Siti Puryandani. Dosen diketahui menjadi salah satu profesi mulia dan di Indonesia ada ribuan orang yang menekuni profesi ini. Menjadi dosen diakui oleh banyak pihak, termasuk juga Dr. E. Siti Puryandani, SE, MSi sebagai profesi yang berat. Dikatakan berat karena tugas dosen tak hanya mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat.
Dosen juga dituntut untuk menjadi seorang pembelajar, dosen kemudian harus memaksakan diri untuk terus belajar hal baru setiap harinya. Hasil belajar ini kemudian membantu para dosen menjadi dosen yang baik bagi mahasiswa dan juga masyarakat. Sebab memberi jembatan untuk menjalankan semua tugas dan kewajiban dosen.
Lalu, bagaimana seorang dosen bisa menjadi pembelajar? Padahal, diakui oleh banyak pihak bahwa dosen sudah terbebani di sektor struktural yang kemudian sudah menyita banyak waktu. Tantangan ini tentu dihadapi mayoritas dosen di tanah air, dan oleh sebab itu Dr. E. Siti kemudian berbagi tips untuk bisa terus menjadi pembelajar.
Daftar Isi
ToggleSecara Genetis Mewarisi Bakat Guru
Dr. E. Siti Puryandani, SE, MSi merupakan salah satu dosen tetap di STIE BPD Jateng yang kini menjabat sebagai Lektor. Dr. E. Siti menjelaskan bahwa ada kemungkinan mewarisi bakat guru secara genetis. Dikatakan beliau demikian karena setelah melihat silsilah profesi yang ditekuni keluarga baik dari pihak bapak maupun ibu memang rata-rata menjadi guru.
Kakek dari pihak ibu dijelaskan beliau menekuni profesi sebagai seorang guru, sedangkan kakek dari pihak bapak juga menjadi guru di Madrasah Tsanawiyah (MTs – setingkat SMP). Sebab memiliki latar belakang pendidikan pondok pesantren, sehingga menjadi pengajar di MTs yang memiliki basis ilmu pendidikan Islam.
Almarhum bapak dari Dr. E. Siti juga diketahui merupakan salah satu tenaga pengajar dan juga menjadi pemilik dari Sekolah Bidang Kebudayaan. Memiliki keluarga yang dekat dengan profesi mengajar, kemungkinan memunculkan semangat bagi Dr. E. Siti untuk ikut terjun di dunia mengajar juga.
Baca Juga: Nefri Anra Saputra: Dosen Muda Harus Lebih Bersemangat dalam Menekuni Profesinya
Mengajar Itu Menyenangkan
Salah satu alasan kenapa Dr. E. Siti memutuskan untuk mengikuti seleksi penerimaan dosen di STIE Bank BPD Jateng di tahun 1996 adalah karena kegiatan mengajar menurut beliau merupakan kegiatan yang menyenangkan. Sebab melalui profesi ini, seorang pengajar (guru dan dosen) tidak hanya bisa berbagi materi atau ilmu pengetahuan.
Namun juga memiliki kesempatan untuk berbagi pengalaman. Dr. E. Siti sendiri secara pribadi berharap kegiatan beliau berbagi pengalaman dengan mahasiswa bisa memberi output positif. Salah satunya membantu mahasiswa untuk memiliki sikap yang lebih baik, selain itu juga membantu mereka untuk lulus tepat waktu dan terus mengingat almamater.
Dosen yang menekuni bidang keilmuan Manajemen Keuangan ini mengaku menjadi dosen tanpa direncanakan sebelumnya. Sebab salah satu alasan kenapa memilih kuliah S1 dan S2 di jurusan Manajemen Keuangan adalah karena keahlian di bidang ini tidak hanya diperlukan perusahaan, akan tetapi juga bisa diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
Memasuki bulan Januari di tahun 1996, beliau mengaku tidak mengetahui bahwa namanya tercantum sebagai salah satu kandidat dosen di STIE Bank BPD Jateng. Apalagi di tahun tersebut, STIE Bank BPD Jateng belum sepenuhnya berdiri karena masih dalam proses mengurus perizinan.
Belum lagi dengan ijazah Dr. E. Siti Puryandani yang kala itu masih Sarjana alias S1, sehingga setelah lolos seleksi penerimaan dosen. Beliau baru bisa menjadi Asisten Dosen yang kala itu sebagian besar dosen di STIE Bank BPD Jateng merupakan dosen dan alumni dari Universitas Diponegoro (Undip) dan berasal dari Fakultas Ekonomi.
Siapa sangka, dirinya berhasil lolos tes yang terdiri dari berbagai tahap dan kemudian menjadi Asisten Dosen. Baru setelah dinyatakan lulus S2 Manajemen Keuangan, kemudian bisa mengajar kelas secara penuh.
Baca Juga: DR. Neila Sulung: Aktif Menulis sebagai Bentuk Penghargaan Terhadap Diri Sendiri
Menjadi Dosen Harus Siap Menjadi Pembelajar
Dosen yang pernah melakukan penelitian tentang Modal Sosial dan Kinerja Keuangan pada UMKM ini menjelaskan bahwa menjadi dosen harus siap untuk menjadi seorang pembelajar. Prinsip ini mulai dipegang oleh Dr. E. Siti Puryandani ketika menjadi Wakil Ketua Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di tahun 2009.
Di tahun ini juga, dikatakan beliau menjadi titik balik ingin lebih maksimal dalam menekuni profesi dosen. Bukan berarti sebelumnya tidak maksimal, hanya saja muncul kesadaran bahwa menjadi dosen tidak hanya perlu mengajar, meneliti, dan mengabdi kepada masyarakat menggunakan basis Tri Dharma Perguruan Tinggi.
Akan tetapi juga harus terus menjadi pembelajar. Hal ini bermula ketika beliau selaku Wakil Ketua di Bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama yang bertugas untuk memaksimalkan kegiatan kemahasiswaan. Sejak dulu, ada banyak mahasiswa yang aktif mengikuti kegiatan kemahasiswa.
Sayangnya, mayoritas mahasiswa yang menempuh jalan tersebut harus rela lulus kuliah lebih lama. Rata-rata baru bisa lulus setelah menempuh pendidikan tinggi selama 5 tahun. Berangkat dari kecenderungan ini, Dr. E Siti harus berbaur dengan mahasiswa untuk mengetahui apa kendala yang dihadapi dan keinginan dari kalangan mahasiswa.
Proses ini bertujuan juga untuk membantu institusi pendidikan agar mampu memberi fasilitas kepada mahasiswa agar tidak hanya berprestasi secara akademik. Namun juga memiliki soft skill yang baik dan maksimal, yang kemudian bisa diasah dan dikembangkan lewat keaktifan mereka di kegiatan kemahasiswaan.
Melalui proses inilah, selama berbaur dengan mahasiswa. Dr. E. Siti kemudian menyimpulkan bahwa seorang dosen tidak hanya wajib menjadi pengajar yang baik. Namun juga harus menjadi pembelajar, sehingga bisa terus berkembang dan memahami betul apa yang dibutuhkan mahasiswa untuk punya prestasi akademik, lulus tepat waktu, dan mengingat almamaternya.
Baca Juga: Prof. Erma Suryani: Produktif Menulis untuk Ikut Berkontribusi Mencetak Lulusan Mumpuni
Belajar untuk Menjadi Role Model yang Baik
Dosen yang memiliki filosofi “Bila kita tidak mampu menjadi sumber, maka jadilah selang untuk mengantarkan manfaat bagi sesama.” ini juga menjelaskan bahwa dosen harus terus belajar agar bisa menjadi role model yang baik bagi mahasiswa. Sehingga kebutuhan untuk menjadi pembelajar tidak hanya dengan menaikan strata pendidikan saja.
Melainkan terus belajar untuk bisa menjadi dosen yang sebenarnya, dimana menjadi sosok yang figurnya memang layak digugu dan ditiru (patut menjadi sosok yang menginspirasi). Sebab salah satu kepuasan menjadi dosen adalah melihat mahasiswa bisa bersikap dengan baik, lulus tepat waktu, mengingat almamater, sekaligus bisa sukses di masyarakat.
Ada banyak kesan menarik dialami oleh Dr. E. Siti selama menekuni profesi dosen. Salah satunya ketika mendapatkan dana hibah IPTEKS Berbasis Kewirausahaan. Saat dituntut untuk membangun tim yang terdiri dari 10 mahasiswa. Beliau mengalami kesulitan karena tidak ada yang berminat, sehingga persyaratan disederhanakan.
Yakni hanya mewajibkan calon pesertanya “bersedia mengikuti program”, alhasil Dr. E. Siti menjaring mahasiswa yang cenderung bermasalah dan tidak memiliki pengalaman berorganisasi. Siapa sangka, justru program tersebut sukses bahkan sampai sekarang wirausaha yang ditekuni para mahasiswa masih eksis dan berjaya.
Dari pengalaman tersebut, Dr. E. Siti meyakini bahwa dengan memberikan kepercayaan kepada mahasiswa maka hasilnya akan positif. Lewat pengalaman tersebut pula, beliau belajar hal baru dan pengalaman baru dengan mengadakan program bersama mahasiswa yang sebelumnya diremehkan dan pada akhirnya sukses bersama.
Penulis: duniadosen.com/Pujiati