Pada saat dosen menempuh studi lanjut jenjang S3, maka ada kebutuhan untuk menemukan teori baru. Teori yang bersifat baru ini didapatkan dari penelitian dan dituangkan di dalam disertasi. Dimana disertasi sendiri menjadi salah satu bentuk syarat kelulusan S3.
Menemukan teori yang terbilang baru tentunya bukan persoalan mudah. Bahkan dibutuhkan penelitian yang memakan waktu panjang dan seringkali menelan biaya yang tidak sedikit. Jika teori jenis baru menjadi syarat lulus S3. Maka ada resiko mahasiswa S3 tidak bisa lulus tepat waktu.
Resiko ini bisa diminimalkan jika mahasiswa S3 paham betul bagaimana proses pengembangan teori. Sekaligus apa saja yang perlu dilakukan dalam proses tersebut agar tidak ada kendala yang berarti. Detailnya, bisa menyimak penjelasan berikut.
Daftar Isi
ToggleApa Itu Teori Baru?
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), teori adalah pendapat yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi. Definisi lain dari teori dalam KBBI adalah penyelidikan eksperimental yang mampu menghasilkan fakta berdasarkan ilmu pasti, logika, metodologi, argumentasi.
Sementara kata baru memiliki definisi sebagai belum pernah ada (dilihat) sebelumnya, belum pernah didengar (ada) sebelumnya, dan belum lama selesai (dibuat, diberikan). Definisi kata baru cukup beragam dalam KBBI dan memiliki konteks berbeda.
Melalui definisi tersebut, maka bisa dipahami bahwa teori baru adalah pendapat maupun penyelidikan eksperimental yang didasarkan pada penelitian dan penemuan, didukung oleh data dan argumentasi yang belum pernah ada sebelumnya.
Istilah ini tentu saja familiar di dunia pendidikan dan penelitian. Sebab dalam penelitian akan didapatkan temuan-temuan baru. Beberapa temuan tersebut adalah dalam bentuk teori, terutama pada penelitian dasar yang dilaksanakan dosen dan peneliti pemula.
Teori baru kemudian sering pula disebut dengan istilah teori pengembangan. Pasalnya, dalam menciptakan teori yang baru biasanya hasil dari proses pengembangan teori lama. Meskipun ada kalanya teori yang benar-benar baru dan belum ada sebelumnya berhasil ditemukan.
Selain itu, pengembangan teori tidak bisa dilakukan asal. Melainkan didapatkan dari proses penelitian. Sehingga teori tersebut memiliki dasar yang kuat, logis (bisa dijelaskan secara ilmiah), dan tentunya bisa dipertanggung jawabkan.
Pentingnya Mengembangkan Teori
Penemuan teori baru memang sangat penting. Sebab manfaat dari pengembangan teori memang sangat beragam. Dikutip melalui website Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), diantaranya adalah:
1. Meningkatkan Pemahaman Tentang Suatu Hal
Pengembangan teori bermanfaat besar dalam meningkatkan pemahaman terkait suatu hal atau topik atau materi. Suatu hal atau mungkin suatu kejadian yang dilihat dan dirasakan mungkin sulit dipahami jika tidak ada teori yang membahasnya.
Maka pada saat seseorang mengalami kejadian (pengalaman) baru. Muncul keinginan untuk memahami apa yang baru saja dialami. Sehingga mendapatkan informasi yang jelas dan paham bagaimana menghadapi kejadian tersebut.
Teori yang terus dikembangkan membantu memahami suatu hal secara mendalam. Misalnya, orang zaman dulu tidak paham kenapa matahari terbit dari timur dan tenggelam di sisi barat. Lewat penelitian, didapatkan teori yang menjelaskan fenomena tersebut secara ilmiah sehingga logis atau mudah diterima akal.
2. Menambah Sumber Pengetahuan
Arti penting kedua dari pengembangan teori atau penemuan teori baru adalah menambah sumber pengetahuan. Pengetahuan yang dimiliki umat manusia tentu harus terus berkembang. Sebab semakin banyak fenomena yang terjadi dan butuh penjelasan.
Contohnya seperti kenapa ada pandemi Covid-19? Pertanyaan ini tentu muncul saat pandemi tersebut melanda Indonesia dan dunia di tahun 2020 lalu. Penelitian pun dilakukan untuk didapatkan teori yang menjelaskan pandemi dan Covid-19 itu sendiri.
Tanpa penelitian, maka teori tidak akan berkembang dan sumber pengetahuan tidak ada yang baru. Hal ini tentu memicu masalah kompleks, karena semakin banyak fenomena perlu dijelaskan secara ilmiah.
Maka teori perlu terus dikembangkan agar ilmu pengetahuan ikut berkembang dan mampu memberi penjelasan mengenai fenomena tersebut. Semakin paham tentang suatu fenomena, semakin memudahkan manusia untuk memahami aman tidaknya fenomena tersebut.
3. Sumber Informasi untuk Penelitian Berikutnya
Teori baru juga penting untuk terus ada sebagai sumber informasi penelitian berikutnya. Seperti yang diketahui, kebanyakan penelitian dilakukan dengan mengembangkan penelitian sebelumnya. Sehingga menjadi penelitian lanjutan.
Sebab, penelitian sebelumnya bisa jadi ada kekurangan atau kelemahan. Sehingga perlu ditambal dengan penelitian terkini yang sudah mengandalkan teknologi terbaru. Harapannya kekurangan tersebut bisa teratasi dan memunculkan temuan yang lebih baik.
Penelitian bisa terus berjalan ketika teori yang terbilang baru terus ada. Sehingga memunculkan penelitian berikutnya karena peneliti dengan mudah menemukan sumber yang relevan. Kemudian membantu peneliti menemukan research gap maupun novelty.
4. Pengembangan di Bidang Pendidikan
Arti penting selanjutnya dari keberadaan teori baru adalah untuk mendukung pengembangan di bidang pendidikan. Bidang pendidikan menjadi sektor yang terdampak langsung oleh keberadaan teori tersebut.
Sebab teori yang baru secara otomatis akan mengembangkan ilmu pengetahuan. Dimana ilmu pengetahuan ini akan diajarkan di lingkungan sekolah dan perguruan tinggi. Sehingga teori yang baru memastikan ilmu yang diajarkan relevan dengan perkembangan zaman.
Selain itu, teori yang terbilang baru bermanfaat untuk mengembangkan metode pembelajaran dan penerapan teknologi dalam pembelajaran. Sehingga memberi kemudahan dalam meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran.
Tantangan dalam Mengembangkan Teori
Dalam menemukan teori baru memang tidak mudah. Perlu dilakukan penelitian, dan tentunya penelitian ini tidak bisa mendadak dilaksanakan. Kegiatan penelitian butuh persiapan agar bisa terlaksana dengan baik dan hasilnya juga sesuai harapan.
Secara umum, ada dua tantangan yang bisa dihadapi dosen maupun peneliti dalam mengembangkan teori. Yaitu:
1. Belum atau Tidak Memahami Teori Sebelumnya
Tantangan yang pertama adalah ketika peneliti tidak memahami teori sebelumnya. Seperti penjelasan di awal, teori yang baru didapatkan dari pengembangan teori lama atau yang sudah ada sebelumnya.
Namun, pengembangan teori akan sulit dilakukan jika teori yang lama belum dipahami. Ibarat Anda belajar menjahit baju dengan mesin jahit. Anda akan belajar dari proses memotong kain dan baru belajar dijahit.
Jika proses memotong kain saja belum dikuasai, bagaimana bisa belajar menjahit potongan kain sesuai pola tersebut? Pengembangan teori pun sama, tidak memahami teori sebelumnya menyulitkan peneliti untuk mengembangkannya.
Sebab akan kesulitan memahami kelemahan teori tersebut dan merumuskan hipotesis yang menjadi cikal bakal dari teori yang baru. Oleh sebab itu, pengembangan teori perlu diawali dari penentuan teori yang benar-benar sudah dipahami.
2. Minimnya Sumber
Minimnya sumber informasi dan ilmu pengetahuan berisi teori-teori sebelumnya juga menjadi kendala dalam mengembangkan teori tersebut. Minimnya sumber kemudian akan membuat peneliti kesulitan memahami teori dan dampaknya seperti penjelasan di poin sebelumnya.
Minimnya sumber bisa disebabkan karena banyak faktor. Misalnya, karena minimnya fasilitas untuk mengakses sumber teori ilmu pengetahuan. Seperti minimnya koleksi perpustakaan di kampus maupun koleksi jurnal yang disediakan.
Faktor lain yang menjadi penyebabnya karena memang pembahasan mengenai teori tersebut masih minim. Bisa karena belum banyak peneliti yang tertarik untuk meneliti teori tersebut dan mengembangkannya. Bisa juga karena alasan lainnya.
3. Minimnya Fasilitas Penelitian
Minimnya fasilitas, yakni sarana maupun prasarana dalam pelaksanaan penelitian juga menjadi kendala. Penemuan teori baru dari penelitian tentu membutuhkan dukungan dari banyak aspek.
Namun, tidak semua dosen dan peneliti mendapatkan dukungan sesuai kondisi dan kebutuhan. Baik itu dalam kondisi kekurangan dana penelitian, kurangnya peralatan di laboratorium, dan lain sebagainya.
Minimnya sarana dan prasarana penelitian akan menyulitkan pelaksanaan penelitian. Hal ini tentu akan ikut mempengaruhi kualitas proses dan hasil penelitian. Sehingga bisa memunculkan resiko gagal mengembangkan teori baru.
Dalam kondisi ini, para dosen dan peneliti biasanya mencoba mencari mitra kolaborasi. Baik dosen dan peneliti dari kampus maupun lembaga penelitian lain. Maupun berkolaborasi dengan mitra industri didalam dan luar negeri. Dimana mitra penelitian bisa membantu penyediaan sarana dan prasarana yang dibutuhkan.
Teori Baru dalam Studi Jenjang S3
Membahas mengenai penemuan teori baru, tentu berkaitan erat dengan studi di jenjang S3 (Doktor maupun PhD). Pendidikan S3 di Indonesia rata-rata diwajibkan melaksanakan penelitian, menyusun disertasi, dan disusul publikasi ilmiah ke jurnal.
Dikutip melalui blog dkvpoliseni yang dikelola oleh Politeknik Seni Yogyakarta. Dijelaskan mengenai perbedaan antara skripsi, tesis, dan disertasi. Berikut penjelasannya:
a. Diploma / Tugas Akhir
Pada pendidikan vokasi, yakni pendidikan di jenjang Diploma biasanya karya ilmiah sebagai syarat kelulusan dalam bentuk Tugas Akhir. Tugas Akhir bertujuan untuk menerapkan sebuah (satu) teori.
Misalnya, mahasiswa D3 Ilmu Komputer, menyusun Tugas Akhir yang membahas mengenai cara membuat program pendataan barang di gudang perusahaan A. Contoh lain, mahasiswa D4 Sistem Informasi membuat Tugas Akhir yang membahas tata cara menginstal sistem operasi Windows di perangkat komputer.
Sehingga isi pembahasan dari Tugas Akhir yang dibuat adalah penerapan suatu teori. Mahasiswa dituntut untuk mengaplikasikan ilmu teori yang didapatkan selama kuliah menjadi ilmu praktis yang dipraktekkan secara langsung.
b. S1 / Skripsi
Sementara untuk mahasiswa di jenjang S1, biasanya tugas akhir dalam bentuk skripsi. Isi dari skripsi bertujuan untuk menerapkan atau menguji sebuah teori. Sehingga sedikit banyak mirip dengan tugas akhir mahasiswa Diploma.
Hanya saja, isi dari skripsi bisa menerapkan maupun menguji suatu teori. Sementara pada tugas akhir mahasiswa Diploma adalah fokus pada penerapan teori. Sehingga tidak bisa isinya merupakan pengujian kebenaran suatu teori.
c. S2 / Tesis
Mahasiswa S2 biasanya akan diwajibkan untuk menyusun karya tulis ilmiah dalam bentuk tesis. Isi dari tesis adalah mengembangkan teori. Misalnya bermula dari teori sistem informasi kemudian dikembangkan menjadi teori manajemen sistem informasi.
d. S3 / Disertasi
Sementara untuk mahasiswa S3, biasanya akan diminta menyusun disertasi. Isi dari disertasi bertujuan untuk menemukan teori baru. Misalnya dalam ilmu komputer ada teori mengenai aplikasi belanja dan aplikasi tata kelola keuangan.
Penelitian yang dilakukan mahasiswa S3 kemudian diharapkan bisa menemukan aplikasi baru. Contohnya aplikasi manajemen keuangan. Sehingga ada temuan aplikasi baru yang tentu termasuk dalam teori baru.
Antara tugas akhir, skripsi, tesis, dan disertasi dari penjelasan di atas tentu dipahami memiliki keterkaitan. Sehingga banyak mahasiswa S3 memilih meneruskan penelitian yang dilakukan di jenjang S1 sampai S2.
Sebab memang ada proses untuk menguji suatu teori, kemudian mengembangkan teori tersebut, disusul penemuan teori yang baru saat menempuh studi S3. Sehingga pada dasarnya isi dari tugas akhir ini adalah saling berkesinambungan.
Persiapan Lain agar Lulus S3 Tepat Waktu
Melalui penjelasan di atas maka bisa dipahami bahwa menemukan teori baru adalah kewajiban bagi mahasiswa S3. Para dosen yang diketahui perlu segera menyelesaikan pendidikan sampai jenjang tertinggi ini tentu perlu mempersiapkan diri.
Yakni dengan memahami suatu teori agar lebih mudah mengembangkan dan menemukan teori yang lebih baru. Tujuannya agar bisa lulus tepat waktu. Bagi dosen, segera lulus dari jenjang S3 tentu penting agar bisa segera mengembangkan jabfung sampai Guru Besar.
Membantu proses kelulusan jenjang S3 tepat waktu, berikut adalah beberapa persiapan lain yang perlu dilakukan:
1. Menyiapkan Proposal Penelitian
Dikutip melalui detik.com, salah satu persiapan awal yang harus dilakukan dosen sebelum studi S3 adalah menyiapkan proposal penelitian. Artinya, teori yang baru juga sudah didapatkan atau setidaknya sudah memiliki gambaran.
Sebab isi dari proposal adalah rencana penelitian itu sendiri. Tentunya isi proposal sesuai dengan ketentuan disertasi yang sudah dijelaskan sebelumnya. Oleh sebab itu, disarankan untuk melanjutkan penelitian dari jenjang S2 agar lebih hemat waktu.
2. Memilih Calon Pembimbing
Persiapan kedua adalah mencari dan memilih calon pembimbing atau promoter. Promotor dalam mahasiswa S3 tentunya dari kalangan dosen. Pemilihannya perlu dilakukan di awal agar sesuai dengan isi dari proposal penelitian yang sudah disusun.
Mulailah dengan mencari dosen yang riwayat publikasinya relevan dengan topik penelitian yang akan dilakukan. Sehingga dosen tersebut sudah paham dan ahli di topik tersebut. Hal ini akan memaksimalkan penelitian selama studi S3.
3. Memilih PT yang Tepat
Persiapan yang ketiga sebelum dosen menempuh studi S3 adalah memilih PT yang tepat. PT yang dipilih harus sesuai dengan berbagai kondisi. Pertama, memiliki kualitas yang baik dan sama baiknya dengan PT saat menempuh S2.
Kedua, PT tersebut menjadi tempat calon dosen pembimbing mengabdi. Sehingga saat menyusun disertasi bisa dibimbing langsung oleh dosen yang sudah dipilih dengan seksama.
Ketiga, memilih PT yang fasilitasnya bisa mendukung rencana penelitian yang sudah dituangkan di proposal. Sehingga penelitian bisa berjalan lancar dan membantu untuk lulus tepat waktu.
4. Mencari Program Beasiswa
Persiapan yang keempat adalah mencari dan mendapatkan program beasiswa. Beasiswa penting karena studi S3 diketahui tidak murah. Apalagi jika ditempuh di luar negeri.
Selain itu, adanya beasiswa memberi motivasi lebih agar penerima atau awardee serius dalam kuliah. Hal ini akan membantu menyelesaikan disertasi tepat waktu dan tidak terlambat lulus kuliah.
5. Meningkatkan Penguasaan Bahasa Inggris
Persiapan terakhir dan juga tidak kalah penting adalah meningkatkan penguasaan bahasa Inggris. Hal ini berlaku untuk studi S3 yang ditempuh dimanapun, baik di dalam maupun di luar negeri.
Sebab selama studi berlangsung, mahasiswa S3 akan fokus pada penelitian. Tentunya akan membutuhkan akses ke berbagai sumber data dan hasil penelitian. Sumber ini bisa jadi didapatkan dari publikasi berbahasa Inggris. Maka tidak heran menguasai bahasa Inggris adalah syarat menjadi mahasiswa S3.
Itulah beberapa persiapan yang penting untuk dilakukan calon mahasiswa S3. Para dosen yang tentu perlu segera lulus bisa mulai melakukan persiapan jauh-jauh hari. Sehingga tidak kesulitan dalam menyusun disertasi dan mendapatkan teori baru.
Jika memiliki pertanyaan atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu untuk menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.