Ketatnya persaingan supaya mendapatkan lisensi dari Scopus membuat dosen atau penulis jurnal harus benar-benar memperhatikan detail penelitian yang ditulis. Berikut ini beberapa panduan menulis jurnal supaya jurnal Anda masuk Scopus.
Scopus adalah salah satu database (pusat data) sitasi atau literatur ilmiah yang dimiliki oleh penerbit terkemuka dunia, Elsevier. Scopus mulai diperkenalkan ke masyarakat luas pada tahun 2004. Scopus biasanya bersaing ketat dengan Web of Science (WOS) yang diterbitkan oleh Thomson Reuters yang juga menjadi pusat data terbesar di dunia.
Sebelum menulis jurnal sebaiknya pikirkan dahulu untuk siapa dan tujuannya apa. Dari sanalah kemudian Anda akan menemukan sasaran pasar jurnal yang tepat. Sederhananya cara ini dapat menentukan sasaran pasar, kepada siapa jurnal tersebut Anda tujukan. Penting untuk diketahui terkait minat pembaca, ketahui apa-apa yang paling diminati oleh kebanyakan pembaca dan ketika Anda menulis ingatlah calon pembacanya.
Langkah selanjutnya, Anda perlu membuat manuscript jurnal yang mudah dipahami. Pembuatan manuscript jurnal yang baik akan memudahkan pembaca dalam memahami isinya. Perlu Anda cermati dua hal penting agar pembuatan manuscript dapat optimal yaitu konten dan presentasi. Anda juga bisa membaca beberapa jurnal yang telah masuk scopus sebagai referensi penulisan.
Konten jurnal yang Anda buat perlu dipikirkan mengenai kemanfaatannya di masyarakat secara umum. Jika sudah memiliki kemanfaatan yang tinggi, tuliskan dalam bentuk narasi yang semenarik mungkin. Supaya paper atau jurnal Anda mudah dipahami oleh pembaca, sampaikan informasi melalui tulisan secara jelas dan dapat diterima oleh akal sehat. Dengan begitu, jurnal Anda akan dicari dan dapat direkomendasikan di scopus.
Perlu diketahui bahwa menulis jurnal tidak seperti menulis artikel biasa atau buku harian. Menulis jurnal memerlukan keahlian menulis yang baik, setidaknya Anda bisa memilih kata yang pas, tidak bertele-tele, dan yang terpenting mudah dipahami. Seperti yang diketahui, menulis bukanlah sebuah bakat, namun lebih mengarah ke kemampuan. Jadi tak ada alasan untuk mengatakan tidak bisa menulis jurnal. Semua bisa, asalkan tekad untuk belajar.
Kemampuan dalam penulisan akan semakin terasah jika frekuensi penulisan semakin tinggi. Jadi tidak ada alasan ‘Bosan’ dalam menulis jurnal ilmiah ini. Menulis membutuhkan kemampuan yang selalu terasah.
Apabila Anda sudah terbiasa dalam menulis jurnal maka akan semakin banyak paper Anda yang diterima di jurnal bereputasi. Selain itu, kesempatan mendapatkan ide-ide dalam menulis juga semakin terbuka.
Jurnal yang dipublikasikan di jurnal Internasional tidak melulu terkait tentang sains, teknologi canggih termutahir saja. Anda juga bisa menulis jurnal yang berkaitan tentang inovasi-inovasi dalam aplikasi teknologi lama. Namun perlu Anda ketahui bahwa yang memiliki peluang tertinggi untuk published adalah yang pertama menulis tentang sesuatu. Tapi kalau Anda masih tahap awal menulis jurnal dan belum menemukan gagasan yang cocok, tak masalah jika Anda membahas inovasi-inovasi dalam aplikasi teknologi lama.
Membuat tertarik pembaca jurnal adalah hal yang penting, apalagi jika Anda ingin jurnal masuk ke dalam Scopus. Pembaca jurnal adalah koreksi terbaik untuk jurnal Anda, karena tidak ada yang membaca jurnal Anda lebih teliti dari pembaca.
Akan lebih menarik lagi jika jurnal yang Anda buat menggunakan referensi dari hasil penelitian pembaca. Boleh kok dilakukan, asalkan benar-benar mendukung paper yang Anda buat tadi.
Poin yang harus sangat-sangat diperhatikan. Apapun karya ilmiah yang Anda tulis, jangan sampai hasil plagiat alias copy-paste. Ibaratnya, sebaik apapun karya ilmiah yang Anda tulis, jika hasil dari copy-paste karya orang lain pasti tidak akan mendapatkan apresiasi dari khalayak umum. Bahkan Anda masih dianggap plagiat jika copy-paste dari hasil karya Anda sendiri yang sudah publish. Maka dari itu, sebisa mungkin hindarilah tindakan tersebut.
Selanjutnya, Prof. Dr. Istadi, ST. MT., dosen teknik kimia Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, memberikan cara bagaimana cara yang mudah mengindeks Jurnal;
Indeksasi Jurnal misalnya: Google Scholar, DOAJ, Portal Garuda DIKTI, EBSCO, CrossRef/DOI, Scopus, Thomson Reuters.
Yang mungkin menjadi pertanyaan sebagian banyak orang adalah, mengapa jurnal hasil penelitian harus terindeks di Scopus atau Thomson, bukankah juga bisa mengindeks secara mandiri dengan akreditasi dan penilaian dari Indonesia?
Prof. Istadi menjawab, bahwa saat ini jurnal di Indonesia jika ingin terindeks atau dinilai oleh Internasional lembaga atau organisasi yang menaungi dan pertama melakukannya adalah Scopus. Sementara ini baru bisa mengikuti aturan tersebut. Jika nanti Indonesia ingin membuat sistem indeksasi itu dipersilakan.
Demikian ulasan tentang bagaimana jurnal Anda masuk Scopus. Jika masih merasa belum puas, Anda dapat melakukan kajian dan mencari sumber pedoman lain. Semoga ulasan ini bermanfaat.
Redaksi
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…
View Comments
kerenn infonya sangat membantu