Pada saat memilih jurnal untuk keperluan publikasi ilmiah, Anda perlu memperhatikan scope jurnal tersebut untuk mengecek dan memastikan scope pada jurnal sesuai dengan topik penelitian yang dilakukan.
Dalam memilih jurnal ilmiah, peneliti dan akademisi biasanya memperhatikan tiga aspek mulai dari aim, focus, hingga scope dari jurnal tersebut. Jika Anda memilih dan mencari sebuah jurnal. Pastikan tiga aspek ini sudah sesuai agar naskah lolos di meja editor atau reviewer. Apa itu scope jurnal dan perbedaannya dengan aim dan focus? Simak penjelasan lengkapnya berikut ini!
Dikutip melalui website Taylor and Francis Author Service, aim jurnal adalah sasaran atau maksud dari apa yang ingin dicapai oleh jurnal tersebut. Dalam dunia publikasi ilmiah, aim menjelaskan tujuan spesifik yang ingin dicapai oleh jurnal.
Sehingga suatu jurnal ilmiah beroperasi dan rutin menerbitkan artikel ilmiah bukan karena iseng mengisi waktu luang. Melainkan memang ada tujuan atau visi dan misi yang ingin dicapai. Misalnya jurnal X memiliki aim mendorong penyebarluasan hasil penelitian.
Sementara focus atau fokus dari jurnal ilmiah adalah aspek atau area spesifik yang menjadi perhatian utama jurnal dalam suatu bidang ilmu. Sedangkan, scope jurnal adalah batasan atau ruang lingkup topik dan bidang yang menjadi fokus utama jurnal ilmiah.
Maka aim, focus, dan scope pada jurnal ilmiah pada dasarnya saling berhubungan. Ketiganya wajib diperhatikan untuk memastikan artikel ilmiah yang disusun sudah sesuai. Sebab setiap jurnal menetapkan aim, focus, dan scope masing-masing.
Ketiga penting untuk diperhatikan karena memang tidak semua jurnal di bidang ilmu yang sama bisa menerima semua artikel yang membahas semua topik penelitian. Umumnya, jurnal memiliki cakupan ruang lingkup dan fokus tersendiri. Sehingga masing-masing menerbitkan artikel dengan fokus yang lebih spesifik.
Berikut sejumlah alasan pentingnya peneliti memperhatikan aim, focus, dan scope jurnal sebelum mengurus publikasi ilmiah:
Alasan pertama adalah membantu penulis menentukan topik penelitian dan menyesuaikan artikel dengan ketentuan jurnal. Secara umum, peneliti tidak memilih jurnal setelah selesai menyusun artikel. Melainkan sebaliknya.
Hal ini memudahkan peneliti untuk mendapatkan ide topik penelitian yang sesuai tren dan relevan dengan sebuah jurnal kredibel. Setelah penelitian selesai, maka susunan artikel ilmiah akan sesuai dengan ketentuan format jurnal yang dipilih di awal.
Tahapan dasar ini tentu penting untuk dipahami peneliti. Sebab bisa membantu efisiensi waktu, tenaga, dan tentunya juga dari aspek biaya. Jadi, memilih jurnal wajib memperhatikan aim, focus, sampai scope jurnal dan dilakukan di tahap paling awal. Sehingga tidak butuh waktu terlalu lama memilih jurnal yang tepat.
Arti penting yang kedua kenapa perlu memperhatikan aim, scope, sampai fokus suatu jurnal adalah memperbesar peluang artikel diterima. Penulis yang mengabaikan tiga aspek ini bisa asal dalam submit artikel.
Apabila artikel ini diketahui editor jurnal tidak relevan dengan aim maupun scope dan focus. Maka seketika itu akan diputuskan artikel tersebut tidak relevan dan ditolak. Penulis pun perlu mencari jurnal lain yang sesuai.
Sebaliknya, jika sejak awal sudah memastikan artikel relevan dengan aim, focus, dan scope dari jurnal tersebut. Maka peluang diterima semakin besar karena memang sesuai. Detail pertimbangan lain disesuaikan kebijakan editor, reviewer, dan tim pengelola jurnal.
Baca Juga: 5 Cara Memilih Jurnal untuk Publikasi Ilmiah Dosen
Berapa waktu yang Anda perlukan untuk mencari dan memilih jurnal ilmiah? Jawabannya tentu bervariasi. Namun, sangat jarang pemilihan jurnal bisa dilakukan dalam beberapa jam bahkan satu hari. Penulis biasanya butuh waktu lebih.
Sebab ada banyak pilihan jurnal dan tidak semua memiliki aim, focus, dan scope jurnal yang relevan. Jadi, jika Anda sudah memperhatikan ketiganya dari awal. Hal ini memperkecil kemungkinan salah pilih jurnal, ditolak, dan harus mencari dari awal.
Jadi, cukup mencari beberapa jurnal dan fokus pada kesesuaian tiga aspek tersebut. Baru kemudian submit artikel, maka peluang diterima lebih besar. Anda bisa menghemat waktu dan tenaga tanpa perlu beralih ke jurnal lain.
Informasi mengenai aim, focus, dan scope dari jurnal ilmiah membantu penulis memahami target pembaca atau audiens. Setiap jurnal ilmiah diketahui memiliki target pembaca sendiri-sendiri.
Beberapa menyajikan artikel ilmiah untuk akademisi, lainnya untuk praktisi. Ada pula yang menyasar pembaca dari pihak pemerintah dan masyarakat luas. Jadi, penting untuk memperhatikan aim, focus, dan scope.
Tujuannya agar Anda paham siapa target pembaca dan seberapa banyak pembaca yang mengakses publikasi di jurnal tersebut. Hal ini bisa memberi gambaran berapa perkiraan jumlah pembaca dan jumlah sitasi yang didapatkan jika submit di jurnal tersebut.
Alasan kelima adalah membantu penulis memberikan kontribusi yang jelas di suatu bidang keilmuan. Memperhatikan aim, focus, dan scope sebuah jurnal membantu memahami penelitian yang dilakukan berdampak di bidang mana dan ruang lingkup apa.
Sehingga, penulis sejak awal bisa memberikan kontribusi yang spesifik di aim dan scope jurnal yang dipilih. Hal ini tentu penting, agar publikasi ilmiah yang dimiliki bisa dibaca oleh pembaca yang tepat. Yakni pembaca yang membutuhkan topik di bidang dan ruang lingkup yang relevan.
Alasan penting keenam kenapa perlu memperhatikan aim, focus, dan scope dari awal adalah untuk memudahkan pekerjaan editor dan reviewer jurnal. Terutama editor dari jurnal yang dipilih karena akan mengecek di tahap awal.
Editor akan menentukan apakah artikel yang dikirimkan penulis sesuai dengan aim, focus, dan scope jurnal tersebut. Jika sesuai maka artikel akan diteruskan ke pihak reviewer untuk diperiksa dari aspek kedalaman keilmuan.
Jika penulis asal dalam submit artikel di jurnal yang asal bidang keilmuan sesuai. Maka ada resiko scope dan focus tidak sesuai. Hal ini bisa memberi pekerjaan tambahan bagi editor dan reviewer.
Alasan yang terakhir adalah bisa mendukung suatu jurnal menjaga kredibilitas dan kualitasnya. Secara umum, jurnal yang kredibel akan konsisten menerbitkan artikel yang sesuai dengan aim, focus, dan scope yang ditentukan.
Jika penulis memperhatikan tiga aspek ini, maka sudah membantu jurnal tersebut untuk menjaga kualitas dan kredibilitasnya. Sebab tidak tergoda untuk menerbian artikel keluar dari aim maupuns cope yang sudah ditentukan.
Godaan seperti ini tentu tetap ada resiko bisa terjadi. Sebab ada beberapa jurnal yang awalnya kredibel lalu berubah menjadi jurnal predator. Hal ini terjadi bisa karena berbagai sebab, salah satunya peluang.
Dimana ada artikel yang tidak relevan diterima pengelola jurnal. Padahal artikel ini sumber pemasukan mereka. Sehingga menguatkan godaan untuk tetap menerbitkannya, karena ada kesempatan meraih untung lebih besar.
Pahami alur publikasi jurnal dan bisa cepat beralih ke jurnal lain saat jurnal ditolak:
Dikutip melalui website Wordvice, tata cara mengecek atau melihat aim maupun focus dan scope jurnal tidak sulit. Sebab informasi ketiganya akan dicantumkan dengan jelas di website jurnal yang bersangkutan.
Secara umum informasi ini bisa didapatkan di menu “About Us” yang menjelaskan profil sampai latar belakang perusahaan yang mengelola jurnal tersebut. Jika pada menu ini tidak tersedia informasi aim maupun focus dan scope.
Maka tidak perlu cemas, karena besar kemungkinan akan dimuat di menu “Guide for Authors”, “For Authors”, dan sejenisnya. Sehingga ada menu menuju halaman khusus yang ditujukan kepada penulis. Pada menu ini informasi aim sampai scope akan dijelaskan.
Apabila di beberapa menu yang tersedia di website masih tidak ditemukan juga penjelasan tentang aim, focus, dan scope. Maka penulis bisa langsung menghubungi kontak editor atau kontak yang disediakan pihak jurnal. Kemudian menanyakan tiga hal tersebut. Biasanya kontak narahubung jurnal adalah kontak atau alamat email.
Melalui penjelasan sebelumnya, maka bisa dipahami perbedaan antara aim kemudian dengan focus dan scope pada jurnal ilmiah. Aim menjelaskan tujuan dari jurnal tersebut, sementara scope menjelaskan ruang lingkup publikasi (topik-topik yang dipublikasikan), dan fokus jurnal menjelaskan batasan ruang lingkup publikasi.
Supaya tidak bingung membedakan ketiganya dan membantu mencari jurnal yang benar-benar relevan. Maka berikut beberapa contoh aim, focus, dan scope jurnal di berbagai bidang keilmuan:
Selain beberapa contoh tersebut, tentunya masih banyak contoh lain bisa ditemukan. Semakin sering membaca artikel di jurnal-jurnal ilmiah. Semakin paham perbedaan antara aim, focus, dan scope jurnal ilmiah.
Selain itu, bisa membiasakan diri membaca informasi di website resmi jurnal ilmiah. Sehingga bisa memahami informasi umum apa saja yang disampaikan pengelola jurnal. Sekaligus memahami seperti apa contoh nyata dari aim, focus, dan scope pada jurnal ilmiah di lapangan.
Memahami arti penting artikel yang disusun sesuai dengan aim, focus, dan scope jurnal ilmiah. Maka seorang peneliti sekaligus penulis wajib memahami tata cara mengecek kesesuaian topik penelitian dengan scope jurnal. Berikut beberapa cara yang bisa dicoba:
Cara yang pertama dan menjadi cara paling mudah adalah membaca informasi di website jurnal tujuan. Informasi mengenai aim, focus, scope, dan lain sebagainya dijamin ditemukan.
Jadi, jangan ragu dan malas untuk membaca seluruh informasi penting di website jurnal. Hal ini membantu memastikan topik penelitian yang dipilih sudah relevan dengan aim, focus, dan scope dari jurnal tersebut.
Cara yang kedua adalah mengecek artikel yang sudah diterbitkan oleh jurnal yang dituju. Cara mengecek bisa dengan mengetik topik penelitian di kolom pencarian. Jika ada hasil, maka topik tersebut relevan dengan aim, focus, dan scope jurnal.
Begitu pula sebaliknya. Jika saat mencari menggunakan topik penelitian ternyata tidak ada hasil. Maka artinya perlu memilih jurnal lain yang sesuai dari sisi aim, focus, dan scope. Pastikan pula setidaknya ada 5 artikel yang relevan dengan topik penelitian yang dimiliki.
Cara yang ketiga adalah membaca buku panduan untuk penulis yang disediakan oleh pengelola jurnal. Yakni Guide for Authors. BIasanya disediakan dalam bentuk dokumen berformat PDF atau format lainnya.
Buku panduan ini bisa dibaca, karena akan menjelaskan mengenai aim, focus, dan scope dari jurnal tersebut. Sehingga bisa dipastikan sejak awal sudah ada kesesuaian dengan topik penelitian yang dimiliki.
Cara terakhir yang bisa dicoba adalah konsultasi dan bertanya langsung dengan editor. Secara umum, website pengelola jurnal akan mencantumkan kontak narahubung. Biasanya akan diterima oleh editor, karena termasuk jobdesk umum editor jurnal.
Komunikasi umumnya lewat email, akan tetapi beberapa jurnal mungkin memakai kontak dan media berbeda. Silahkan disesuaikan. Pada tahap ini silahkan menanyakan aim, focus, dan scope jurnal tersebut. Sehingga mendapat penjelasan lebih rinci dan pasti.
Selain beberapa cara tersebut, tentunya masih banyak cara lain bisa dicoba. Namun keempat cara ini sudah bisa dikatakan efektif memastikan topik penelitian relevan dengan aim maupun focus dan scope jurnal. Jadi, silahkan dicoba agar tidak salah pilih jurnal.
Sebagai tips tambahan, hindari memilih jurnal dengan buru-buru. Lakukan jauh-jauh hari agar memiliki waktu yang cukup untuk mencari jurnal paling sesuai dan punya kredibilitas paling tinggi.
Pasalnya, ada banyak jurnal di suatu bidang keilmuan. Namun, tidak semuanya memiliki aim, focus, dan scope yang relevan dengan topik penelitian. Jika buru-buru maka ada kemungkinan gagal menemukan jurnal yang sesuai. Hal ini tentu merugikan Anda. Jadi, dirasakan sudah mencari jauh-jauh hari karena prosesnya butuh waktu.
Jika memiliki pertanyaan, opini, atau ingin sharing pengalaman berkaitan dengan topik dalam artikel ini. Jangan ragu menuliskannya di kolom komentar. Klik juga tombol Share agar informasi dalam artikel ini tidak berhenti di Anda saja. Semoga bermanfaat.
Pada saat menyusun karya tulis ilmiah, apapun jenisnya, dijamin karya ini diharapkan bebas dari kesalahan.…
Pada saat melakukan penelitian, maka biasanya akan menyusun proposal penelitian terlebih dahulu. Salah satu bagian…
Dosen yang sudah berstatus sebagai dosen tetap, maka memiliki homebase. Jika hendak pindah homebase dosen,…
Memahami cara melihat DOI jurnal pada riwayat publikasi ilmiah yang dilakukan tentu penting. Terutama bagi…
Dosen di Indonesia diketahui memiliki kewajiban untuk melakukan publikasi ilmiah, termasuk publikasi di jurnal nasional…
Pada saat memulai kegiatan perkuliahan, mahasiswa biasanya menerima dokumen bertajuk kontrak perkuliahan. Dokumen ini disusun…