Yogyakarta – Prof. Dr. Samsul Hadi, M.Pd., M.T., dosen pendidikan Teknik Elektro Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) dalam pengukuhannya menjadi guru besar mengatakan industri 4.0 sangat berpengaruh pada dunia pendidikan. Khususnya Pendidikan Teknologi dan Kejuruan. Lingkungan guru dan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) telah terpapar oleh teknologi tersebut.
Teknologi yang mendasari era revolusi industri 4.0 ini telah menjangkau banyak bidang, banyak manfaat yang dapat diambil oleh guru dan siswa SMK dari pemanfaatan teknologi Industri 4.0 tersebut. Guru SMK dapat menyampaikan materi pelajaran secara daring yang menarik dengan memanfaatkan multimedia. Siswa SMK dapat belajar dimana saja tanpa kendala tempat dan waktu.
Guru SMK juga dapat melaksanakan evaluasi pembelajaran daring untuk menilai capaian pembelajaran siswanya. Penilaian capaian pembelajaran dalam bentuk sikap, pengetahuan, dan keterampilan dengan berbagai macam instrumen dapat dilakukan secara daring.
Samsul mengatakan, adanya aplikasi penilaian daring yang tidak berbayar menjadi alasan Guru Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) harus memanfaatkan teknologi ini dalam melaksanakan evaluasi pembelajaran. Hal tersebut dipaparkannya dalam pidato pengukuhannya menjadi Guru Besar dalam Bidang Ilmu Evaluasi Pembelejaran Kejuruan pada Fakultas Teknik UNY.
Pidato berjudul ‘Evaluasi Pembelajaran Kejuruan di Era Revolusi Industri 4.0’ itu dibacakan dihadapan rapat terbuka Senat di Ruang Sidang Utama Rektorat UNY Rabu (18/9). Samsul Hadi menjadi guru besar UNY ke-143.
Pria kelahiran Grobogan, 29 Mei 1960 tersebut mengatakan, industri 4.0 sangat berpengaruh pada dunia pendidikan. “Berkat industri 4.0 bahan ajar dapat ditawarkan secara daring, penyajian bahan ajar menjadi lebih menarik dengan adanya multimedia” paparnya.
Pengajaran tidak perlu tatap muka, atau jumlah tatap muka dapat dikurangi, karena peserta didik dapat belajar kapanpun dan di manapun. Guru SMK perlu mengembangkan program dan materi pembelajaran dengan memanfaatkan empat dari lima teknologi sentral yang menjadi pondasi pengembangan Industri 4.0, yang sudah ada dalam saku, tas atau di lingkungan belajar siswa SMK. Keempat teknologi tersebut adalah perangkat keras komputasi, antarmuka, perangkat lunak, dan konektivitas.
Menurut Doktor Penelitian dan Evaluasi Pendidikan UNY tersebut, sesuai Peraturan Dirjendikdasmen No. 06/D.D5/KK/2018 tentang Spektrum Keahliah Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)/ Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), SMK terdiri dari sembilan Bidang Keahlian, 49 Program Keahlian, dan 146 Kompetensi Keahlian.
Tidak semua bidang keahlian, program keahlian, dan kompetensi keahlian tersebut harus mempelajari kelima teknologi sentral industri 4.0 secara sama. Guru SMK harus menyesuaikan materi ajarnya sesuai tuntutan kurikulum dan KKNI dengan mempertimbangkan keterampilan IP-21CSS atau keterampilan yang diperlukan industri 4.0 lainnya.
Apapun yang diprogramkan guru dalam pembelajaran, seharusnya dievaluasi agar dapat diketahui keberhasilan atau kegagalannya. Demikian juga halnya dengan pembelajaran pada Industri 4.0. Evaluasi adalah serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengukur tingkat keberhasilan suatu program pendidikan.
Dengan demikian dalam evaluasi ada proses pengukuran dan penilaian hasil belajar. Evaluasi berarti memerlukan alat ukur, yang dalam proses belajar mengajar sering dinamakan sebagai soal, tes, atau penugasan.
Warga Karanganyar Wedomartani Ngemplak Sleman tersebut menyebutkan ada lima arah perubahan penilaian dalam Industri 4.0, yaitu penggunaan aplikasi penilaian daring, penggunaan multimedia berbasis kinerja, perbaikan akuntabilitas penilaian, kemudahan analisis butir soal, dan umpan balik menjadi lebih interaktif.
Dalam revolusi industri keempat, soal tercetak dikonversi menjadi soal daring atau berbasis komputer. Soal didesain menggunakan sistem manajemen pembelajaran atau aplikasi lain yang dirancang untuk menyimpan dan menampilkan soal di layar komputer. Dengan kata lain, siswa mengerjakan soal yang dibuat guru dan secara otomatis setiap jawaban akan tersimpan dengan rapi dan sistematis.
Salah satu keuntungan yang dirasakan adalah keterbukaan informasi yang diterima oleh siswa. Jawaban siswa diproses oleh aplikasi sehingga langsung dapat dilihat hasilnya. Platform ini juga memungkinkan guru untuk merangkum kinerja secara klasikal maupun kinerja setiap individu. Sistem ini mempermudah guru dalam mengintervensi hasil belajar siswa termasuk memberikan perlakuan yang paling tepat atas kesulitan belajar masing-masing siswa.
Redaksi