Menjadi dosen muda, memang memiliki tantangan tersendiri. Salah satu tantangannya adalah menghadapi mahasiswa milenial yang pastinya jarak usianya tidak terpaut jauh dengan sang dosen muda. Sehingga diperlukan strategi khusus bagi dosen muda untuk menghadapi mahasiswa milenialnya. Nah berikut dosen muda Dina Fadiyah S.IP., M.A yang merupakan Dosen Ilmu Politik Universitas 17 Agustus 1945, Jakarta memberikan strateginya.
Tidak dipungkiri meningkatnya minat menjadi dosen muda salah satu faktornya adalah kini banyak mahasiswa yang giat dan tekun belajar dan dengan mudah memperoleh gelar sarjana. Disaat itu pula, banyak waktu untuk mencari pengalaman dan enggan meninggalkan kampus. Salah satu caranya untuk bertahan hidup dengan memperoleh penghasilan sekaligus memperdalam keilmuan, tak jarang dari mereka yang memilih menjadi dosen muda.
Atau faktor lain yang juga tak sedikit ditemui, banyak dosen muda yang sebelumnya tertarik dan merasa enjoy menjadi asisten dosen. Dari sana ia bisa langsung mengetahui apa saja yang dosen kerjakan. Belum lagi para mahasiswa yang memang giat dan tekun belajar, tak jarang mereka sudah mendapatkan gelar sarjana di usia yang sangat muda.
Tantangan dosen muda salah satunya yaitu menghadapi mahasiswa yang notabene adalah para milenial yang memiliki sifat aktif dan agresif. Pada saat menghadapi mahasiswa milenial, dosen muda mampu membuktikan bahwa kedekatan dengan mahasiswa tidak menjadikan mereka lupa akan ilmunya.
Tidak ada salahnya, agar lebih mengenal mereka dosen muda sesekali ikut bergabung atau nongkrong bareng mahasiswa. Dengan begitu dosen akan lebih mudah mengenal dan memahami gaya mahasiswa dan segera menemukan pola untuk menghadapinya.
Tetapi dosen tetap menjaga wibawa dihadapan mahasiswanya. Dan jangan sampai mahasiswa beranggapan bahwa ketika mahasiswa dekat dengan dosen, semua akan dimudahkan. Dina dengan tegas mengatakan bahwa anggapan itu salah. Semua dosen tetap professional dan penilaian tergantung pada nalar mahasiswanya.
Jadikanlah kedekatan itu sebagai arena untuk menambah keilmuan mahasiswa.
Salah satu yang menjadi pusat perhatian kalangan mahasiswa milenial adalah dosen yang menggunakan system pembelajaran teknologi modern. Di era digitalisasi sekarang ini memang menuntut siapa saja untuk melek teknologi, terlebih dosen muda. Misalnya saja, saat pandemi Covid-19 saat ini dosen dan mahasiswa dituntut untuk melakukan kuliah daring.
Kuliah daring pastinya menggunakan alat gadget berupa ponsel, laptop, maupun tablet yang didalamnya terinstal aplikasi penunjang komunikasi tatap muka orang banyak. Nah, di sanalah mau tidak mau baik dosen maupun mahasiswa digali kemampuannya dalam segi teknologi.
Begitupun ketika di kelas atau kuliah tatap muka. Dosen tidak melulu harus menggunakan buku dalam panduan menyampaikan materi perkuliahan. Tetapi juga mengkombinasikannya dengan cara belajar yang lebih menyenangkan, yaitu dengan menonton film, melihat video dari youtube misalnya debat presiden (jika jurusan Ilmu Politik), dan mengevaluasi tayangan talkshow yang berkaitan dengan keilmuan politik lainnya (Mata Najwa, ILC, dan lainnya).
“Sebisa mungkin saya memanfaatkan semua teknologi yang ada di Universitas. Selain itu, saya juga biasa memberikan tugas dalam bentuk video, misalnya seperti mereka membuat film pendek, presentasi online dan di save di google drive, mengoreksi tugas mereka dengan dropbox, dan lain sebagainya,” ujar dosen muda berusia 30 tahun ini.
Cara Dina menghadapi mahasiswa yang notebene adalah para millenials adalah tidak mendidiknya dengan keras. Berikan mereka teguran sedikit yang berdifat menyentu psikisnya. Dengan begitu mereka akan berubah menjadi lebih baik. Seperti itulah cara Dina memperlakukan mahasiswanya.
Dina menuturkan bahwa selama ini sistem pengajaran yang ada hanya berfokus pada kajian teori, jarang sekali menyentuh praktiknya. Oleh karena itu, sejak awal Dina menjadi dosen, selalu menggabungkan kedua hal tersebut sehingga mahasiswa tidak hanya handal berteori tetapi juga lihai dalam praktiknya.
Untuk menanggulangi rasa bosan mahasiswanya, tak jarang Dina pun mengajak mahasiswanya belajar di ruang terbuka. Misalnya di kantin, perpustakaan, studi TV, halaman kampus dan lainnya. Karena Dina memahami generasi milenial sangan mudah bosan jika melakukan hal yang monoton. Oleh sebab itu, perlu adanya pengembangan inovasi system belajar mengajar.
Dengan melakukan strategi dosen muda dalam menghadapi mahasiswa milenial itu, Dina pun menjadi dekan dengan mahasiswanya. Beberapa mahasiswanya bahkan berani curhat tentang masalah pribadi, baik soal pasangan maupun keluarga.
“Hal demikian membuat saya merasa bahwa mereka membutuhkan dosen tidak hanya dalam belajar, tetapi juga dalam mengarahkan dan membimbing hidup mereka,” pungkasnya. (duniadosen.com/ titisayuw)
Mengecek dan menyiapkan sumber pendanaan untuk kebutuhan biaya kuliah S3 tentu perlu dilakukan jauh-jauh hari…
Dosen yang mau melanjutkan studi pascasarjana tetapi sudah berkeluarga pasti akan diselimuti kebimbangan antara apakah…
Mengacu pada aturan terbaru, proses sampai persyaratan kenaikan jabatan Asisten Ahli ke Lektor mengalami beberapa…
Dosen di Indonesia tentunya perlu memahami prosedur dan ketentuan dalam perubahan status aktif dosen di…
Kejahatan phishing data tentunya perlu diwaspadai oleh siapa saja, termasuk juga kalangan akademisi. Terutama kalangan…
Sudahkah para dosen mengetahui bagaimana cara menambahkan buku ke Google Scholar? Hal ini tentu penting…