Tantangan dosen untuk naik jabfung (jabatan fungsional) memang sangat beragam sehingga dibutuhkan kesabaran dan konsistensi untuk meraihnya. Meraih jabatan fungsional sampai ke tingkat tertinggi tentu harapan semua dosen.
Tidak melulu harus diraih dalam tempo cepat dan tidak perlu terburu-buru memangku jabatan fungsional tinggi di usia muda. Sebab kuncinya adalah bisa meraih jabatan fungsional tersebut, mengenai waktunya maka tinggal fokus usaha saja.
Jika membahas profesi dosen maka dijamin akan menemukan banyak topik menarik untuk diulas. Salah satunya adalah tantangan dosen untuk naik jabfung. Jabatan fungsional atau jabfung adalah jenjang karir bagi dosen secara fungsional.
Jabatan ini bisa dipangku semua dosen tanpa terkecuali dan acuannya adalah pada kinerja dosen. Yakni melaksanakan Tri Dharma sebagai tugas pokok dan tugas penunjang. Fokus pada pelaksanaan tugas-tugas tersebut akan memberi KUM (angka kredit).
Angka kredit dalam jumlah tertentu membantu dosen untuk naik jabatan fungsional. Adapun tingkatannya adalah sebagai berikut:
Jabfung bagi dosen menunjukan tanggung jawab dosen tersebut terhadap profesinya. Sehingga meraihnya menunjukan dosen tersebut sudah bekerja sepenuh hati karena dasar penilaiannya adalah kinerja dosen itu sendiri.
Selain itu, jabfung yang dipangku membuat dosen memberi manfaat kepada institusi. Yakni mampu mendukung institusi untuk meraih nilai akreditasi yang tinggi dari BAN-PT. Sehingga semakin tinggi jabfung yang dipangku semakin mendukung kemajuan institusi.
Sayangnya, meskipun kenaikan jabfung memberi manfaat bagi banyak pihak. Tidak semua dosen memiliki kemudahan untuk meraihnya. Faktor yang menjadi hambatan cukup beragam dan dosen wajib mengenal semua tantangan dosen untuk naik jabfung tersebut.
Baca Juga:
Berikut adalah sejumlah tantangan yang bisa menghadang jalan dosen untuk mengajukan kenaikan jabfung:
Tantangan dosen untuk naik jabfung yang pertama adalah adanya tugas tambahan. Apa itu tugas tambahan? Tugas tambahan di profesi dosen mengarah pada jabatan struktural. Misalnya dosen menjadi dekan, wakil dekan, rektor, dan sebagainya.
Tugas tambahan yang dimiliki kadang kala membuat dosen menerima lebih banyak tugas dan tanggung jawab. Kondisi ini bisa membuat dosen kewalahan dalam melakukan manajemen waktu. Sehingga ada beberapa yang harus direlakan.
Ada kalanya dosen harus merelakan dulu jabatan fungsional agar bisa melaksanakan tanggung jawab di tugas tambahan. Namun, jika sekiranya kedua jenis tugas ini bisa berjalan beriringan maka bisa dijadikan pilihan utama.
Tantangan dosen untuk naik jabfung yang kedua adalah publikasi yang kurang tepat. Dalam tugas pokok penelitian, dosen selain melaksanakan penelitian juga wajib mempublikasikan hasil penelitian.
Publikasi ini bisa dalam bentuk artikel ke jurnal maupun prosiding, bisa juga menerbitkan buku ilmiah. Seperti monograf, referensi, dan lain sebagainya. Topik penelitian akan menghasilkan topik publikasi.
Topik ini idealnya harus sesuai dengan bidang keilmuan yang ditekuni dosen, yakni disesuaikan dengan gelar pendidikan atau ijazah yang diraih. Sayangnya, tidak sedikit dosen yang justru melakukan publikasi kurang tepat.
Misalnya dosen ini lulusan S3 ilmu manajemen pendidikan dan mempublikasikan tulisan dengan topik pendidikan Islam (Islamic Study). Publikasi yang keluar dari bidang menghambat dosen untuk naik jabfung, khususnya ke jabfung Guru Besar.
Baca Juga:
Tantangan berikutnya yang bisa menghambat dosen untuk naik jabfung adalah belum memiliki roadmap penelitian. Roadmap penelitian bisa menjadi senjata bagi dosen untuk terus mengembangkan karir akademiknya.
Sebab dengan roadmap atau peta jalan inilah dosen sudah bisa menyusun rencana penelitian secara lengkap. Sehingga dosen bisa produktif melaksanakan penelitian dan disusul dengan proses publikasi dan pengabdian kepada masyarakat.
Sayangnya tidak sedikit dosen yang masih belum bisa atau belum menyadari pentingnya peta jalan penelitian. Berharap bisa terbentuk sambil jalan, padahal jika disiapkan sejak awal maka akan memberi jaminan konsistensi.
Oleh sebab itu, jika memiliki waktu luang pertimbangkan untuk menyusun peta jalan penelitian. Sehingga kedepannya tinggal dieksekusi dan bisa aktif mencari program dana hibah penelitian karena peta jalannya bisa menjadi penunjuk jalan terbaik.
Tantangan dosen untuk naik jabfung juga bisa dalam bentuk belum menentukan kepakaran. Dosen diharapkan bisa menjadi pakar di suatu bidang, maka ada kewajiban dan kebutuhan untuk kuliah sampai jenjang S3.
Kepakaran ini membantu dosen menguasai suatu bidang keilmuan dengan baik dan kedepan bisa menciptakan teori baru di bidang tersebut. Sehingga mampu berkontribusi dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Sayangnya, tidak sedikit dosen di dalam karirnya masih bingung dalam menentukan kepakaran. Kondisi ini bisa menghambat kenaikan jabatan fungsional dan karir dosen bisa stagnan. Apalagi proses menjadi pakar tidak bisa diraih dalam tempo singkat.
Dosen dalam mengembangkan karir akademiknya juga sering berhadapan dengan regulasi yang penuh tantangan. Regulasi seperti ini menjadi tantangan dosen untuk naik jabfung dan bisa memberi efek jangka panjang.
Regulasi ini sendiri ditentukan atau ditetapkan oleh pemerintah bersama Kemdikbud dan masa berlakunya sangat lama. Meskipun profesi dosen sering berhadapan dengan regulasi yang berubah-ubah. Namun masa berlakunya bisa 5-10 tahun.
Jika menunggu regulasi berubah menjadi lebih ringan maka ada jeda waktu 10 tahun dan harus siap karir stagnan. Ditambah, regulasi terbaru belum tentu lebih mudah dan lebih baik dibanding regulasi lama. Maka regulasi ini mau tidak mau harus dihadapi.
Dosen juga bisa berhadapan dengan homebase yang bermasalah. Homebase disini digunakan untuk menyebut institusi tempat dosen mengabdi dan diangkat menjadi dosen tetap.
Kebijakan dan kondisi lingkungan di sebuah homebase akan sangat mempengaruhi karir akademik dosen. Institusi yang cenderung acuh dengan karir akademik dosen-dosen yang dinaungi.
Tanpa disadari menjadi hambatan bagi dosen untuk berkembang. Oleh sebab itu, dosen memiliki PR untuk masuk ke homebase yang memberi dukungan penuh bagi dirinya untuk mengembangkan karir akademik.
Tantangan dosen untuk naik jabfung yang terakhir adalah kehilangan motivasi dan hal ini juga sering terjadi. Awalnya dosen mungkin termotivasi untuk bergerak maju setelah melihat seniornya sukses.
Namun karena adanya suatu hal, misalnya semakin sibuk dengan jabatan struktural. Motivasi tersebut bisa memudar seiring berjalannya waktu. Tanpa disadari hilangnya fokus bisa menyebabkan hilangnya motivasi dosen untuk mengembangkan karir akademiknya.
Dari berbagai tantangan dosen untuk naik jabfung yang disebutkan di atas, mana saja yang saat ini sedang dihadapi atau pernah dihadapi? Jalan setiap dosen dalam mengejar jenjang karir tentu beragam dan jika mau berusaha dijamin akan meraihnya.
Jika menghadapi tantangan yang dirasa sangat berat maka harus belajar bersabar dan mencari solusi untuk mengatasinya. Sebab setiap tantangan tersebut pada dasarnya ada solusi, dan tugas dosen adalah mencari solusi yang sesuai.
Artikel Terkait:
Dalam Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 dijelaskan mengenai karakter dosen untuk pengembangan indikator kinerja dosen.…
Bagi mahasiswa dan dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut pascasarjana gratis di Qatar, Anda…
Bagi siapa saja yang ingin studi S2 maupun S3 di luar negeri, silakan mempertimbangkan program…
Kabar gembira bagi para dosen di Indonesia yang ingin studi lanjut jenjang S3 di luar…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 Tentang Standar Minimum Indikator Kinerja Dosen dan Kriteria Publikasi Ilmiah…
Kepmendikbudristek Nomor 500 Tahun 2024 menjelaskan dan mengatur perihal standar minimum pelaksanaan hibah penelitian dalam…