Kabar membanggakan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, bahwa dua dosennya terpilih sebagai ASEAN Science Diplomat 2020, mereka adalah Dr. Ahmad Agus Setiawan, ST., M.Sc., Ph.D., dan Dr. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, ST., ME., D.Eng.
Ahmad Agus menjelaskan, ASEAN Science Diplomat merupakan jaringan ilmuwan muda ASEAN yang mengemban tugas dalam mendorong pengembangan ilmu pengetahuan di regional Asia Tenggara.
“ASEAN Science Diplomat ini diharapkan dapat bersuara sebagai duta untuk pembangunan dan perkembangan ilmu pengetahuan di negaranya masing-masing,” ujar Ahmad seperti dikutip dari ugm.ac.id.
Menurut Ahmad Agus, sains dan teknologi berperan penting dalam menentukan masa depan pembangunan regional. Meski demikian, dibeberapa Negara bidang-bidang sains sering kali dikesampingkan karena perhatian lebih banyak ditujukan kepada bidang sosial dan politik.
Ahmad Agus Setiawan memperoleh gelar doktoral (PhD) dalam bidang sistem energi terbarukan dari Curtin University, Australia, pada 2009 ini memaparkan, setiap negara memerlukan figure ilmuwan yang berperan sebagai role model bagi generasi muda, layaknya BJ. Habibie yang dianggap sebagai bapak teknologi di Indonesia.
Oleh karena itu, pemilihan ASEAN Science Diplomat diperuntukkan bagi dosen dan peneliti yang berusia di bawah 45 tahun. Ini menjadi salah satu langkah untuk mencari potensi ilmuwan di tingkat ASEAN.
“Jaringan ini juga berfungsi sebagai wadah untuk membina pemahaman yang erat antar ilmiwan di negar-negara ASEAN. Di Asia Tenggara banyak sekali ilmuwan yang andal. Hanya diperlukan wadah untuk membangun diskusi yang lebih cair dan fleksibel,” ujar Ahmad Agus.
Dosen di Departemen Teknik Nuklir & Teknik Fisika UGM ini dikenal sebagai peneliti di bidang teknik energi terbarukan. Sebelumnya, Ahmad juga pernah menerima sejumlah penghargaan. Di antaranya ASEAN Science and Technology Fellowship Priority Area Sustainable Energy serta Energy Globe 2012 dan Energy Globe Ambassador 2013 dari Energy Globe Foundation, Austria.
Selain Ahmad Agus Setiawan, dosen UGM lainnya yang terpilih sebagai ASEAN Science Diplomat adalah Dr. Himawan Tri Bayu Murti Petrus, ST., ME., D.Eng., yang merupakan dosen Teknik Kimia yang sebelumnya pernah menerima ASEAN-US Fellow for Science and Technology.
Himawan Petrus meraih gelar doktoralnya di Universitas Kyushu, Jepang pada 2012, dengan tesis: Pemisahan Tennantite dari bijih tembaga menggunakan flotasi.
ASEAN Science Diplomat terpilih melalui proses seleksi oleh panel juri. Pada tahun 2020 ini, terdapat 365 peneliti yang mengikuti seleksi, dan 14 peneliti yang kemudian terpilih sebagai Outstanding Diplomat. Pengumuman diplomat terpilih dilakukan Sabtu, (13/6/2020) secara daring.
Ke-14 ilmuwan tersebut akan mengambil bagian dalam ASEAN Science Diplomat Assembly yang digelar setiap tahun sebagai ajang yang memfasilitasi diskusi antara ilmuwan dan pembuat kebijakan terkait program serta prioritas riset mereka. Pertemuan ini dijadwalkan untuk diselenggarakan pada Juni tahun ini, namun akhirnya ditunda karena pandemic Covid-19.
Ketua tim penilai, Ria Persad menjelaskan, kandidat diplomat tahun ini memiliki latar belakang penelitian yang kuat serta beragam prestasi. Proses penilaian, lanjutnya difokuskan pada tiga kriteria utama, yaitu potensi untuk menjembatani kepakaran mereka dengan para pembuat kebijakan, visi untuk kolaborasi dengan peneliti di negara-negara ASEAN, serta kemampuan komunikasi dan diplomasi.
“Kami sangat senang dengan representasi dari para kandidat. Ini menunjukkan bahwa ilmu ASEAN sebenarnya sama unggulnya dengan ilmuwan dari bagian dunia lainnya, bahkan bisa lebih unggul,” imbuhnya.
Semoga kisah kedua dosen ini menginspirasi anda. Lantas apakah anda tertarik menjadi dosen juga peneliti taraf Internasional? Ceritakan kisah inspiratif Anda selama berkarir dosen di duniadosen.com.
Sumber: ugm.ac.id
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…