“Meyakini bahwa setiap kebaikan akan melahirkan kebaikan lain,
yang diibaratkan bola salju, semakin berputar semakin besar”
(Syamsul Darmawan, M.Pd. – Dosen PGSD STKIP Muhammadiyah Manokwari dan Founder SPAN)
Syamsul Darmawan, M.Pd., memulai karirnya sebagai dosen di kampus STKIP Muhammadiyah Manokwari sejak Januari 2018. Sebelumnya ia menjadi dosen di Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Makassar Jurusan PGSD Penjas pada tahun 2015 hingga 2017.
Kemudian ia mendapat informasi lowongan dosen di STKIP Muhammadiyah Manokwari dan melamarnya. Sembari menunggu pengumuman, Darmawan sempat mengikuti tes dosen di Universitas Musamus yang tesnya dilaksanakan di Yogyakarta. Darmawan pun lolos dan diterima. Tetapi ia lebih memilih mengajar di STKIP Muhammadiyah Manokwari.
Alasannya ingin mengajar di STKIP Muhammadiyah Manokwari, karena menurutnya mahasiswa di sana lebih membutuhkan tenaga pengajar dan di sisi lain Darmawan bisa belajar dengan adat dan budaya yang berbeda. Sejak bertolak di tanah Papua Barat tersebut, Darmawan merasakan suasana yang amat berbeda di kampung halamannya Soppeng, Sulawesi Selatan. Itulah yang makin membuatnya tertantang, ia harus bisa beradaptasi dengan baik.
Keputusannya menjadi dosen karena Darmawan ingin mengembangkan, sharing knowledge dan kemampuanya dalam mengedukasi mahasiswa maupun masyarakat. Di samping itu, dengan menjadi tenaga pendidik, Darmawan juga mengikuti jejak ibundanya yang juga sebagai tenaga pengajar (guru). Serta membantu potensi pendidikan Indonesia menjadi negara pendidikan terbaik.
Proses Darmawan diterima sebagai dosen di STKIP Muhammadiyah tidak sulit, hanya butuh waktu 3 bulan pasca mengirim berkas ia dinyatakan diterima. Gayung bersambut, Darmawan pun senang dengan kabar tersebut. Karena ketika Darmawan bisa menjadi dosen di sana, ia bisa mengutarakan maksud pemerataan pendidikan Indonesia. Dan seperti yang kita ketahui daerah Papua Barat kekurangan dosen.
Kesan diawal menjadi dosen di STKIP Muhammadiyah, Darmawan harus berusaha keras untuk beradaptasi dengan lingkungan dan budaya yang berbeda dari tempat asalnya begitu juga dengan mahasiswanya. Dalam masa adaptasi sebagai dosen, Darmawan tetap konsistensi dan loyal terhadap diri sendiri dalam menggali dan menimba ilmu yang kemudian dishare kepada teman sejawat dan mahasiswa, serta berkontribusi penuh kepada masyarakat sekitar.
“Menjadikan mahasiswa atau peserta didik menjadi unggul untuk menjadi guru masa depan yang profesional dan berkompeten di bidangnya, serta membuktikan bahwa mahasiswa PAPUA bisa menjadi yang terbaik. Itu yang menjadi visi misi saya sebagai pendidik,” akunya.
Menurutnya, menjadi dosen muda yang mengajar di daerah memiliki banyak tantangan. Diantaranya, banyaknya mahasiswa yang usianya lebih tua dibanding dosennya, beberapa mahasiswa merupakan guru PNS yang sudah mengabdi di sekolah. Selain itu, menilik dari sarana dan prasarananya masih banyak yang harus dimaksimalkan, untuk mendukung pelaksanaan kegiatan mengajar.
Sebagai dosen, Darmawan dituntut kreatif dalam memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada untuk menunjang kegiatan pembelajaran. Tetapi di sisi lain, gaji dosen di daerah tergolong kecil bahkan jauh dibawah UMR.
Namun menjadi dosen, keinginan yang hadir dari dalam diri seorang Darmawan. Tantangan tersebut pun harus mampu ia taklukan. Salah satu yang membuatnya nyaman adalah, mengingat suka saat berprofesi sebagai dosen. Dengan menjadi dosen ia bisa menginspirasi dan mengedukasi mahasiswa, ada rasa kebanggaan tersendiri jika berhasil membuat mahasiswanya berprestasi.
Bagi darmawan berada di lingkup akademik adalah sebuah lingkungan yang membahagiakan karena penuh keilmuan yang harus digali dan diterapkan serta dikembangkan terus menerus. Mengembangkan wawasan dengan bimbingan teknologi juga awal dilakukan di lingkup akademik, dan yang paling terpenting bagi Darmawan adalah pihaknya mampu berkontribusi nyata kepada masyarakat setempat.
Darmawan mengaku dirinya sebenarnya tidak memilih jurusan PGSD, tetapi dipilih oleh jurusan PGSD karena disiplin ilmu yang digeluti sebelumnya adalah Penjas SD. Tetapi itu tidak mengurungkan niatnya untuk tetap menjadi dosen di jurusan PGSD. Hal itu tidak menjadi masalah, karena semasa menempuh pendidikan S1 dan S2, Darmawan pun memperoleh mata kuliah PGSD.
Terbukti keseriusannya menekuni bidang tersebut, sejumlah penelitian pun ia lakukan demi kemajuan keilmuannya. Di antaranya, Peningkatan Hasil Belajar Passing Bawah Dalam Permainan Bola Voli Melalui Metode Self Check Dan Audio Visual Pada Murid Sdn 13 Arfai Manokwari, Keefektifan Model Pembelajaran Clustering Dalam Keterampilan Menulis Puisi Siswa Kelas V SD YAPIS 02 Manokwari, Pengaruh Lingkungan Sekolah, Peran Guru dan Minat Belajar Siswa Terhadap Motivasi Belajar Penjas SD Inpres Buttatianang I Makassar.
Dengan melakukan banyak penelitian dan luaran artikel ilmiah, Darmawan pun berhasil lolos sertifikasi dosen 2020 Gelombang pertama kemarin.
Selain disibukkan mengajar sebagai dosen, Darmawan yang memang mencintai dunia pendidikan dan peduli akan kondisi pendidikan di tanah Papua, ia pun menginisiasi Sakolah Palosok Anak Negeri (SPAN). Melalui SPAN, Darmawan membuat komunitas relawan pendidikan untuk mengajar dan mengdukasi anak-anak demi terciptanya pemerataan pendidikan yang berlandaskan mencerdaskan kehidupan bangsa.
“Berangkat dari hati kecil saya melihat kondisi pendidikan yang ada di tanah Papua khususnya di Manokwari. Kemudian pada 2018 saya diskusi dengan mahasiswa untuk mengajar anak-anak yang ada di beberapa lokasi distrik Bakaro, Kabupaten Manokwari. 2019, saya mengadakan open recruitmen relawan secara umum terbuka yang mau bergabung dari latar belakang berbeda untuk menghibahkan waktu dan tenaga untuk mengajar,” jelasnya.
Visi SPAN, yaitu membangun dan mewujudkan pemerataan pendidikan.
Adapun misinya yaitu, memberantas buta aksara, mengedukasi anak-anak di daerah terpencil dan pelosok, berkontribusi nyata pada kehidupan sosial melalui pendidikan, dan menyadarkan kepada masyarakat akan pentingnya pendidikan khususnya anak-anak.
Untuk mewujudkannya, Darmawan pun mengisi kegiatan SPAN dengan aktifitas pembelajaran calistung, literasi, menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS), dan gotong royong. Dalam pelaksanaannya selain melibatkan mahasiswa sebagai relawan, Darmawan juga mengajak masyarakat umum yang juga mahasiswa untuk mengajar anak-anak di pelosok.
Dari kegiatan SPAN tersebut, anak-anak di pelosok akhirnya termotivasi untuk belajar dan sekolah makin meningkat. Begitupun berdampak pada orang tuanya yang belakangan banyak yang menginginkan anak-anaknya dapat bersekolah. Kegiatan itu juga sekaligus mengimplementasikan pedagogik para mahasiswa jurusan pendidikan.
“Agar masyarakat yang ada di sekitar terkhusus yang ada di pelosok akan pentingnya pendidikan. Dan kepada masyarakat agar saling mensupport satu sama lain atas keterlibatan membangun SDM yang unggul kepada putra-putri Papua,” harapnya. (duniadosen.com/titisayuw)
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…