Bagi siapa saja yang hendak studi lanjut pascasarjana, baik S2 maupun S3, tentunya akan mencari supervisor. Jika ingin studi jenjang S3, silakan cari supervisor S3 dulu.
Supervisor ini yang nantinya memberi bimbingan dari awal perkuliahan sampai dinyatakan lulus oleh perguruan tinggi. Beberapa perguruan tinggi bahkan meminta mahasiswa baru dalam proses pendaftaran sudah memiliki dosen yang bersedia menjadi supervisor.
Hal ini tentu menunjukan pentingnya memiliki supervisor saat studi lanjut jenjang S3. Sebab bisa membantu penerimaan mahasiswa baru di kampus tujuan. Lalu, seperti apa proses memilih dan menghubungi calon supervisor? Berikut informasinya.
Dalam menempuh studi pascasarjana, biasanya mahasiswa akan didampingi oleh pembimbing utama. Pembimbing ini disebut dengan istilah supervisor. Jika menempuh studi S3, maka disebut supervisor S3 dan merupakan dosen di suatu perguruan tinggi.
Sebelum melanjutkan studi jenjang S3 tersebut, mahasiswa diharapkan sudah memiliki supervisor sehingga peluang diterima di perguruan tinggi tempat supervisor tersebut mengabdi lebih besar.
Pemilihan dan pencarian supervisor memang tidak selalu mudah. Berdasarkan sharing mahasiswa S3, banyak yang menghubungi belasan sampai puluhan dosen untuk diminta kesediaannya menjadi supervisor.
Jika memang sulit didapatkan, seberapa penting peran supervisor S3 tersebut? Berikut peran penting supervisor dalam studi S3 Anda:
Peran pertama dari supervisor dalam studi S3 adalah menjadi pembimbing utama. Sebab supervisor ini akan membantu mahasiswa dalam menentukan topik, menyusun proposal, dan memastikan penelitian relevan dan berkualitas.
Dikutip melalui salah satu tulisan di blog pribadi Lukito Edi Nugroho, yang merupakan salah satu dosen di Universitas Gadjah Mada (UGM), peran supervisor sangat krusial. Bahkan menentukan hasil akhir studi mahasiswa S3.
Sebab akan menentukan kapan penelitian S3 bisa diakhiri dan didapatkan temuan. Temuan ini yang menjadi hasil akhir studi S3 yang ditempuh, dan bisa jadi menjadi temuan yang berdampak besar pada pengembangan iptek.
Peran berikutnya dari supervisor S3 adalah menjadi mentor akademik dan karir. Sebab sebagai supervisor, dosen bisa memberikan panduan tentang strategi perkembangan karier, publikasi jurnal, konferensi yang relevan, dan jaringan profesional.
Supervisor saat menempuh S3 juga berperan sebagai fasilitator riset. Supervisor bisa membantu mengakses berbagai fasilitas yang mendukung riset selama studi S3. Mulai dari jaringan kolaborasi riset, sumber dana riset, akses ke database jurnal, dan lain sebagainya.
Peran berikutnya dari supervisor adalah menjadi jembatan ke jaringan profesional yang mumpuni dan luas. Supervisor bisa memperkenalkan atau merekomendasikan peneliti lain untuk kolaborasi riset, publikasi ilmiah, dan sebagainya. Dimana jaringan yang terbentuk bisa bersifat jangka panjang untuk kolaborasi di masa mendatang.
Proses studi S3, di dalam maupun luar negeri dikenal tidak mudah. Oleh sebab itu, ada masa sulit dan penuh tantangan sampai bisa menyelesaikannya. Mahasiswa S3 tentunya butuh orang yang bisa memberi dukungan, baik secara personal maupun emosional.
Supervisor memiliki peran tersebut. Pengalaman mendampingi mahasiswa S3 dan sudah melewati proses menjadi mahasiswa S3. Membuat dukungan yang diberikan lebih tepat dan sukses memberi motivasi bagi mahasiswa S3 untuk melanjutkan perjuangan.
Peran penting supervisor S3 berikutnya adalah menjadi evaluator sidang sampai publikasi ilmiah. Supervisor akan membantu mengevaluasi penelitian, prosesnya, dan publikasinya. Sehingga membantu mematangkan persiapan ujian kualifikasi, sidang disertasi, serta publikasi ilmiah.
Peran berikutnya dari supervisor selama menempuh S3 adalah menjadi penjamin reputasi akademik. Umumnya, supervisor di jenjang S3 adalah para dosen senior yang sudah menjadi Guru Besar dan memiliki reputasi akademik cemerlang.
Mereka akan menjamin bahwa penelitian sampai publikasi mahasiswa S3 di bawah bimbingannya memiliki kualitas tinggi dan sesuai standar. Sebab, mereka tentu akan selektif memilih mahasiswa untuk dibimbing. Sehingga reputasi mereka menjadi penjamin reputasi akademik mahasiswa di bawah bimbingannya.
Baca Juga: Hal-Hal yang Harus Diperhatikan Sebelum Ambil S3 bagi Dosen
Dalam mencari dan memilih supervisor S3, mahasiswa bisa menghubungi calon supervisor tersebut. Namun, ada kalanya justru sebaliknya. Mahasiswa akan dihubungi oleh dosen yang bersedia menjadi supervisor saat studi S3. Misalnya karena memiliki proyek penelitian dan perlu menggandeng mahasiswa S3.
Baik mencari sendiri maupun mendapat tawaran dari dosen. Memilih supervisor selama studi S3 tidak bisa asal menerima tawaran. Maupun asal menemukan dosen yang bersedia. Terdapat beberapa kriteria untuk mencari supervisor yang benar-benar tepat, yaitu:
Kriteria yang pertama dan utama adalah adanya relevansi dengan bidang keahlian dan prodi yang dituju. Dosen yang menjadi supervisor sebaiknya memiliki bidang keahlian yang relevan.
Sebab penelitian yang dilakukan selama menempuh S3 akan dibimbing dosen tersebut. Jika prodi yang dipilih bukan bidang keahliannya, bagaimana bisa mendapatkan bimbingan yang tepat dan efektif? Selain itu, dosen biasanya akan menolak permintaan menjadi supervisor jika tidak ada relevansi ini.
Kriteria yang kedua adalah reputasi akademik dan reputasi profesional dosen tersebut. Anda tentu ingin memiliki dosen pembimbing S3 yang mumpuni dan memiliki reputasi baik di dunia akademik.
Sehingga bisa dipandu untuk melakukan penelitian dan publikasi yang baik dan benar, serta berkualitas. Maka pilih supervisor yang memiliki reputasi akademik dan profesional yang baik. Misalnya rutin melakukan publikasi, skor h-indeks tinggi, meraih penghargaan di bidangnya, dan sebagainya.
Kriteria yang ketiga adalah memilih calon supervisor S3 yang memiliki rekam jejak sebagai supervisor. Artinya, perlu mengutamakan dosen yang sudah berpengalaman menjadi supervisor mahasiswa S3.
Sehingga bisa ditelusuri kualitas bimbingan dan pencapaian mahasiswa yang dibimbing. Selain itu, bisa memastikan dosen tersebut paham betul bagaimana mendukung dan mengarahkan saat melakukan penelitian dan publikasi yang berkualitas.
Kriteria berikutnya adalah dosen tersebut bersedia dan memiliki komitmen dalam memberikan bimbingan. Dosen yang luar biasa tentunya super sibuk sehingga memiliki riwayat publikasi yang beragam dan prestasi yang mentereng.
Maka, untuk mendapatkan bimbingan mereka, mahasiswa S3 perlu memastikan ada ketersediaan dan komitmen waktu. Biasanya kesediaan ini akan disampaikan saat mengirimkan email permintaan menjadi supervisor.
Kriteria lain yang bisa dipertimbangkan adalah gaya bimbingan. Kriteria ini lebih mudah ditelusuri jika mengenal mahasiswa S3 mana saja yang pernah dibimbing dosen tersebut.
Sehingga bisa mencari tahu dan menilai cocok tidaknya gaya bimbingannya dengan gaya pribadi. Kesesuaian ini penting untuk mendukung komunikasi selama masa studi S3. Jadi, silahkan dipertimbangkan untuk menjadi kriteria memilih supervisor.
Salah satu kriteria penting yang perlu diperhatikan dalam memilih calon supervisor adalah kesesuaian dengan lokasi, bahasa, dan budaya. Jika memiliki mimpi bisa studi S3 di Inggris. Maka perlu mencari dosen yang mengajar di Inggris juga.
Contoh lain, jika selama ini hanya menguasai bahasa Inggris. Maka pilih dosen dari negara yang bahasa kesehariannya adalah bahasa Inggris juga. Sehingga tidak perlu belajar bahasa asing lain, yang tentu butuh usaha lebih sebelum studi S3.
Selain beberapa kriteria dasar tersebut, calon mahasiswa S3 juga bisa menambahkan kriteria sesuai penilaian personal. Misalnya, ingin mendapat supervisor yang bisa membantu membuka jaringan profesional seluas mungkin.
Maka bisa menambahkan kriteria, dosen tersebut punya jaringan profesional yang luas. Bagaimana cara mengetahuinya? Misalnya dari rekam jejak publikasi, jika sering berkolaborasi maka dosen tersebut punya jaringan profesional yang luas. Bisa juga dengan pertimbangan lainnya.
Baca Juga: Teori Baru dan Tantangan Menemukannya bagi Mahasiswa S3
Mendukung kemudahan dalam mendapatkan supervisor S3. Maka ada beberapa hal yang perlu disiapkan sebelum mulai menghubungi calon supervisor, diantaranya:
Persiapan yang pertama adalah daftar calon supervisor yang akan dihubungi. Berdasarkan pengalaman yang dibagikan Eka O. Kurniati di Quora, pada masa awal memiliki 15 calon supervisor. Semua dihubungi dan hanya 2 dosen yang memberi respon.
Maka, jangan hanya memilih satu calon supervisor. Sebab mereka adalah orang yang terbilang punya profesi paling sibuk di dunia selayaknya presiden sebuah negara. Jadi, perlu memiliki beberapa alternatif untuk segera mendapat kepastian.
Selain itu, sebagai dosen dengan kesibukan tinggi dan punya prestasi mumpuni. Sudah tentu ada banyak mahasiswa S3 dari berbagai negara meminta mereka menjadi supervisor. Kadang ada yang CV-nya lebih baik, ada juga dosen yang sudah membimbing terlalu banyak mahasiswa sehingga menolak permintaan Anda.
Jadi, siapkan jauh-jauh hari daftar panjang calon supervisor. Semakin banyak, maka semakin baik. Berikut adalah beberapa cara yang umum digunakan mahasiswa S3 dalam mencari dan menemukan calon supervisor S3:
Salah satu cara mendapatkan calon supervisor adalah menelusuri publikasi ilmiah. Sebab setiap publikasi akan memuat nama penulis, baik penulis utama maupun pendamping.
Rata-rata penulis di dalam publikasi ilmiah adalah para dosen, banyak diantaranya sudah Guru Besar. Jadi, memenuhi kriteria dasar menjadi supervisor.
Jadi, melakukan penelusuran publikasi bisa membantu menemukan calon supervisor yang tepat. Selanjutnya bisa mencari kontak atau alamat email penulis tersebut. Kemudian dikirimkan permintaan menjadi supervisor.
Cara kedua adalah dengan mengunjungi website perguruan tinggi. Silakan masuk ke berbagai website perguruan tinggi yang membuka prodi sesuai rencana studi.
Kemudian tinggal mengecek daftar dosen di dalamnya yang sudah S3 dan memiliki pengalaman menjadi supervisor. Pertimbangan lain juga bisa dilakukan. Selanjutnya mencari kontak dosen tersebut, utamakan alamat email untuk dikirimkan permintaan menjadi supervisor.
Cara ketiga dalam mencari dan menemukan calon supervisor adalah memanfaatkan jaringan yang dimiliki. Misalnya bertanya pada teman dan saudara yang sudah menempuh S3. Mereka bisa merekomendasikan supervisor yang sesuai dari kampus masing-masing.
Bisa juga meminta rekomendasi dari dosen, yang tentu terhubung dengan dosen lain. Baik itu di dalam negeri maupun di luar negeri. Semakin luas jaringan Anda, semakin mudah mendapatkan rekomendasi supervisor dari berbagai perguruan tinggi.
Persiapan kedua adalah CV terbaik. CV ini biasanya langsung dilampirkan saat mengirimkan permintaan kepada dosen sebagai calon supervisor. Namun, usahakan jangan asal melampirkan CV.
CV tersebut sebaiknya menjelaskan secara detail pengalaman penelitian, riwayat publikasi, dan pengalaman lain yang relevan. Sehingga ada informasi detail untuk menjadi pertimbangan dosen tersebut. Semakin baik dan sesuai isi CV, semakin besar peluang diterima sebagai mahasiswa bimbingannya.
Persiapan ketiga adalah template email. Usahakan di dalam email mencantumkan nama dosen yang dituju, sehingga email tersebut memberi kesan dibuat khusu untuk dosen yang bersangkutan.
Hindari mengirimkan email tanpa menyebut nama dosen calon supervisor S3 karena hal ini menunjukkan Anda malas membuat badan email. Berikut adalah contoh struktur email yang dikirimkan ke calon supervisor yang dianjurkan mahasiswa S3 di Johns Hopkins University:
Paragraf 1
Paragraf 2
Paragraf 3
Berisi ucapan terima kasih dan harapan supaya email yang dikirimkan dibalas oleh dosen yang bersangkutan.
Persiapan berikutnya adalah proposal penelitian. Biasanya dokumen ini dikirimkan jika diminta oleh dosen yang memberi respon atas email pertama dengan struktur seperti penjelasan di atas.
Jadi, saat mengirimkan email permintaan menjadi supervisor cukup melampirkan CV. Setelah direspon dan diminta mengirimkan dokumen lain seperti proposal, bisa dikirimkan.
Proposal perlu disiapkan karena sering diminta calon supervisor. Sehingga menjadi bahan pertimbangan mereka dan menilai keseriusan Anda memintanya menjadi supervisor.
Baca Juga: 5 Tips S3 ke Luar Negeri dengan Membawa Keluarga
Secara umum, menghubungi calon supervisor S3 adalah lewat email. Selain itu, alamat email ini yang biasa dipublikasikan oleh para dosen. Baik di Indonesia maupun berbagai negara di dunia. Sehingga menjadi cara paling sering digunakan.
Mengirim email pertama kali adalah berisi permintaan menjadi supervisor selama studi S3 di PT tempat dosen tersebut mengajar. Email ini sesuai penjelasan sebelumnya harus memberi informasi jelas dan ringkas. Berikut contohnya:
Subject: Prospective PhD Student Interested in Your Research
Dear Professor [Nama Supervisor],
My name is [Nama Anda], and I am a graduate student at [Universitas Anda] with a background in [Bidang Studi Anda]. I am writing to express my interest in pursuing a PhD under your supervision at [Nama Universitas]. I have been particularly impressed by your research on [Topik Penelitian], especially your work on [Judul Publikasi Terkait].
Attached to this email, please find my CV, academic transcripts, and a brief research proposal. I would be grateful if we could discuss the possibility of working together.
Thank you for considering my application. I look forward to your response.
Sincerely,
[Nama Anda]
Sebagai bahan pertimbangan, silakan melampirkan CV. Selebihnya tinggal menunggu respon. Jika ada respon positif, yang artinya ada peluang menjadi mahasiswa bimbingannya. Maka akan diminta mengirimkan dokumen tambahan. Misalnya proposal penelitian, scan ijazah pendidikan terakhir dan transkrip nilai, dan sebagainya.
Dalam menghubungi calon supervisor, penting sekali untuk menyiapkan mental menghadapi respon beragam. Termasuk respon negatif, dimana dosen tersebut menolak. Baik dengan menjelaskan lewat balasan email maupun tidak memberi respon sama sekali.
Seperti pengalaman mahasiswa yang dijelaskan sebelumnya. Dimana menghubungi 15 dosen dan hanya 2 yang memberi respon positif. Jadi, silahkan membuat daftar panjang calon supervisor agar memiliki peluang segera mendapatkan supervisor S3.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman pribadi berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi penting dari artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Mencari informasi terkait regulasi AI untuk penelitian ilmiah tentu penting. Sebab dalam kegiatan penelitian tentu…
Sudahkah mulai mengecek atau mencari tahu tren publikasi akademik atau publikasi ilmiah? Termasuk juga prediksi…
Salah satu strategi meraih hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah menghindari kesalahan dalam menulis proposal usulan. Tahap…
Mencari informasi dan mempelajari tata cara menulis kerangka proposal yang berpeluang lolos hibah, tentu menjadi…
Meraih hibah penelitian bisa dimulai dengan mencari dan mempelajari contoh proposal hibah penelitian. Yakni proposal…
Sejalan dengan pengumuman hasil klasterisasi perguruan tinggi pada Oktober 2025 lalu, Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains,…