Menyusun strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus tentu menjadi agenda para dosen maupun peneliti. Sebab database Scopus menjadi pilihan utama untuk meningkatkan visibilitas publikasi ilmiah yang dimiliki.
Namun, Scopus memiliki standar tinggi dan mempengaruhi kinerja setiap jurnal yang terindeks di dalamnya. Mengurus publikasi di jurnal-jurnal terindeks Scopus menjadi perkara yang tidak mudah. Lalu, strategi seperti apa yang cukup efektif? Berikut informasinya.
Sebelum masuk ke pembahasan mengenai strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus. Maka dibahas dulu beberapa hal mendasar. Salah satunya terkait pemahaman tentang jurnal terindeks Scopus.
Jurnal terindeks Scopus adalah daftar jurnal ilmiah yang berhasil masuk ke dalam database Scopus yang merupakan salah satu database bereputasi. Scopus disebut bereputasi karena memiliki standar seleksi yang ketat dan diakui kredibilitasnya secara global.
Selain Scopus, ada banyak lagi database publikasi ilmiah lain. Misalnya Web of Science (WoS), PubMed, IEEE Xplore, ScienceDirect, SpringerLink, dan lain sebagainya. Beberapa database fokus di satu bidang keilmuan. Misalnya database PubMed yang fokus menjaring publikasi ilmiah di bidang kesehatan dan bidang terkait (biologi, kedokteran, dll).
Scopus termasuk database yang menjaring publikasi ilmiah dari berbagai bidang keilmuan. Sehingga ada lebih banyak jurnal yang terindeks dalam database ini. Hal ini yang menjadi salah satu alasan Scopus masuk database bereputasi karena menyediakan referensi yang lebih lengkap dan kompleks.
Hal penting berikutnya yang perlu dipahami berkaitan dengan strategi penulisan pada jurnal terindex Scopus adalah tingkatannya. Scopus memiliki kebijakan mengatur kategori kualitas pada setiap jurnal yang terindeks.
Sehingga ada peringkat yang menjelaskan daftar jurnal mana saja yang sitasi tinggi, reputasi internasional yang kuat, dan selektif menyaring artikel yang akan dipublikasikan. Terdapat 4 tingkatan jurnal terindeks Scopus dan disebut dengan istilah Quartil. Berikut penjelasannya:
Jurnal di tingkat Q1 merupakan jurnal yang masuk daftar 25 jurnal teratas di suatu bidang keilmuan di database Scopus. Sehingga jurnal ini memiliki jumlah sitasi paling tinggi, dikenal paling selektif memilih artikel yang akan dipublikasikan, dll.
Jurnal di tingkat Q2 merupakan jurnal yang masuk ke dalam daftar 25 jurnal teratas kedua di suatu bidang keilmuan di database Scopus. Dalam 100 jurnal, 25 jurnal teratas masuk tingkat Q1. Sementara 25 jurnal teratas kedua mauk tingkat Q2. Yakni jurnal di pemeringkatan dengan posisi 26-50 dari 100 jurnal.
Jurnal di tingkat Q3 merupakan jurnal yang masuk ke dalam daftar 25 jurnal teratas ketiga di suatu bidang keilmuan di database Scopus. Artinya, dari 100 jurnal ilmiah dalam suatu bidang keilmuan jurnal Q3 ada di peringkat 51-75.
Jurnal di tingkat Q4 adalah jurnal yang masuk ke dalam daftar 25 jurnal teratas keempat di suatu bidang keilmuan di database Scopus. Jadi, dari 100 jurnal dalam suatu bidang keilmuan jurnal Q4 ada di peringkat 76-100.
Scopus yang sering dituju paling pertama kali oleh masyarakat ilmiah dalam mencari referensi. Tentu menjadikannya sebagai database yang meningkatkan visibilitas setiap jurnal yang terindeks. Hanya saja, Scopus yang ketat dalam menyaring jurnal yang masuk database.
Bahkan secara berkala melakukan penilaian dan merilis pengumuman daftar jurnal discontinued. Membuat jurnal yang terindeks juga ketat dalam memilih artikel yang dipublikasikan. Berikut beberapa strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus yang bisa diterapkan:
Berhasil memiliki publikasi di jurnal internasional terindeks Scopus berawal dari penelitian yang berkualitas. Kualitas penelitian akan mempengaruhi hasil penelitian dan publikasi hasil penelitian tersebut.
Kunci utamanya adalah menjalankan penelitian dengan novelty dan research gap. Sehingga penelitian tersebut bukan mengulang penelitian terdahulu. Sehingga orisinil dan memiliki temuan yang mutakhir.
Selain itu, dalam penelitian yang dilakukan sebaiknya memilih topik baru dan tengah menjadi tren. Selanjutnya, menggunakan jurnal dan prosiding terindeks Scopus sebagai referensi. Sehingga penelitian dijamin punya kualitas baik, demikian juga dengan publikasi temuan yang didapatkan.
Strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus berikutnya adalah tepat dalam memilih jurnal. Jurnal Scopus banyak yang open access. Reputasi jurnal yang dipercaya masyarakat global membuatnya rawan diduplikasi. Sehingga banyak jurnal predator.
Jadi, pahami betul bagaimana mengecek suatu jurnal benar-benar terindeks Scopus atau tidak. Paling mudah dan tepat adalah mengecek langsung ke website resmi Scopus. Cek juga daftar jurnal discontinued yang dirilis.
Sebab bisa jadi jurnal yang dipilih memang terindeks, akan tetapi masuk daftar discontinued. Sehingga belum bisa dipilih sebagai media publikasi hasil penelitian. Sebab sudah dihapus dari database Scopus (bukan lagi jurnal internasional bereputasi).
Poin selanjutnya dalam strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus adalah memilih jurnal sesuai scope. Setelah mengetahui jurnal mana saja yang terindeks Scopus sesuai bidang keilmuan yang ditekuni.
Maka berikutnya adalah memilih jurnal dengan scope yang sesuai. Sebab setiap jurnal di bidang keilmuan fokus pada scope tersendiri. Sehingga mempublikasikan artikel-artikel ilmiah dengan topik spesifik.
Kesesuaian scope juga membantu memperbesar peluang diterima saat submit. Sebab jurnal bereputasi hanya menerima artikel yang scope-nya sesuai. Oleh sebab itu, meski bidang keilmuan sesuai jangan langsung submit sampai scope-nya juga dipastikan sesuai.
Ikuti kelas online Strategi Publikasi Sukses Tembus Jurnal SINTA & Scopus untuk membantu Anda memahami strategi publikasi ilmiah yang efektif!
Strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus berikutnya adalah menyusun sesuai ketentuan. Dalam artian, format atau struktur penulisan sudah sesuai kebijakan pengelola jurnal bereputasi tersebut.
Setiap pengelola jurnal menetapkan format artikel yang akan dipublikasikan. Hal ini membantu setiap artikel yang terbit seragam. Sebab disusun dengan format yang sama sehingga rapi dan memberi kesan profesional.
Artikel dengan format yang sesuai akan diterima, begitu juga sebaliknya. Jadi, jika sudah menentukan jurnal mana yang dituju untuk mempublikasikan hasil penelitian. Pastikan artikel sudah disusun sesuai format yang ditetapkan agar tidak ditolak editor.
Berikutnya yang menjadi salah satu strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus adalah submit secara lengkap. Secara umum, submit artikel di suatu jurnal tidak cukup hanya file artikel ilmiah saja.
Akan tetapi ada beberapa dokumen tambahan yang menjadi kelengkapan administrasi. Misalnya dokumen cover letters, author declaration, dan dokumen-dokumen lainnya.
Masing-masing pengelola jurnal menetapkan kelengkapan administrasi tersendiri. Oleh sebab itu, penulis perlu mengetahui apa saja yang disyaratkan dan menyesuaikan. Kelengkapan ini akan ikut menentukan apakah artikel diprose atau sebaliknya.
Selanjutnya yang menjadi strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus adalah mengikuti konferensi ilmiah dari publisher yang terhubung Scopus. Scopus yang merupakan database global bereputasi memiliki jurnal-jurnal kredibel dan dari publisher kredibel juga.
Setiap publisher biasanya mengelola beberapa jurnal untuk menyesuaikan bidang keilmuan dan scope yang spesifik. Publisher ini juga sering mendukung bahkan menggelar konferensi internasional secara mandiri.
Jadi, silahkan ikut serta dalam konferensi ilmiah tersebut. Sebab artikel yang dipresentasikan akan dipublikasikan ke dalam prosiding yang dikelola publisher. Dimana otomatis akan terindeks Scopus.
Baca juga artikel berikut yang berkaitan dengan penulisan jurnal:
Ikuti juga Kelas Ekslusif: Roadmap Riset Efektif bersama profesor untuk permudah Anda di setiap pengajuan jabatan fungsional!
Jadi, riwayat publikasi ilmiah terindeks Scopus tidak melulu hanya dalam bentuk jurnal. Akan tetapi juga prosiding. Kemudian tetap diakui Ditjen Dikti sehingga bisa masuk laporan BKD dan ikut prose PAK (Penilaian Angka Kredit).
Strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus berikutnya adalah memilih jurnal baru. Artinya, bisa memprioritaskan jurnal-jurnal yang baru saja terindeks database Scopus.
Jurnal-jurnal ini biasanya memiliki keluwesan lebih dalam menerima artikel ilmiah dari penulis berbagai negara. Sehingga memenuhi syarat menjadi jurnal internasional dan mempertahankan posisinya tetap terindeks database Scopus.
Jadi, bisa dijadikan tujuan utama agar artikel ilmiah yang di submit lebih mudah diterima. Namun, bagaimana mengetahui jurnal tersebut baru terindeks Scopus? Ada beberapa cara bisa dilakukan, salah satunya lewat website Scopus sendiri. Berikut langkah-langkahnya:
Selanjutnya, adalah melakukan kolaborasi internasional. Dalam dunia publikasi ilmiah, publikasi yang berasal dari publikasi internasional menunjukan prestise publikasi tersebut.
Secara sederhana, artikel ilmiah maupun penelitian hasil kolaborasi internasional akan dipandang lebih baik. Sebab kolaborasi mendukung penemuan baru yang inovatif karena melibatkan lebih banyak pakar di bidangnya.
Oleh sebab itu, strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus salah satunya adalah berkolaborasi secara internasional. Baik dengan dosen maupun peneliti di luar Indonesia. Sehingga peluang diterima jurnal-jurnal terindeks Scopus lebih tinggi.
Sebagai informasi tambahan, kolaborasi internasional bisa dari kegiatan penelitian. Namun bisa juga dari kegiatan penulisan dan publikasi hasil penelitian. Sebab di dalam menulis artikel untuk jurnal internasional bisa berkolaborasi. Dimana ada beberapa penulis dengan peran masing-masing.
Jika membahas mengenai strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus, maka tentu melibatkan etika. Baik itu etika penelitian maupun etika publikasi ilmiah yang wajib dijaga atau dipatuhi.
Penelitian yang bebas dari segala bentuk pelanggaran etika akan menghasilkan publikasi yang etis juga. Sehingga peluang diterima jurnal kredibel dan terindeks Scopus lebih tinggi.
Bahkan, sekalipun artikel diterima dan di suatu ketika kedapatan hasil plagiarisme maupun pelanggaran etika lainnya. Pihak jurnal bisa memutuskan untuk menghapus artikel tersebut dan memasukan penulis ke daftar hitam. Jadi, menjaga integritas sangat penting agar karir aman dan reputasi terjaga seumur hidup.
Poin terakhir untuk lebih mudah mengurus publikasi di jurnal internasional bereputasi adalah melakukan revisi sesuai catatan reviewer. Dalam proses publikasi ke jurnal ilmiah ada kemungkinan artikel ditolak, diterima, dan diterima dengan catatan revisi.
Rata-rata artikel yang diterima akan diminta revisi, baik skala kecil maupun skala besar. Revisi ditetapkan reviewer, yang minimal oleh dua pakar di bidang yang sesuai. Menerima permintaan revisi tentu tidak mudah, apalagi jika ada kritikan tajam.
Namun, revisi menjadi proses umum dan semua dosen mengalami hal ini. Apalagi di jurnal yang sudah bereputasi. jadi, dibanding submit dari awal ke jurnal bereputasi lain. Dimana sama saja akan ada revisi. Sebaiknya fokus di satu jurnal, ikut revisinya meski berkali-kali dan melelahkan. Sehingga bisa segera terbit.
Melalui daftar strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus di atas. Maka bisa diketahui bahwa prosesnya tidak mudah. Bahkan bisa memakan waktu lama. Pasalnya tidak sedikit dosen yang mengaku mengikuti proses review sampai 2 tahunan.
Namun, dibalik semua kesulitan dan menguras kesabaran saat mengurus publikasi di jurnal terindeks Scopus. Ada cukup banyak keuntungan yang membuatnya terbayar lunas. Diantaranya adalah:
Memiliki riwayat publikasi ilmiah terindeks Scopus bukan hal mudah. Sebab dikenal persaingan ketat, sehingga sulit untuk diterima oleh pihak editor jurnal tersebut. Jia berhasil diterima bahkan terpublikasi, maka artinya kualitas artikel yang disusun sudah mumpuni. Sehingga publikasi ini diakui kualitas dan kredibilitasnya.
Sesuai penjelasan sebelumnya, Scopus masuk daftar database bereputasi dengan kebijakan ketat saat menjaring jurnal yang bisa terindeks. Sehingga banyak yang mengunjunginya untuk mencari referensi ilmiah kredibel.
Sifatnya yang global, membuatnya diakses dosen dan peneliti dari berbagai negara di dunia. Jadi, saat Anda memiliki publikasi yang terindeks Scopus akan lebih mudah ditemukan banyak orang. Sehingga jumlah pembaca tinggi, sitasi tinggi, dan dampak publikasi tersebut juga luas serta nyata.
Bagi dosen, publikasi ilmiah yang terindeks di Scopus bukan sekedar menyebarluaskan hasil penelitian. Akan tetapi juga kesempatan untuk memenuhi BKD. Dimana ada target 12-16 SKS per semester.
Publikasi di jurnal internasional bereputasi memiliki skor SKS yang tinggi. Yakni sampai 10 SKS. Jika dalam satu semester ada target 12 SKS, maka tinggal memenuhi 2 SKS lagi.
E-Course Digital Era Smart Lecturer Optimalisasi Riset dan Publikasi ini mungkin sangat cocok untuk Anda! Cek sekarang juga!
Riwayat publikasi ilmiah terindeks Scopus juga memberi peluang besar bagi dosen untuk segera mengembangkan karir akademik. Sebab riwayat ini termasuk syarat khusus kenaikan jabatan fungsional (jabfung).
Oleh sebab itu, para dosen yang memiliki impian bisa menjadi Profesor sebelum memasuki usia pensiun. Perlu membangun riwayat publikasi ilmiah terindeks database bereputasi sebanyak mungkin.
Sebab di dalam proses PAK, jumlah atau skor angka kredit publikasi di jurnal internasional bereputasi terbilang tinggi. Yakni sampai 40 poin angka kredit. Semakin banyak publikasi di jurnal internasional bereputasi, maka semakin cepat memenuhi syarat mengajukan kenaikan jabatan fungsional.
Jadi, selain harus memiliki strategi penulisan pada jurnal terindeks Scopus. Penting juga untuk fokus pada keuntungan-keuntungan di atas. Sehingga bisa menjadi sumber motivasi dan semangat saat menghadapi kesulitan dalam mengurus publikasi ilmiah.
Salah satu kunci dalam mengembangkan karir akademik dosen adalah memenuhi syarat kenaikan jabatan fungsional dosen.…
Salah satu referensi ilmiah yang kredibel selain jurnal adalah artikel ilmiah pada prosiding. Namun, sudahkah…
Mencari informasi terkait regulasi AI untuk penelitian ilmiah tentu penting. Sebab dalam kegiatan penelitian tentu…
Sudahkah mulai mengecek atau mencari tahu tren publikasi akademik atau publikasi ilmiah? Termasuk juga prediksi…
Salah satu strategi meraih hibah penelitian Kemdiktisaintek adalah menghindari kesalahan dalam menulis proposal usulan. Tahap…
Mencari informasi dan mempelajari tata cara menulis kerangka proposal yang berpeluang lolos hibah, tentu menjadi…