Salah satu upaya bagi dosen untuk menghindari plagiarisme adalah dengan melakukan pengecekan similarity index, seperti pada Turnitin. Sehingga karya tulis yang disusun bisa diketahui memiliki kesamaan isi dengan karya tulis lain atau tidak.
Semakin tinggi angka hasil pengecekan di Turnitin, maka semakin menunjukan bahwa isi karya tulis yang disusun memiliki kesamaan dengan karya tulis lain. Sehingga ada indikasi melakukan plagiarisme. Lalu, bagaimana menurunkan kesamaan tersebut?
Daftar Isi
ToggleApa Itu Similarity Index?
Similarity index memiliki pengertian sebagai jumlah teks dalam dokumen yang dikirimkan yang cocok dengan teks dalam database seperti Ithenticate, Turnitin, Urkund dan Viper (Kodanda Rama, Rama; Manjesh, M; dan Chandrashekara, M; 2020).
Pengecekan penting untuk mengetahui ada tidaknya kesamaan isi karya tulis yang disusun dengan karya tulis lain dimana hasil bersifat objektif. Database pengecekan seperti Turnitin dan lainnya akan mengecek kesamaan karya yang diinput dengan karya lain yang sudah dipublikasi.
Berhubung database ini dibuat dengan algoritma khusus sehingga bekerja seperti mesin, maka tidak ada hasil pengecekan yang sifatnya subjektif. Sebab praktis, tidak memiliki unsur kepentingan atau alasan lain yang membuat hasil pengecekannya tidak valid.
Pengecekan similarity index juga dianggap sebagai upaya untuk menghindari plagiarisme. Namun, harus dipahami bahwa pengecekan similarity ini berbeda dengan plagiarisme. Similarity tinggi tidak langsung menjamin suatu karya hasil plagiat.
Sebab, plagiarisme adalah aksi copy paste karya orang lain tanpa mencantumkan sumber. Sementara similarity bisa dikatakan sebagai tingkat kesamaan. Sehingga ada faktor “kebetulan” satu penulis dengan penulis lain menyusun kalimat sama persis.
Batas Similarity Index Turnitin pada Karya Ilmiah Bagi Dosen
Mengecek similarity membantu dosen untuk memastikan karya tulis ilmiah yang disusun bebas dari kesamaan dengan karya lain, atau paling tidak kesamaannya sangat rendah. Sehingga bisa menjadi bukti bahwa karya yang dibuat orisinil alias bukan plagiat.
Memahami betul bahwa hasil pengecekan similarity ada faktor “kebetulan” seperti yang dijelaskan sebelumnya. Maka pengecekan similarity dibuat batas toleransi. Artinya, hasil pengecekan dengan kesamaan sekian persen dianggap tidak masalah alias aman.
Lalu, berapa maksimal similarity index untuk karya ilmiah yang disusun oleh dosen? Jawabannya dipengaruhi oleh dua faktor. Pertama, faktor kebijakan institusi. Dosen yang masih studi S3 tentunya akan menyusun disertasi.
Secara umum, batas toleransi similarity untuk tugas akhir seperti skripsi, tesis, dan disertasi adalah 20% sampai 35%. Setiap perguruan tinggi biasanya memiliki kebijakan tersendiri dalam menetapkan batas maksimal similarity tersebut. Jadi, silahkan di cek mandiri.
Faktor kedua, adalah dari jenis karya tulis yang disusun dosen. Jika dosen menyusun disertasi dan tesis maka akan mengikuti penjelasan di faktor pertama tadi. Jika dosen menyusun artikel ilmiah untuk dipublikasikan ke jurnal, maka batas toleransinya berbeda.
Penjelasan mengenai panduan batas maksimal similarity index yang ditetapkan oleh Kemenristek BRIN. Berikut detailnya:
“Secara umum, persentase total plagiasi yang bisa diterima secara internasional adalah 15-20%, dan Kemenristek menerima toleransi persentase plagiasi sampai 25%, tetapi hal ini sangat tergantung dari konteks persentase kemiripan dari masing-masing sumber.”
“Persentase kemiripan ini tidak termasuk (exclude) kutipan langsung (quote) dan References. Jika persentase kemiripan terhadap satu sumber besar dan berurutan dalam satu kalimat atau paragraf, hal ini juga tidak bisa diterima, walaupun persentase total masih di bawah 15%.”
Melalui penetapan ini maka bisa dipahami bahwa toleransi similarity untuk artikel ilmiah di jurnal nasional adalah 25% sementara untuk jurnal internasional adalah 10%. Namun, sebagai catatan tambahan setiap pengelola jurnal juga punya kebijakan tersendiri terkait hal ini.
Jadi, sangat disarankan untuk mengecek informasi yang disampaikan pengelola jurnal melalui website resminya atau bisa menghubungi kontak yang dicantumkan. Sehingga bisa mengetahui secara pasti berapa toleransi maksimal similarity yang ditetapkan.
Cara Menurunkan Similarity Index
Meskipun similarity yang tinggi tidak selalu menjamin karya tulis hasil plagiat, akan tetapi memiliki kesamaan dengan karya tulis lain tentu bisa dianggap orang lain plagiat. Sebab orang lain tidak mengetahui proses seorang dosen menyusun karya tulis tersebut.
Maka sangat penting untuk menurunkan similarity agar bisa serendah mungkin. Berikut adalah beberapa cara terhindar dari plagiarisme kategori similarity index:
1. Mencantumkan Sumber dengan Baik dan Benar
Membuat kutipan memang menjadi hal yang mudah untuk dilakukan, akan tetapi ketika praktek langsung ternyata tidak semudah yang dikira. Jadi, masih banyak yang terlupa mencantumkan sumber.
Selain itu, penulisan sumber juga sering belum sesuai dengan style yang digunakan. Sehingga penting untuk memahami betul bagaimana membuat kutipan yang baik dan benar, sebab kutipan inilah yang sering menjadikan similarity sangat tinggi.
2. Menambahkan Tanda Kutip untuk Kutipan
Jika menulis kutipan langsung tanpa mengubah (parafrase) maka dianjurkan untuk memberi tanda kutip pada kutipan tersebut. Pasalnya di platform pengecekan similarity seperti Turnitin, kalimat yang diapit tanda petik akan diabaikan. Sehingga efektif menurunkan skor pengecekan.
3. Menghindari Kutipan yang Berlebihan
Salah satu penyebab skor similarity tinggi adalah terlalu banyak kutipan, terutama kutipan langsung yang ditulis apa adanya sesuai sumber. Sehingga untuk menurunkan skor similarity sebaiknya meminimalkan adanya kutipan, gunakan kutipan jika memang diperlukan atau seperlunya saja.
4. Melakukan Parafrase
Cara menurunkan similarity index berikutnya adalah melakukan parafrase. Yakni menulis ulang suatu kutipan dengan menggunakan bahasa sendiri. Langkah ini sangat efektif mencegah kesamaan isi teks, sehingga similarity bisa turun.
5. Menghindari Penggunaan Kata yang Sama Persis dengan Referensi
Cara kelima adalah menghindari penggunaan kata yang sama persis ketika melakukan parafrase. Jadi, parafrase memiliki banyak teknik mulai dari penggunaan sinonim, antonim, sampai merubah struktur kalimat dari sumber.
Teknik apapun yang digunakan, akan lebih efektif menurunkan similarity jika tidak banyak kata yang sama persis. Dalam laman klc2.kemenkeu.go.id, bahkan dijelaskan kesamaan kata jangan sampai di atas 5 kata. Usahakan di bawahnya.
Sanksi yang Diperoleh Dosen Apabila Terkena Kasus Plagiarisme
Bagi dosen yang terbukti melakukan tindakan plagiarisme atas karyanya, maka sesuai dengan Permendiknas Nomor 17 Tahun 2010 Pasal 12 Ayat 2 akan dikenakan sanksi sebagai berikut:
- Teguran;
- Peringatan tertulis;
- Penundaan pemberian hak dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
- Penurunan pangkat dan jabatan akademik/fungsional;
- Pencabutan hak untuk diusulkan sebagai guru besar/profesor/ahli peneliti utama bagi yang memenuhi syarat;
- Pemberhentian dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan;
- Pemberhentian tidak dengan hormat dari status sebagai dosen/peneliti/tenaga kependidikan; atau
- Pembatalan ijazah yang diperoleh dari perguruan tinggi yang bersangkutan.
Kemudian pada Ayat 3 juga dijelaskan lebih lanjut, mengenai sanksi bagi dosen yang memangku jabatan fungsional Guru Besar (Profesor) Maka dikenakan sanksi tambahan. Yakni pemberhentian dari jabatan oleh Menteri atau pejabat yang berwenang atas usul perguruan tinggi.
Baca Juga:
- Cek Plagiarisme Online? Pakai Cara Ini!
- Memahami Pentingnya Cek Plagiarisme dalam Penyusunan Karya Ilmiah
- Sanksi Plagiarisme, Baik Secara Pidana Maupun Perdata
Jika memiliki pertanyaan berkaitan dengan topik similarity index pada artikel ini, jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik tombol Share untuk membagikan artikel ini ke orang terdekat Anda. Semoga bermanfaat.