan banyak manfaat bagi kepentingan pendidikan terutama bagi kepentingan mahasiswa.
“Apabila ingin menerbitkan buku, perhatikan kualitas konten dan konteks. Utamakan skema berpikir dalam penyampaian materi di dalam buku, berpikir secara terstruktur, gunakan bahasa yang mudah dipahami tidak terlalu berfilosofi, serta utamakan kesederhanaan berpikir yang disampaikan melalui tulisan di buku. Kemudian yang tidak kalah penting adalah memilih penerbit buku dosen yang berkualitas,” jelasnya kepada duniadosen.com.
Cara Memilih Penerbit Buku Dosen yang Berkualitas
Menuru Dekan Fisip USNI ini penting untuk memprioritaskan memiliki penerbit yang memang konsern dan fokus pada segment buku-buku perkuliahan. Bukan buku-buku umum atau yang bercampur dengan buku-buku fiksi.
“Ketika awal menerbitkan buku, saya mencoba untuk menawarkan pada penerbit Deepublish di Yogyakarta yang saat itu perusahaan penerbitannya masih baru yang fokus dengan buku-buku perkuliahan yang memberikan perhatian khusus pada kebutuhan publikasi Dosen. Saya menemukan penerbitan ini melalui Facebook. Kemudian ketika tulisan saya sudah selesai kemudian saya mengajukan sendiri dalam bentuk soft copy,” ungkapnya.
Pilih Penerbit Buku yang Fokus Terbitkan Buku Perkuliahan
Gora berharap, para dosen yang menulis buku hendaknya memprioritaskan memilih penerbit yang memang konsern dengan buku-buku perkuliahan atau buku resensi yang mampu mendukung kegiatan pembelajaran.
Ia melanjutkan, jangan terlalu tarpatok pada penerbit yang sudah memiliki nama atau terkenal. Serta telah memproduksi banyak buku yang telah berhasil terbit, bahkan yang best seller di pasaran, baik di toko buku offline maupun online atau bahkan di sejumlah marketplace.
Selain itu, yang tidak kalah penting lanjut Gora, perlu bagi dosen untuk meyakinkan diri bahwa yang ditulisnya itu adalah bagian dari amanah berupa wawasan yang diperuntukkan kepada banyak orang dan kepentingan akademik. Bukan untuk sekadar komersial semata.
Fokus Pada Isi Tulisan
Fokus pada isi tulisan, dinilai Gora adalah hal penting dan harus diprioritaskan. Prioritaskan pula kualitas keilmuan di dalam penulisan buku dan bukan hanya sekadar mencari nama. Pastikan bahwa penerbit buku dosen tersebut memiliki jaringan yang kuat serta jaringan yang bagus dengan kampus-kampus atau perguruan tinggi.
Dan yang perlu diingat dosen dalam menulis buku yaitu, memisahkan antara kepentingan penulisan buku kuliah dengan buku pelajaran sekolah.
Point Penting Memilih Penerbit Buku Dosen
- Lihat beberapa contoh hasil terbitan penerbit yang bersangkutan.
- Cari penerbit yang menangani buku-buku referensi dan buku ajar, sehingga sudah memiliki “pasar” sendiri.
- Lihat websitenya, apakah informatif untuk penulis dan calon konsumen.
- Lihat alur penerbitannya, seberapa panjang prosesnya akan berjalan.
- Pelajari apakah penerbit membantu dalam proses penjualan setelah penerbitan.
- Pelajari perjanjian kerja sama baik-baik sebelum menandatangani kontrak.
(Sumber: Ratih Ayu Apsari, S.Pd., M.Sc., M.Pd., (Dosen Matematika, Universitas Pendidikan Ganesha))
Masih Butuh Perhatian Pemerintah
Menurut Gora, pemerintah masih belum memberikan perhatian khusus kepada Dosen agar lebih produktif dalam menulis buku. Hal ini terlihat bahwa sampai saat ini Pemerintah masih mengedepankan gengsi pendidikan yang masih bersifat normative. Misalnya, sertifikasi Dosen yang diukur dari kemampuan berbahasa Inggris, contohnya TOEFL atau Tes Potensi Akademik.
Kemudian menuntut publikasi ilmiah seperti jurnal yang dipublikasikan ke jurnal nasional dan internasional. Seperti halnya yang pernah cukup ramai dilematika jurnal indeks Scopus dan sejenisnya yang dijadikan sebagai tolok ukur utama, bukan publikasi yang benar-benar berfaedah untuk bisa digunakan pada khalayak yang lebih luas.
“Nah, hal-hal semacam inilah yang kemudian membuat para dosen ini menjadi tidak produktif untuk menulis buku dan lebih memilih untuk fokus pada publikasi jurnal internasional. Bahkan sebagian dosen menganggap bahwa publikasi dalam bentuk buku ajar atau buku referensi ini menjadi tidak penting, kalah pamor dengan penulisan jurnal internasional,” sesal Gora.